Kamis, 17 Desember 2009

Candi Lumbung, mini tapi unik



Candi ini masih berada satu kawasan dengan candi Prambanan. Ada beberapa candi Perwara yang mengelilingi candi utama (saat ini masih dalam proses pembuatan), dimana candi-candi tidak ada lingga/yoni seperti candi-candi lainnya. Candi ini memang diperuntukan untuk menyimpan beberapa bahan makanan untuk di konsumsi beberapa bulan ke depan.

Letak Candi Lumbung dan Seluk Beluknya



Terletak di Taman arkeologi Prambana di sisi barat laut Yogyakarta modern. Hal ini diletakkan antara antara Candi Prambanan dan Candi Sewu. Awalnya dibangun pada akhir abad ke-8, kedua candi mengalami renovasi besar dari waktu ke waktu. Di Candi Lumbung, perlindungan utama dikelilingi oleh akan dikelilingi oleh 16 candi yang lebih kecil, sebagian besar yang berisi mezbah dibesarkan dengan spasi ditandai untuk tiga gambar. Selain itu, ada ceruk di dinding belakang dan samping untuk dewa tambahan.

Bagian dalam candi utama memiliki sebelas ceruk (ketika kami kesana sedang di restorasi), sedangkan bagian luar candi utama memiliki tiga ceruk. Terdapat pula patung dewa perempuan, mungkin mewakili kosmologi apsaras India, yang diukir di lega tinggi di bagian luar candi utama.

Kesan Sang Lirak

Candi ini cukup keren, meski sangat kecil. Kalau boleh dibilang candi ini lebih keren bila dibanding dengan candi gebang yang terletak di desa gebang. So far harus dikunjungi untuk kita yang ingin tahu bagaimana cara penyimpanan bahan kebutuhan pokok kala itu.

Ok sekian dulu cerita Sang Lirak tentang candi Lumbung, next time akan ada candi-candi yang lebih seru lagi untuk dibahas.

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak
Sumber: http://www.borobudur.tv/lumbung.htm

Tips Ke Candi






1. Gunakan Kendaraan Motor. Beberapa candi memiliki kesulitan untuk menempuhnya. Ada yang jalannya curam, ada yang hanya bisa dilewati kendaraan bermotor sampai dengan tanjakan yang curam. Jadi sebisa mungkin tidak menggunakan mobil untuk mengunjungi beberapa candi. Karena memang beberapa tempat tidak memungkinkan kita membawa mobil.

2. Bawa topi yang cukup melebar. Terus terang suhu di pulau Jawa belakangan ini cukup panas. Pengalaman saya ketika mengunjungi candi Prambanan dan Plaosan membuat saya harus berpikir kembali untuk menutup seluruh tubuh saya. Pasalnya pasca saya pulang dari candi-candi ini kulit saya menjadi terbakar dan terasa perih ketika mandi. So, kalau mau ke sana sebisa mungkin pakai pakaian yang tertutup dan topi melebar, jangan ragu untuk menggunakan sun block dan kaca mata, atau kalau perlu bawa payung sekalian biar aman dari kulit terbakar.]

3. Siapkan uang receh untuk tiket masuk. Beberapa candi menetapkan ongkos masuk sebesar Rp. 2.000,- untuk candi-candi kecil. Kalau candi yang lebih besar seperti Ratu Boko atau Prambanan harganya sedikit lebih mahal. Terakhir ketika saya ke sana Ratu Boko dikenakan tarif masuk Rp. 8.000/orang dan Prambanan Rp. 12.500/orang.

4. Siapkan fisik yang baik sebelum berkunjung ke candi. Ada beberapa candi yang medannya cukup berat untuk di tempuh. Saya menyarankan untuk yang tidak terbiasa sebaiknya berolah raga terlebih dahulu agar nanti tidak kaget kalau naik candinya.

5. Bawa kamera dengan fitur night yang baik. Kamera dengan modus night yang baik akan membantu kita terlihat lebih baik ketika di foto di dalam candi. Beberapa candi nampak sangat gelap ketika kita berfoto di dalamnya, sehingga tidak terlalu terlihat keindahannya.

6. Bawa teman yang jago bahasa Jawa. Tujuannya untuk mempermudah kita bertanya pada warga sekitar tentang letak-letak candi (maklum beberapa candi letaknya menyempil dan jauh, bahkan ada yang terletak jauh di dalam tanah).

7. Bawa minum dan makan sendiri. Beberapa candi tidak ada penjual yang menjajakan barang dagangan seperti snack ringan atau air mineral. So, kita akan kesusahan sendiri dibuatnya. Untuk itulah ada baiknya kita bawa sangu sebelum kita ke candi, terutama buat kita yang doyan kunyah-kunyah alias ngemil.

Nah itulah tips-tips kalau sobat lirak-lirik ke candi. So, jangan ragu berpetualang ke candi, coz candi-candi di Indonesia keren-keren lho.


Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Kamis, 10 Desember 2009

Sensasi Soto Banjar di Pinggiran Sungai Pangambangan, Banjarmasin

Plesiran ke tiap tiap daerah, tidak lengkap rasanya jika kita tidak mencicipi makanan/masakan khas dari daerah tersebut.

Kali ini saya akan mengajak sobat lirak lirik untuk mencicipi makanan khas dari daerah Banjarmasin, Kalimantan Selatan.



Sewaktu berkunjung ke Banjarmasin, saya berkesempatan mencicipi makanan khas Banjarmasin yaitu Soto Banjar. Berdasarkan rekomendasi dari sodaraku yg menetap disana, salah satu Soto Banjar yang enak itu berada di pinggiran sungai Pangambangan di warung Bang Amat, tepatnya berada di Jl. Benua Anyar RT. 02 No. 56, Banjarmasin.

Lokasi warung yang berada di bibir sungai yang alirannya menuju ke sungai Martapura ini, memberikan sensasi pengalaman tersendiri. Menyantap makanan khas Banjar dengan diiringi deru mesin Klotok yang berseliweran di atas sungai, membuat kita betah untuk duduk berlama lama di warung Pak Amat ini.



Umumnya Soto Banjar dinikmati dengan ketupat, tapi ada juga yang pesan dengan nasi, tergantung selera masing2 orang. Campurannya terdiri dari daging ayam yg disuwir, wortel, bihun, telur bebek (ini yg menjadi khasnya soto Banjar) disiram dengan kuah soto yg gurih. Supaya ada cita rasa segar di sotonya, dapat pula ditambahkan perasan air jeruk nipis.



Tidak hanya soto, di warung ini juga menjajakan Sop, Sate Ayam / Kambing dan beberapa penganan kecil khas Banjarmasin.
Sate yang di jual di sini sebetulnya tidak jauh berbeda dengan sate2 lainnya, yang membuatnya istiwewa adalah bumbunya. Bukan kacang tanah yang di pakai, tetapi kacang Mede.

Nah, sobat Lirak lirik, jika sedang berencana untuk berplesiran ke kota Banjarmasin, jangan lupa untuk mencicipi Soto Banjar dan Sate di warung Bang Amat.

Salam Jalan Jalan,

Ayuk Lin
Sang Lirik

Rabu, 09 Desember 2009

Ngos-ngosan di Candi Barong

Waduh kalau nyebut candi ini yang saya bayangkan adalah ngos-ngosan. Betapa tidak candi ini membuat saya dan teman saya ngos-ngosan dibuatnya. Fiuh rasanya cukup membuat letih ketika saya dan teman saya mendatanginya. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu persatu.

Lokasi



Wuih kalau lokasi candi ini tidak terlalu jauh. Letaknya di tengah-tengah bukit candi Ratu Boko dan bukit candi Candi Ijo. Kalau dari perempatan yang mengarah ke candi Banyunibo letaknya candi Barong lurus saja, nanti ketemu pertigaan belok kiri sampai mentok. Setelah mentok, titipin motor kita di rumah warga (disarankan bisa berbahasa Jawa agar lebih memudahkan dalam melakukan proses penitipan).

Nah letak candi ini berada di bukit Batur Agung, dusun Candi Sari, desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan. Lokasinya cukup dekat dengan candi Ratu Boko, lha wong dari sini kita bisa lihat candi Ratu Boko kok….

Keunikannya



Candi ini memiliki keunikan yang berbeda dengan candi-candi lain. Di candi ini kita akan menemukan penataan yang unik bila di bandingkan dengan candi lainnya. Jika dilihat dengan seksama penataannya lebih memusat ke belakang. Berbeda dengan candi-candi lain yang memusat ke tengah.

Candi Barong terdiri dari tiga halaman



Halaman satu terdiri dari dua buah candi, sedangkan di halaman ke dua dan ketiga tidak terdapat candi. Untuk ukuran candinya 8,18 x 8,18 m dan tinggi 9,05 m. Candi ini mulai dipugar pada tahun 1987.

Di dalam bangunan ini terdapat 9 kotak bujur sangkar gambaran dari Wastursamandala. Nah di candi ini ditemukan 2 arca Wisnu dan satu arca Dewi Sri. Ada juga kotak Peripih dari bahan Andesit, di dalam satu peripih di temukan lembaran-lembaran emas dan perak yang alasnya digoreskan tulisan yang sudah tidak terbaca. Selain itu ditemukan pula keramik, guci dan mata kapak.

Kesimpulannya



Candi ini memiliki keindahan yang menawan hati siapa saja yang ingin melihat candi. Keindahan candinya menurut saya jauh melebihi candi Gebang dan candi Sambi Sari. Dari atas candi kita bisa melihat pemandangan yang luar biasa, meski untuk mencapainya kita harus berjuang melawan peluh dan letih, ketika sudah sampai semua itu terbayangkan. Rasanya puas sekali bisa ke sana. So, kalau ke Jogja gak mampir ke candi ini nyuesel banget deh….

Salam Jalan-Jalan



Mas Senda
Sang Lirak

Menyempilnya Candi Gebang

Masih membahas candi, kali ini sang lirak akan mengajak sobat lirak-lirik untuk menilik lebih jauh candi Gebang. Mau tahu keunikannya seperti apa? Mari kita bahas langsung….

Letak dan Lokasi



Candi Gebang terletak di Gebang, Wedomartini, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman. Perjalanan menuju candi ini lumayan sulit, karena akses jalan menuju candi ini agak terpencil. Berbeda dengan candi-candi sebelumnya yang relatif mudah, jalan menuju candi Gebang agak masuk ke perumahan warga sehingga menyulitkan kita menemukan candi ini. Terlebih plang candi yang relatif kecil tentunya membuat siapa saja sulit menemukan candi ini.
Saran saya sekali, gunakanlah motor untuk mencapai candi ini, karena motor dapat dengan mudah mencapai lokasi candi Gebang.

Yang menarik di candi ini



Hmm bila dibandingkan dengan candi-candi yang pernah saya sambangi sebelumnya, mungkin saya bisa bilang candi ini adalah candi paling kecil. Bentuknya seperti miniatur dari candi Prambanan. Yah, tidak terlalu menarik untuk dilihat, tapi wajib untuk dikunjungi karena candi ini cukup rapih bila dibandingkan dengan penataan candi lainnya.

Candi ini memiliki ukuran 5,25 x 5,25m dimana di dalamnya terdapat Yoni tapi tanpa Lingga. Entah mengapa tidak ada lingganya, ketika kami tanyakan pada petugasnya, ia tidak terlalu mengetahuinya.


Di sisi kanan terdapat Arca Nandiswara (Dewa Penjaga Arah Mata Angin), sedangkan di sisi lainnya terdapat Arca Manakala yang lagi-lagi hilang diambil oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Kesimpulannya

Well, candi ini cukup menarik untuk kita kunjungi. Meski bila dibandingkan dengan candi Plaosan mungkin tidak ada apa-apanya. Tapi ok untuk dikunjungi lah…

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Senin, 07 Desember 2009

Candi Lor Plaosan

Hola sobat Lirak-Lirik? Masih bicara seputar candi, kali ini Sang Lirak akan membahas seluk beluk candi Lor Plaosan. Hmm seperti apa candi ini? Mari kita simak perjalanan ke candi Plaosan.

Lokasi



Untuk lokasi candi tempatnya tidak terlalu jauh dari kawasan candi Prambanan. Kalau naik motor sekitar 10-15 menit kita sudah sampai kawasan candi ini, kalau jalan lumayan pegel, karena kemungkinan jaraknya 2700 meteran. Cukup pegel untuk kita yang tidak terbiasa jalan. Rutenya kalau dari Prambanan jalan terus ke arah Utara, nanti sekitar 1500 meter ada pertigaan kita belok ke arah timur, nanti sekitar 1200 meter kita sampai ke candi ini.

Ada plang-plang kecil kok untuk mengarahkan kita ke sana jadi tidak perlu khawatir nyasar. Hanya saja kita membutuhkan mobil atau motor (berhubung kendaraan umum tidak ada, sobat lirak-lirik kalau bisa membawa kendaraan sendiri ya) untuk mencapai lokasinya, maklum lokasinya masih menyatu dengan dusun dan persawahan warga.

Candi ini memang terletak di dusun Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Jadi bukan termasuk daerah Jogja, tapi daerah perbatasan. Yah ibarat Jakarta-Depok atau Semarang-Bandungan atau Bandung-Sukabumi. Tidak terlalu jauh tapi sudah lewat dari perbatasan wilayah. Intinya kalau kesini memang harus diniatin, karena tidak mudah juga untuk mencapainya, maklumlah lokasinya memang agak terpencil.



Candi Plaosan adalah sebuah kompleks percandian, sama halnya seperti kompleks percandian Prambanan dimana banyak terdapat candi di sini. Jika kompleks candi Prambanan terdiri dari empat kelompok candi (kelompok candi Prambanan, kelompok candi Bubrah, kelompok candi Lumbung dan kelompok candi Sewu) maka candi Plaosan terdiri dari dua kelompok candi.

Plaosan Lor



Kelompok candi pertama adalah Plaosan Lor. Di Plaosan Lor kita akan menemukan dua buah candi utama kembar nan megah berdiri kokoh. Letaknya di utara dan selatan. Dengan ukuran 23,12 x 15,60 candi ini terlihat mirip dan sama persis. Dalam ruang candi utama terdapat 6 buah bilik, 3 bilik atas dan 3 bilik bawah. Dimana di bagian paling kanan bilik terdapat bekas pijakan tangga menuju lantai atas. Tinggi bagunan candi utamanya 22,24 m, sedangkan arah hadap ke barat.

Motif hias bagian candi antara lain motif bunga dalam jajaran belah ketupat, motif purnakalasa yang diwujudkan dalam bentuk bejana yang dari dalamnya tumbuh saluran-saluran ke arah kiri dan kanan, serta motif bujur sangkar yang kanan dan kirinya terdapat sayap dan diapit suluran-suluran.



Motif hias bagian tubuh candi berupa relief tokoh mahluk khayangan. Selain motif luar candi, terdapat pula relief di dalam bilik candi. Relief yang ada di bilik selatan candi utama selatan di dinding menggambarkan tokoh pria yang diapit pembantunya.



Panil di sebelah baratnya menggambarkan tokoh pria yang tengah duduk semedi dipayungi pembantunya yang ada di sebelah kanan, sedangkan di sebelah kirinya terdapat pohon Kalpataru.



Dinding utara terdapat relief dua tokoh masing-masing dipayungi oleh pembantunya. Relief yang ada di bilik utara candi utama selatan hampir sama dengan yang ada di bilik selatan, tetapi kondisinya lebih baik bila dibandingkan dengan yang ada di bilik selatan.

Di bilik candi utama utara juga terdapat relief yang menggambarkan tokoh, tetapi tokoh yang ada di candi utara adalah tokoh wanita.



Di bilik candi utama utara terdapat 4 panil relief, 2 panil di bilik Utara dan 2 panil di bilik selatan. Halaman kompleks candi Plaosan Lor terbagi menjadi 3 dimana halaman pertama terdapat dua candi utama, dibatasi pagar yang pada masing-masing jalan masu menuju candi terdapat bangunan pintu gerbang. Selain dua pintu gerbang terdapat bangunan pintu gerbang. Ada juga pintu gerbang penyambung antar kedua candi utama.



Di halaman kedua ditempati 3 deret candi perwara berjumlah 174 buah yang mengelilingi candi utama. Pada halaman ini juga terdapat empat buah atau dua pasang arca Dwarapala yang masing-masing mengapit jalan masuk menuju candi utara dan candi selatan. Halaman ini dibatasi parit keliling berkuran 440 x 270m sedangkan pada halaman ketiga dibatasi pagar berkeliling 460 x 290m.

Selain bangunan-bangunan diatas masih ada sub bangunan yang berada di sebelah utara deretan candi perwara yang mengelilingi kedua candi utama. Bangunan tersebut berupa batur pendopo yang dikelilingi oleh dua candi perwara berbentuk stupa. Disebuat batur pendopo karena di atas lantai terdapat 16 umpak batu yang keletakannya membentuk denah empat persegi panjang. Adanya umpak ini memberikan indikasi adanya bahan bangunan kayu yang berfungsi sebagai alas pendukung tiang-tiang bangunan yang sekarang sudah tidak bersisa lagi. Selain umpak, di atas lantai batur juga terdapat struktur altar yang denahnya membentuk huruf U. Bangunan ini juga dilengkapi dengan pintu masuk di sebelah barat.

Plaosan Kidul



Untuk candi Plaosan Kidul baru dua candi Perwara yang dipugar, candi utamanya belum terlihat ada pembangunan yang signifikan. Masih rata dan belum berbentuk, kata penjaganya masih dalam penelitian jadi belum bisa dibangun.


Kesan sang Lirak terhadap candi ini….



Menakjubkan, candi ini bisa dibilang candi dengan arca yang relatif terjaga keasliannya dan sedikit banyak jauh dari tangan-tangan jahil manusia. Beberapa arca bahkan terlihat utuh dibandingkan dengan candi-candi lain yang saya kunjungi. Beberapa relief bahkan terlihat jelas disini, ketika saya mengeliling bagian candi beberapa relief dan arca terlihat jelas tanpa adanya kerusakan berarti. Dari sini kita bisa lihat pengaruh Budha sangat kuat melingkupi candi ini, karena beberapa relief candi menggambarkan dewa-dewa yang dianut umat Budha. Ciri khas yang menonjol candi Budha dengan Hindu adalah bagian atasnya. Beberapa relief candi budha identik dengan tokoh yang memakai tutup kepala seperti stupa dan tidak ada Lingga dan Yoni atau patung Sapi seperti halnya candi-candi Hindu.

Sayangnya menurut kabar (http://news.okezone.com/read/2009/11/25/340/279221/arca-budha-kuno-candi-plaosan-dicuri) arca Budha di sini hilang dicuri orang. Jadi foto saya terakhir dengan patung ini sekitar lima hari sebelum dicuri, benar-benar perbuatan bedah dan tidak bertanggung jawab (T_T)....



Kalau boleh saya bilang candi ini lebih keren dibanding dengan candi Prambanan. Prambanan mungkin boleh bangga dengan ketinggiannya tapi masalah relief dan arca saya lebih cenderung memilih Plaosan sebagai destinasi wajib yang harus dikunjungi. So, kalau ke Jogja jangan lupa mampir ke candi Plaosan ya….

Salam Jalan-Jalan



Mas Senda
Sang Lirak

Berburu Batik Trusmi

hai...hai...hai.....sobat lirak lirik.
Masih setia mengikuti perkembangan blog plesiran kita ?
Sudah cukup lama saya tidak meng update berita2 dari hasil plesiran ke beberapa tempat. Kali ini saya akan mengajak sobat sekalian untuk berjalan-jalan ke kota udang, Cirebon.



Yang akan dikunjungi kali ini adalah SENTRA BATIK DESA TRUSMI, yang terletak di daerah Plered, Cirebon. Berjarak +/- 5 km dari pusat kota Cirebon.
Dari stasiun kereta api, tempat ini bisa di capai dengan menggunakan angkutan umum seperti becak atau mikrolet.



Batik Trusmi berhasil menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional. Ada dua corak dalam batik Trusmi, yakni keratonan dan pesisiran. Motif keratonan biasanya memakai ornamen yang diambil dari lingkungan keraton, seperti batu-batuan (wadas), kereta singa barong, naga seba, Taman Arum Sunyaragi, dan ayam alas. Untuk warna pada batik dengan motif keratonan lebih cenderung menggunakan warna-warna gelap, seperti coklat, hitam.

Sedangkan untuk motif peisisiran gambar motifnya lebih bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter, seperti gambar aktivitas masyarakat di pedesaan atau gambar flora dan fauna yang memikat seperti dedaunan, pohon, dan binatang laut. Sedangkan untuk warna pada motif pesisiran lebih cenderung ke warna yang lebih terang seperti merah muda, biru laut, dan hijau pupus.



Selain itu salah satu ciri khas batik asal Cirebon yang tidak ditemui di tempat lain adalah motif “Mega Mendung”, yaitu motif berbentuk seperti awan bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama. Motif Mega Mendung adalah ciptaan Pangeran Cakrabuana (1452-1479), yang hingga kini masih kerap digunakan. Motif tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon. Karena pada awalnya, seni batik Cirebon hanya dikenal di kalangan keraton.

Bila dibanding dengan batik Yogyakarta, Solo atau Pekalongan, batik Trusmi mempunyai ciri yang berbeda dan khas. Pengaruh ini diakibatkan dengan letak geografis kota Cirebon yang berada di kawasan pantai. Perbedaan yang paling mencolok adalah dari segi warna dan motif. Secara umum, batik asal Cirebon muncul dengan warna-warna kain yang lebih cerah dan berani.

Sumber: http://www.swaberita.com



Pada mulanya ketika di beritahu daerah sentra kerajinan batik, yang terbayang adalah sebuah desa dengan rumah2 tradisional dengan para pengrajin batik yg melukis menggunakan canting, tapi ternyata disini kita akan mendapati rumah2 besar yang di sulap menjadi butik2 dan toko2 batik modern di sepanjang jalan trusmi ini.

Pada saat berkunjung kesana, saya sempat mengunjungi salah satu pengrajin batik dan melihat proses membatik dan pencelupan. Rata-rata para pembatik ini adalah ibu2 rumah tangga yg sudah cukup berumur.

Jadi, bagi para pencinta batik, tidak ada salahnya untuk mencoba mampir ke desa Trusmi ini jika kalian sedang ber plesiran ke daerah Cirebon.
Jika selama ini oleh2 yg di bawa dari Cirebon hanya berupa Terasi, Rengginang, Kerupuk Kulit ataupun Kerupuk Melarat, cobalah untuk membawa batik Trusmi sebagai buah tangan.

Salam Jalan Jalan,

Ayuk Lin,
Sang Lirik

Sabtu, 05 Desember 2009

Museum Indonesia (Taman Mini Indonesia Indah)

Halo sobat Lirak-Lirik?

Seperti biasa tidak ada jalan-jalan yang tidak kita bahas di blog ini. Seperti biasanya selalu saja ada hal menarik untuk di ceritakan tentang tempat-tempat menarik untuk dikunjungi. Hmm salah satu tempat yang pantas untuk dikunjungi adalah Museum Indonesia. Museum ini berada dalam kawasan TMII dimana banyak sekali rekam jejak tentang kebudayaan Indonesia dari mulai pakaian adat, upacara adat, sampai dengan miniatur kamar pengantin.



Untuk lebih jelasnya mari kita lihat penjelasan berikut....

Gedung Museum Indonesia berarsitektur Bali tiga lantai dikembangkan dari filosofi tri hita karana, yang menjelaskan adanya tiga sumber kebahagiaan manusia, yakni hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan alam.

Museum Indonesia menjalankan fungsinya melalui pameran tetap dengan tiga tema. Lantai I bertema Bhinneka Tunggal Ika, menampilkan pakaian adat dan pakaian pengantin secara lengkap yang meliputi 27 provinsi, sesuai dengan jumlah provinsi di Indonesia pada saat peresmiannya. Koleksi pakaian pengantin dan pakaian adatnya paling lengkap dan tidak dijumpai di museum lain di Indonesia, bahkan di dunia. Pameran keanekaragaman pakaian adat dan pakaian pengantin sekaligus merupakan cermin kemajemukan budaya masyarakat Indonesia, baik dilihat dari sisi agama, pakaian, kesenian, maupun adat istiadatnya.

Pameran di lantai II bertema Manusia dan Lingkungan, menampilkan benda-benda bundaya di lingkungan sekitar yang diwujudkan dalam bentuk rumah tradisional berupa rumah tinggal, rumah ibadat, dan lumbung padi. Bangunan-bangunan tersebut menyesuaikan keadaan lingkungan, misalnya rumah di dataran rendah, di atas pohon, dan di atas sungai. Selain itu juga ditampilkan ruang/bagian rumah, antara lain kamar pengantin Palembang, ruang dalam Jawa Tengah, dan ruang dapur Batak. Benda budaya dan peralatan mata pencaharian yang dipamerkan meliputi alat perikanan, alat berburu dan meramu, alat pertanian, serta upacara-upacara daur hidup (life cycle rites) yang ditampilkan dalam bentuk diorama, meliputi upacara tujuh bulan (mitoni), upacara turun tanah, upacara khitanan, upacara potong gigi (mapedes), upacara penobatan datuk, dan pelaminan Sumatera Barat yang mewakili upacara pernikahan.

Pameran di lantai III bertema Seni dan Kriya, menampilkan hasil seni garapan dan seni ciptaan baru, antara lain aneka kain yang meliputi songket, tenun, dan batik; berbagai benda kerajinan dari bahan logam perak, kuningan, dan tembaga; seni ukir dari bahan kayu gaya Jepara, Bali, Toraja, dan Asmat. Pohon hayat—yang diilhami gunungan dalam pertunjukkan wayang sebagai pembuka, pergantian, dan penutup suatu adegan dalam pertunjukan wayang—berdiri megah setinggi delapan meter dan lebar empat meter, lambang alam semesta yang mengandung unsur udara, air, angin, tanah, dan api. Penempatan Pohon hayat di lantai III sekaligus menutup rangkain cerita atas seluruh tema pameran secara keseluruhan.

Selain pameran tetap, secara berkala Museum Indonesia juga menyelenggarakan pameran dengan tema khusus, antara lain pameran topeng, kain, senjata, dan lukisan yang didukung oleh peragaan yang berkait dengan tema, misalnya peragaan membatik dan menatah wayang.

Pengunjung bukan hanya wisatawan nusantara, terutama para pelajar dan mahasiswa yang diberi tugas berkaitan dengan mata pelajaran atau mata kuliahnya, melainkan juga wisatawan mancanegara; bahkan oleh TMII Museum Indonesia secara khusus dijadikan tujuan kunjungan tamu negara.

Museum juga dilengkapi fasilitas Bale Panjang, Bale Bundar, dan bangunan Soko Tujuh yang dapat disewa oleh masyarakat umum untuk keperluan pesta pernikahan, seminar, ataupun pertemuan.

Kesan-kesan Sang Lirak




Museum ini wajib dikunjungi untuk kita yang ingin sekali lebih dekat dengan Indonesia, karena museum ini benar-benar menceritakan Indonesia. Kalau boleh jujur museum ini sebenarnya adalah rangkuman dari semua anjungan yang ada di TMII. So, kalau belum sempat kunjungi anjungan-anjungan yang ada di TMII. Museum ini cukup mewakili rasa ingin tahu kita tentang Indonesia.

Nah yang paling saya suka dan tidak bisa saya lupakan dari museum ini adalah bangunannya yang brilian. Desain Balinya membuat museum ini benar-benar artistik, ketika saya berkunjung ke sana, saya seperti berjalan-jalan di daerah Bali. Hmm pokoknya keren abis deh....

Sumber: Situs Taman Mini Indonesia Indah di http://www.tamanmini.com/index.php?modul=wisata&cat=WMuseum&textcat=indonesia&wisataid=358737803226

Salam Jalan-Jalan



Mas Senda
Sang Lirak