Selasa, 05 Januari 2010
Sang Lirak dan Sang Lirik dalam dunia Ananda Sukarlan
Hari minggu kemarin adalah pengalaman pertama kami berdua menjungi sebuah pagelaran musik klasik. Adalah Ananda Sukarlan yang memancing kami untuk mengetahui lebih dalam konser ini. Pria yang termasuk dalam daftar InternationalWho’s Who in Music memang tidak tanggung-tanggung menampilkan performance terbaiknya. Dalam performance pembuka Ananda Sukarlan memainkan tiga instrumen menyentuh dan menggugah nasionalisme.
Rapsodia Nusantara No.1
Dimulai dengan Rapsodia No.1, Ananda dengan tenang memainkan permainan menakjubkan dari gubahan lagu Jali-Jali. Perpindahan dari satu nada ke anda lain dengan cepatnya dilaluinya. Dengan tidak mengubah terlalu jauh dari aslinya, Ananda memainkan lagu ini.
Ketika kami melihat penampilan pertamanya, kami sangat terpukau dan tidak bisa mengedipkan mata. Setiap momen permainannya membuat kami semakin kagum dengan permainan cepatnya. Kecepatan tangannya dalam memainkan nada yang sulit dicapai dilewati lebih mudah. Sungguh sebuah pengalaman dan sensasi baru mendengarkannya.
Rapsodia Nusantara No.5 (World Premiere)
Siapa yang tak kenal dengan lagu Angin Mamiri dari Makasar. Lagu ini begitu mengalir di telinga penikmat musik daerah, sekarang di tangan dinginnya kami disuguhkan instrumen baru. Sensasi kenusantraan yang digelorakan Ananda Sukarlan, terlihat jelas dalam permainannya.
Nada-nada sulit diambilnya untuk memperindah dan memperkaya makna dari lagu ini. Di lagu ini kami dibuat sangat menikmati keindahan lagu, karena kami mendapatkan banyak inspirasi di lagu ini.
Dan ini jadi salah satu lagu favorit saya (Sang Lirak) selain musikalisasi Bibirku Bersujud Di Bibirmu. Dan beruntungnya kami, Rapsodia No.5 ini adalah World Premier untuk sebuah karya besar Ananda Sukarlan.
Bibirku Bersujud di Bibirmu
Sebuah karya besar dari seniman besar Hasan Aspahani diterjemahkan dengan sebuah kombinasi musik dan tari. Bagaimana hasilnya?
Kami hanya bisa bilang “Menakjubkan”, kami belum pernah melihat sebuah kekuatan puisi yang diterjemahkan dengan baik oleh Ananda Sukarlan. Berawal dari permainan Ananda Sukarlan dengan Inez Raharjo (biola) dan Elizabeth Ashford (flute) dengan sebuah tarian perpaduan balet dan akting. Membuat awal dari interetasi puisi ini semakin berbicara dan berisi. Kita mulai disuguhi makna yang lebih dalam dari puisi yang dibuat Hasan Aspahani ini.
Belum lagi ketika Aning Katamsi (Sopran) menyanyikan puisi Bibirku Bersujud di Bibirmu, membuat hati saya (Sang Lirak) menjadi teriris. Ada kesedihan mendalam yang tergambar di dalamnya. Begitu sepi dan dalam ketika semua harus terpisah karena bencana Tsunami. Ini adalah salah satu musikalisasi puisi terbaik yang pernah saya lihat.
Saya berharap suatu saat Ananda Sukarlan membuatkan musikalisai puisi saya, betapa bangganya saya melihat karya saya dipertunjukan dan dibawakan oleh musisi besar yang kita punyai.
Ada Sebuah Jeda
Setelah memainkan tiga lagu, ada sebuah jeda yang mengiring kami untuk rehat sejenak menikmati jajanan yang tersedia dibawah. Ruang waktu yang dipergunakan untuk mempersiapkan kelengkapan mini orchestra ini kami pergunakan baik untuk sekedar minum teh botol Sosro dan datang ke toko buku sastra menikmati sastra-sastra klasik yang ada di Indonesia, dari mulai Rendra sampai Chairil Anwar.
Ananda dan Libertas
Kemudian Ananda dan Libertas berkolaborasi memainkan delapan karya besar pujangga besar Indonesia dan Dunia. Dari mulai Bentangkan Sayapmu, Indonesia! (Ilham Malayu), Palestina (Hasan Aspahani), The Young Dead Soldier Do Not Speak (Archibald Macleish), I Understand the Largest Hearts of Heroes (Walt Whitman), A Un Poeta Muerto (Luis Cernuda), Ia Telah Pergi (WS. Rendra), Kita Ciptakan Kemerdekaan (Sapardi Djoko Damono) dan Krawang-Bekasi (Chairil Anwar).
Semua puisi diatas dimusikalisasikan dalam balutan orchestra mini dengan bantuan Joseph Kristanto (Bariton), Harianto (English Horn), Jakarta String Ensembel, David Kristiawan (Perkusi), ITB Choir dan Paragita UI (Paduan Suara) dan Indra Listyanto (Konduktor).
Dalam permainan ini kami disuguhkan sebuah musikalisasi sastra yang apik dan menawan. Permainan yang cantik dengan kerjasama dan disiplin yang tinggi memang menghasilkan sebuah karya yang hebat. Dan sekali lagi kami tercengang.
Kesimpulannya
Konser ini sayang sekali untuk dilewatkan, dari konser ini kami mendapatkan banyak inspirasi dalam bertindak dan berkarya. Terimakasih pihak panitia dan sponsor yang sudah mendatangkan Ananda Sukarlan dan memperkenalkan musik klasik pada kami. Hari ini kami belajar musik dan sastra dengan manis dan cantik.
Terima Kasih pada Ananda Sukarlan yang sudah berhasil mengharumkan Indonesia di dunia, semoga kami bisa melakukan hal yang sama dalam bidang yang lain.
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mas Lirak, minta ijin melink ini ke FB Page ITB Choir ya. Terima kasih...
BalasHapusITB Choir
Boleh, monggo kalau mau dibuat linknya....
BalasHapus