Week End yang menyenangkan, tentunya bila diisi dengan kegiatan yang menyenangkan dan menarik. Kali ini saya akan mengajak sobat Lirak-Lirik untuk menjelajah lebih jauh Museum Fatahilah. Seperti apa serunya Museum ini, ok mari kita simak satu persatu.
Pelataran halaman
Di museum Fatahilah kita akan menemukan empat meriam. Di sisi kanan terdapat dua meriam, dan meriam kedua di sisi sebelah kiri. Meriam ini cukup besar, bila dibandingkan dengan meriam yang ada di museum gajah. Cukup menarik untuk sekedar mengambil gambar foto.
Masuk ke dalam (Sisi kiri)
Di sisi kiri kita akan menemukan sebuah lukisan yang cukup besar, hasil dari restorasi. Lukisan ini bercerita tentang keadaan Batavia kala itu, yang penuh dengan perjuangan, penyiksaan dan hiruk pikuk keadaan kota Batavia. Sebelum di restorasi lukisan ini sebenarnya dalam keadaan memprihatinkan karena memang kanvas yang ada di lukisan ini sudah mulai rusak termakan umur. Karena itulah para seniman berusaha bekerja keras merestorasi lukisan ini, hingga kita dapat melihatnya kembali dalam keadaan utuh, tanpa terlihat cacat sedikitpun.
Tidak hanya lukisan, di sisi kiri juga terdapat sebuah ukiran berbentuk kepala binatang. Karena tidak ada guide yang menjelaskan benda ini apa, jadi saya tidak bisa menjelaskan lebih lanjut lagi tentang benda ini.
Lebih ke dalam lagi
Kita akan menemukan beberapa karikatur tentang Jakarta tempo doeloe serta beberapa alat kesenian Jakarta, seperti Tanjidor. Cukup menarik, tapi berhubung terlalu banyak orang yang datang, saya jadi tidak sempat melihat dengan detil informasi yang tertera di dalamnya.
Lukisan Jan Van Pieterzoon Coen
Di dalam Museum Fatahilah, kita akan menemukan lukisan Jan Van Pieterzoon Coen asal Hoorn, Belanda (1587-1629). Ia adalah seseorang yang menghancurkan Jayakarta (1619) dan mendirikan Batavia. Saat itu ia menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Timur ke 4. Di tangan dinginnya, ia berhasil memajukan perdagangan VOC.
Lukisan ini cukup mengerikan, karena pelukis berhasil membuat lukisan ini terlihat hidup. Melihatnya lebih dalam kita akan mendapati sosok bengis dari guratan wajahnya. So, cukup menakutkan bila dilihat terlalu lama.
Pedang Keadilan
Pedang Keadilan adalah pedang eksekusi yang terbuat dari logam perunggu, berukuran panjang 110 cm dengan berat kurang lebih 4 Kg. Pedang Keadilan ini milik dari Gubernur Jenderal Jan Van Pieterzoon Coen.
Sebuah Prasasti Peringatan
Di bagian dalam museum Fatahilah kita akan menemukan sebuah prasasti. Di prasasti ini dijelaskan dahulu ada seorang Belanda yang dituduh berkhianat pada VOC. Karena pengkhianatannya ia kemudian dihukum oleh Gubernur Jenderal VOC, dengan cara ditarik dari kedua sisi dengan menggunakan kuda. Nah, untuk memperingatinya, dibuatlah prasasti untuk mengenangnya….
Beberapa Senjata Khas Daerah
Di museum ini dipamerkan juga beberapa senjata dari daerah semisal Kujang, Mandau bahkan tombak. Dari hasil pantauan saya, sepertinya senjata-senjata ini adalah koleksi pribadi yang dimiliki olah Gubernur Jenderal VOC masa itu.
Penjara VOC
Penjara ini adalah penjara bawah tanah, dimana ketinggiannya kurang dari delapan puluh centimer. Bisa kebayang dong kita harus nunduk untuk masuk ke tempat ini. Hmm, memang zaman dahulu VOC boleh dibilang sangat kejam terhadap tawanan. Bagaimana tidak di penjara bawah tanah ini dikumpulkan empat puluh tawanan sekaligus, padahal kapasitas satu sel tidak memungkinkan mengumpulkan empat puluh orang sekaligus. Walhasil mereka harus berjongkok untuk bisa masuk ke dalam penjara tersebut.
Karena keadaan penjara yang sempit, tak jarang membuat daya tahan tubuh para penghuni penjara menyebabkan kematian pada diri mereka sebelum akhirnya mereka dieksekusi hukuman mati. Biasanya penyakit yang menghinggapi para tawanan tipus, kolera dan disentri.
Meriam Si Jagur
Meriam ini dulunya ada di Malaka, tapi berhubung Malaka jatuh ke tangan VOC Meriam ini dibuat oleh NT. Bocarro di Maccau, terbuat dari logam besi baja berukuran panjang 3,81 Cm dengan berat 3,5 Ton.
Jika dibandingkan dengan meriam yang ada di Malaka, Meriam Si Jagur ini memang unik dan tiada duanya. Keunikannya terletak pada tangan yang mengepal di dekat sumbunya. Jika sobat Lirak Lirik perhatikan, meriam di Malaka tidak memiliki bentuk yang spesifik bila dibandingkan dengan bentuk meriam si Jagur. Dari ukuran dan diameterpun lebih besar meriam Si Jagur daripada meriam yang ada di Malaka. Boleh saya bilang ini adalah meriam terbesar yang pernah saya lihat dibanding dengan meriam-meriam sebelumnya.
So, meriam ini mungkin bisa jadi salah satu trademark menarik dari Museum Fatahilah.
Kesimpulannya
Museum ini layak untuk dikunjungi di akhir pekan ini, karena banyak sekali peninggalan kota Batavia yang bisa kita pelajari dan kita renungi sebagai bagian dari pengenalan sejarah budaya Jakarta. Bagaimana? Tertarik mengunjungi? Langsung aja datang ke Kota Tua Jakarta….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Sumber Foto: Koleksi Pribadi dan blog http://ferinaldy.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar