Senin, 07 Desember 2009

Berburu Batik Trusmi

hai...hai...hai.....sobat lirak lirik.
Masih setia mengikuti perkembangan blog plesiran kita ?
Sudah cukup lama saya tidak meng update berita2 dari hasil plesiran ke beberapa tempat. Kali ini saya akan mengajak sobat sekalian untuk berjalan-jalan ke kota udang, Cirebon.



Yang akan dikunjungi kali ini adalah SENTRA BATIK DESA TRUSMI, yang terletak di daerah Plered, Cirebon. Berjarak +/- 5 km dari pusat kota Cirebon.
Dari stasiun kereta api, tempat ini bisa di capai dengan menggunakan angkutan umum seperti becak atau mikrolet.



Batik Trusmi berhasil menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional. Ada dua corak dalam batik Trusmi, yakni keratonan dan pesisiran. Motif keratonan biasanya memakai ornamen yang diambil dari lingkungan keraton, seperti batu-batuan (wadas), kereta singa barong, naga seba, Taman Arum Sunyaragi, dan ayam alas. Untuk warna pada batik dengan motif keratonan lebih cenderung menggunakan warna-warna gelap, seperti coklat, hitam.

Sedangkan untuk motif peisisiran gambar motifnya lebih bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter, seperti gambar aktivitas masyarakat di pedesaan atau gambar flora dan fauna yang memikat seperti dedaunan, pohon, dan binatang laut. Sedangkan untuk warna pada motif pesisiran lebih cenderung ke warna yang lebih terang seperti merah muda, biru laut, dan hijau pupus.



Selain itu salah satu ciri khas batik asal Cirebon yang tidak ditemui di tempat lain adalah motif “Mega Mendung”, yaitu motif berbentuk seperti awan bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama. Motif Mega Mendung adalah ciptaan Pangeran Cakrabuana (1452-1479), yang hingga kini masih kerap digunakan. Motif tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon. Karena pada awalnya, seni batik Cirebon hanya dikenal di kalangan keraton.

Bila dibanding dengan batik Yogyakarta, Solo atau Pekalongan, batik Trusmi mempunyai ciri yang berbeda dan khas. Pengaruh ini diakibatkan dengan letak geografis kota Cirebon yang berada di kawasan pantai. Perbedaan yang paling mencolok adalah dari segi warna dan motif. Secara umum, batik asal Cirebon muncul dengan warna-warna kain yang lebih cerah dan berani.

Sumber: http://www.swaberita.com



Pada mulanya ketika di beritahu daerah sentra kerajinan batik, yang terbayang adalah sebuah desa dengan rumah2 tradisional dengan para pengrajin batik yg melukis menggunakan canting, tapi ternyata disini kita akan mendapati rumah2 besar yang di sulap menjadi butik2 dan toko2 batik modern di sepanjang jalan trusmi ini.

Pada saat berkunjung kesana, saya sempat mengunjungi salah satu pengrajin batik dan melihat proses membatik dan pencelupan. Rata-rata para pembatik ini adalah ibu2 rumah tangga yg sudah cukup berumur.

Jadi, bagi para pencinta batik, tidak ada salahnya untuk mencoba mampir ke desa Trusmi ini jika kalian sedang ber plesiran ke daerah Cirebon.
Jika selama ini oleh2 yg di bawa dari Cirebon hanya berupa Terasi, Rengginang, Kerupuk Kulit ataupun Kerupuk Melarat, cobalah untuk membawa batik Trusmi sebagai buah tangan.

Salam Jalan Jalan,

Ayuk Lin,
Sang Lirik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar