Rabu, 12 Januari 2011

Berpetualang bareng ibu-ibu dari Tsim Sha Tsui, Kowloon ke Stanley Market, jauh tapi asyik banget....

Masih seputar perjalanan Hongkong, kali ini saya akan menceritakan bagaimana perjalanan saya menuju Stanley Market. Pagi-pagi kami (saya dan beberapa teman satu rombongan) berangkat dari hotel kami di Harbour Plaza yang terletak di daerah Tokwawan, Kowloon, Hongkong menuju daerah Tsim Sha Tsui. Bis pengantar kami seperti mahfum sekali turis Indonesia senang sekali belanja, maka nggak heran mereka menempatkan kami di tempat ini.

Begitu sampai, kami terperangah dengan suasana sana, ternyata lagi-lagi kami dibawa ke mall. Buat saya secara pribadi mengunjungi mall itu sebenarnya membosankan, soalnya di Jakarta menurut saya mall lebih keren dan elit. Terlebih kalau hanya mampir ke Sogo, yah disini juga banyak banget Sogo, tapi mau bagaimana lagi namanya juga jalan sama ibu-ibu, pasti yang ada dipikirannya belanja dong, secara naluri kewanitaan.



Saya sempat jenuh dan bosan berkeliling mall sampai salah satu dari teman rombongan kami mengusulkan untuk jalan menuju Stanley Market. Brosur yang saya pegang membuatnya tertarik untuk membelanjakan uangnya dengan harga yang cukup miring juga.

Nah kalau saya sendiri sebenarnya tertarik pada sisi jalan-jalannya, daripada bosen keliling mall mending keliling kota Hongkong. Jadilah kita pergi ke Stanley saat itu. Salah satu rombongan saya bu Tita kemudian bertanya-tanya tentang rute perjalanan menuju ke Stanley pada salah satu security di Sogo dan mereka menyarankan kami untuk jalan menggunakan bis 973.



Akhirnya kami berjalan menuju halte dekat Sari Pan Pasific Hotel, menunggu bis tersebut. Karena bisnya lama, salah satu rombongan kami tidak sabar dan mengusulkan untuk naik taxi merah di depan Sari Pan Pasific Hotel. Saya setuju saja karena langkah ini saya pikir akan memangkas waktu perjalanan kita semua menuju kesana, maklum kami diberi batasan waktu oleh pihak tur untuk datang kembali sampai hotel jam 15.00 waktu Hongkong (waktu Hongkong sama persis dengan WITA, jadi buat yang tinggal di Indonesia bagian Barat hanya tinggal maju satu jam saja).



Kemudian kami mulai naik taxi, nah disinilah saya mulai mengalami kendala bahasa yang cukup fatal. Supir taxi di Hongkong ternyata tidak semuanya bisa bahasa Inggris, kami yang memakai dua armada taxi tertolong oleh salah satu supir taxi yang sedikit-dikit ngerti bahasa inggris. Jadilah kami memakai dua taxi, taxi saya diisi saya, bu Yulia dan anaknya Bachtiar, sedangkan taxi kedua berisi bu Tita, bu Dahliana dan pak Rudi.

Awalnya tidak ada masalah dengan perjalanan kami, tapi lama kelamaan kami mulai khawatir. Taxi yang membawa kami tiba-tiba mulai menjauh dari kota besar, melewati dua tol yang bayarnya cukup mahal (kalau nggak salah sekitar HK$ 45) dan melewati dua terowongan. Satu terowongan bawah laut dan satu lagi terowongan tembus dua gunung.

Waktu saya tanya, “How many kilometers from here to the Stanley Market?”
“I don’t know, it’s sofa, sofa (itu yang terdengar di telinga saya padahal maksudnya adalah so far...),” glek langsung saya menelan ludah. Kemudian saya mulai bertanya dimana letak Stanley Market, dan dia langsung menjawab di perbatasan antara China dan Hongkong (ma’ kacau nih, ternyata jauh banget tempatnya). Saya kemudian coba bersms ria via hp bu Julia ke bu Tita namun jaringan yang tidak mendukung membuat sms saya tidak sampai. Sedikit banyak saya mulai panik karena argo sudah menunjukan lebih dari HK$ 120, sampai akhirnya kami sampai juga di Stanley Market.

Ternyata perjalanan kami menghabiskan HK$ 240 atau setara dengan Rp. 250.000. Lemes saya, untungnya bu Tita yang mau nanggung semuanya, jadi saya bisa bernafas lega (karena uang saya sebenarnya pas-pasan banget di dompet).



Sampai sana mulailah saya mencari-cari barang-barang yang bisa jadi buah tangan. Keliling di sini saya menemukan beberapa barang kulit murah meriah, hmm memang ya produk China murah-murah banget sampai saya dibuat geleng-geleng kepala. Ada juga sepatu-sepatu asli yang dijual dengan harga cukup miring. Yang menarik ada benda berupa bantalan yang bisa tiba-tiba hangat bila dipencet. Panasnya akan bertahan selama satu jam bila dipencet. Kalau panasnya sudah hilang kita bisa masak di air mendidih, dan ia akan simpan panasnya. Keren banget bendanya deh....

Di sini saya hanya beli tas dan pajangan saja. Selebihnya saya tidak beli, karena memang selain terbatas saya juga bukan seorang yang doyan belanja. Lama kami berkeliling, kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke Kowloong. Namun kali ini bukan dengan taxi, kami menggunakan 973 untuk pulang ke Tsim Sha Sui. Dan mulailah saya buat kesalahan, kartu nama yang saya keluarkan bertuliskan Harbour Plaza saya tunjukan ternyata direspons dengan gelengan dan 973 melengos begitu saja di depan kami. Bu Tita kaget, ia marah bukan kepalang saat saya mengeluarkan kartu nama, karena bis yang nanti akan datang memiliki jeda waktu yang cukup lama (sekitar setengah jam).

Jadilah kami menunggu bis, sementara itu detak jam menunjukan pukul 14.00, dan kami mulai diliputi kegelisahan karena bis belum datang juga. Bu Dahliana yang kebelet pipis kemudian pergi dari halte mencari toilet. Saat ia ke toilet tiba-tiba saja bis datang, paniklah kembali kita karena bu Dahliana belum datang juga, beruntung ia pergi tidak terlalu lama sehingga kami bisa masuk ke dalam bis.



Sudah masuk dalam bis, sedikit banyak membuat kami lega, meski sebenarnya belum terlalu lega karena bis berjalan 14.10. Dari sini kami mulai khawatir lagi, karena kami takut bis hotel di Tsim Sha Sui meninggalkan kami, kalau sudah begitu kami akan telat sampai hotel. Banyak wajah-wajah khawatir saat itu, tapi saya sendiri tidak terlalu khawatir, pemandangan Hongkong terlalu sayang untuk dilewatkan terutama Repulse Bay yang kami lewati.

Sampai akhirnya kami sampai di Tsim Sha Sui jam 14.45 tepat. Bu Tita yang pandangannya tajam melihat bis hijau bertuliskan Harbour Plaza. “Itu dia bis kita, ayo kita kejar....”

Sebagai pemegang nomer lari 100m di SMP saya langsung ambil ancang-ancang untuk lari. Dengan cepat saya kemudian kejar bis itu sampai pada satu titik ia berhenti, dengan ngos-ngosan saya jelaskan teman-teman saya sedang menuju ke sini, saya minta tolong padanya untuk tetap menunggu.

Beruntungnya kami tepat sampai hotel dan semua sudah siap berkemas menuju Macau, ahh perjalanan yang melelahkan namun puas....

Hmm itulah sekelumit perjalanan saya selama di Hongkong, sebenarnya masih banyak cerita menarik yang belum saya ceritakan, tapi sepertinya nggak muat kalau saya ceritain sekarang, segini dulu saja ya sobat....

Salam Jalan Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

1 komentar:

  1. Assalamu alaikum warohmatullahi wabarakatu.
    Saya ingin berbagi cerita siapa tau bermanfaat kepada anda bahwa saya ini seorang TKI dari johor bahru (malaysia) dan secara tidak sengaja saya buka internet dan saya melihat komentar bpk hilary joseph yg dari hongkong tentan MBAH WIRANG yg telah membantu dia melalui jalan togel menjadi sukses dan akhirnya saya juga mencoba menghubungi beliau dan alhamdulillah beliau mau membantu saya untuk memberikan nomer toto 6D dr hasil ritual beliau. dan alhamdulillah itu betul-betul terbukti tembus dan menang RM.457.000 Ringgit selama 3X putaran beliau membantu saya, saya tidak menyanka kalau saya sudah bisa sesukses ini dan ini semua berkat bantuan MBAH WIRANG,saya yang dulunya bukan siapa-siapa bahkan saya juga selalu dihina orang dan alhamdulillah kini sekaran saya sudah punya segalanya,itu semua atas bantuan beliau.Saya sangat berterimakasih banyak kepada MBAH WIRANG atas bantuan nomer togel Nya. Bagi anda yg butuh nomer togel mulai (3D/4D/5D/6D) jangan ragu atau maluh segera hubungi MBAH WIRANG di hendpone (+6282346667564) & (082346667564) insya allah beliau akan membantu anda seperti saya...






    BalasHapus