Kamis, 06 Januari 2011

Jumbo Floating Restaurant

Seputar Hongkong, jejak dan langkah traveling saya masih akan berkutat di sana. Kali ini sobat lirak lirik akan saya ajak mengunjungi restaurant yang termahsyur di Hongkong. Nama restaurantnya Jumbo King Restaurant. Untuk lebih jelasnya mari kita simak perjalanan berikut:

Sejarahnya



Dahulu restaurant ini adalah tempat penampungan korban perang dunia ke dua. Dalam perkembangannya dibawa ke Australia untuk dijadikan sebuah restaurant oleh Pak Tai pada tahun 1952 dengan nama Floating Restaurant.

Pada tanggal 30 Oktober 1971, terjadi kebakaran hebat di kapal ini, hingga akhirnya membuat 34 karyawan di dalamnya tewas. Hingga keadaannya sudah tidak karuan.



Barulah tahun 1976, kapal ini di bangun kembali dengan menghabiskan dana HK $ 30,000,000, dengan konsep bangunan istana Tiongkok kuno.

Pada tahun 2000, sebagian dari kapal besar ini dibawa ke Manila (Filipina) dari Pelabuhan Aberdeen (Hongkong), sejak saat itu Floating terpecah menjadi dua bagian, Jumbo King Manila dan Jumbo Floating Hongkong.

Ada apa saja disana?

Di restaurant ini kita akan menemukan ornamen khas istana tiongkok jaman dahulu kala, ada deck yang viewnya bagus banget dilihat dari segala arah, di sekitarnya kita akan menemukan perkampungan Aberdeen (yang penghuninya hidup di kapal, nanti akan ada liputan khusus untuk menjelaskan ini), sekolah memasak, kebun anggur, tempat belanja dan ruang pameran.



Saat ini kapal ini tidak mengapung seperti layaknya kapal pada umumnya, karena sudah dipantek oleh pihak pengelola di tengah-tengan laut.

Makanan apa saja yang disajikan disana?

Urusan perut, memang tidak kompromi, rombongan kami disajikan makanan yang luar biasa mulai dari sup tofu dengan kaldu seafood, udang, daging tomat, paprika, ikan dll. Pokoknya kuenyang habis deh, harganya kalau boleh jujur lumayan mahal kalau tidak pakai rombongan tur, tapi berhubung sudah ada yang mengurus, harganya mungkin jadi miring.



Rasa makanan dari restaurant ini uenak banget, rasa sayurannya segar (seperti baru dipetik dan dimakan, hmm yummy) sampai rasa daging tomat yang juicy habis, pokoknya kalau kata Bondan Winarno, ma’nyus dan kalau kata saya Hi Recomended....



Meski begitu ada yang saya kurang suka dari restaurant ini, tahu apa? Pelayannya itu menyebalkan, belagu dan galak. Rasanya mau saya timpuk pake gelas, tapi untungnya makanannya enak jadi niat itu sudah tidak menjadi masalah karena kekenyangan, hehehe....

Kesan saya....



Restaurant ini seperti ikonnya Hongkong, jadi kalau ke Hongkong belum ke Restaurant ini seperti ada yang kurang. Sama halnya kalau ke Jogja nggak makan di Angkringan, rasanya aneh gitu....



Kalau untuk pelayanan terus terang saya tidak terlalu suka dengan pelayan di sini yang marah-marah dan tidak ramah, seharusnya sebagai tamu kami dilayani dengan maksimum tapi ini malah disambut dengan ketus. Saya sendiri jadi bertanya-tanya apa pelayan ini gajinya kecil ya? Apa mungkin gajinya di bawah UMR? (emangnya Indonesia, wkwkwkwk).



Untuk pemandangan, saya boleh bilang view restaurant ini sangat bagus, karena kita bisa lihat sunset, cocok untuk pasangan yang honeymoon (cieee...).

So itulah kesimpulan saya terhadap restaurant ini, edisi depan ada petualangan yang lebih seru lagi, jangan lupa untuk kunjungi Lirak Lirik lagi ya....

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar