Yihaa, sobat Lirak Lirik, apa kabar nih? Semoga tetap sehat dan tetap semangan jalan-jalan ria mencari inspirasi. Kali ini Sang Lirak dan Sang Lirik berkesempatan untuk nonton acara teater boneka Cing-Cing Mong. Mau tahu serunya seperti apa?
Cing-Cing Mong
Sebenarnya nama ini diambil dari asal kata bergandengan tangan. Arsitek teater boneka adalah Geger Jamaludin. Ceritanya teater boneka ini sebenarnya simple, bercerita seorang rakyat jelata yang mencintai seorang putri.
Raja di kerajaan tidak senang mengetahui anaknya menyukai seorang rakyat jelata, ketimpangan status membuat dirinya berpikir kedua kali untuk menikahkan keduanya. Tidak hanya dipusingkan dengan permasalahan anaknya saja, sang raja kini juga dipusingkan oleh permasalahan baru. Para lurah yang biasa memberikan upeti tiba-tiba saja membangkang dan tidak mau membayarkan upetinya pada sang raja.
Pada cerita lain diceritakan pemaksaan pajak yang terjadi pada saat itu, rakyat-rakyat kecil yang tidak memberikan upeti diberikan uang untuk raja, dipukuli, bahkan dibunuh. Kondisi ini membuat marah seorang rakyat (ini rakyat yang menyukai sang putri), hingga akhirnya ia menumpas panglima-panglima kerajaan yang lalim.
Kerajaan menjadi khawatir, mereka takut jika ini dibiarkan, pembangkangan akan semakin meluas ke beberapa wilayah bagian. Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat rencana agar sang perompak dibasmi.
Rencananya adalah menyutujui hubungan sang rakyat jelata dengan sang putri. Saat rakyat jelata itu lengah maka ia langsung dibunuh.
Sang putri yang tidak tahu rencana ini, sangat senang karena hubungannya disetujui oleh sang raja. Merekapun akhirnya bersama bertemu di sebuah tempat untuk melangsungkan pernikahan. Saat mereka bertemu memadu kasih satu sama lain, tiba-tiba saja sang patih menghunuskan busur panahnya ke sang pemuda itu, hingga akhirnya ia meninggal.
Selesai deh….
Kesimpulannya
Teater ini menarik, karena banyak tarian dan logat-logat jawa yang tersaji di dalamnya. Pembicaraan khas Tegal menjadi khas dan mendominasi beberapa percakapan humoris khas boneka rakyat jelatanya.
Tidak berhenti dari situ, para pemain boneka ini terlihat sangat piawai memainkan boneka (wayang modifikasi). Beberapa adegan pelukan, tarian khas Jawa bahkan sampai dengan memanah terlihat real dan natural. Mereka berhasil membuat boneka tersebut hidup hingga terlihat nyata, pokoknya keren deh….
Meski begitu ada yang kurang dari teater ini. Permainan dari teater ini sangat cepat sehingga, penonton merasa kurang puas dengan permainannya. Andai saja mereka mau meluangkan waktu lebih banyak lagi, mungkin hal ini tidak akan terjadi. But so far ok lah kalau begitu (diucapkan khas tegal biar terasa penekanannya, hehehe).
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Sabtu, 27 Februari 2010
Senin, 22 Februari 2010
Serunya Masjid UGM
Wohaaa Sobat Liraklirik, apa kabar semua? Lama tidak ngeblog untuk Liraklirik nih. Hmm kali ini bahas apa ya? Oh ya bagaimana kalau kita bahas salah satu masjid menarik di Jogja? Yup kita bahas Masjid UGM yu’.
Masjid UGM
Masjid ini adalah salah satu masjid terbesar yang ada di wilayah kampus UGM. Masjid dengan taman dan kolam ikan yang cukup besar ini memang sangat menarik untuk kita sambangi. Betapa tidak masjid ini menyuguhkan pelataran taman yang indah di sekelilingnya.
Dengan berbagai bunga dan tanaman hias lainnya, masjid ini seperti ingin menunjukan keasriannya. Pohon-pohon besar yang ada di sekelilingnya, sengaja dibiarkan tetap tumbuh sebagai kesatuan yang tak terpisahkan dari bagian masjid.
Tak cukup dengan taman, masjid ini memiliki dua kolam ikan yang menarik, kolam ikan pertama dibentuk seperti water fountain yang alirnya mengalir seperti air terjun mini. Sedangkan kolam kedua memiliki ukuran lebih besar lagi, kolam ini di tengahnya terlihat ada sebuah seni rupa patung berbentuk tulisan Allah. Sungguh melihatnya membuat kami tak tahan godaan untuk mengabadikan moment terbaik lewat medium foto, hehehe….
Bagaimana dengan dalamnya?
Saya cukup terkesan dengan srditektur dalamnya, bentuknya unik dengan pintu yang bertralis besi untuk memudahkan sirkulasi udara. Bentuknya unik dan menarik, sampai-sampai saya bingung bagaimana menceritakannya, hehehe….
Nah di dalam areal masjid juga terdapat bedug raksasa, bedug ini benar-benar besar bila dibandingkan dengan bedug-bedug masjid yang ada di Indonesia. Meski ukuran bedugnya masih kalah besar dengan bedug yang ada di Masjid Agung Jawa Tengah, bedug ini memiliki suara yang cukup nyaring terdengar. Mungkin ukuran bukan masalah dalam perbedugan, yang penting ketepatan dalam memilih tong dan kulit sapinya (hehehe berasa ahli perbedugan nih…).
Ada lagi yang bikin menarik masjid ini, lampu ditengahnya itu lho, besar tapi memusat di tengah-tengah masjid. Kalau shalat dibawahnya berasa dilihat langsung sama Sang Khalik nih….
Kesimpulannya….
Masjid ini layak disambangi kalau di Jogja, sayang dong sudah jauh-jauh ke Jogja tidak bisa menikmati suasana religius di kota Jogja, hehehe. Pokoknya masjid ini kueren banget deh…. Gak percaya? Lihat aja foto-foto kami….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Masjid UGM
Masjid ini adalah salah satu masjid terbesar yang ada di wilayah kampus UGM. Masjid dengan taman dan kolam ikan yang cukup besar ini memang sangat menarik untuk kita sambangi. Betapa tidak masjid ini menyuguhkan pelataran taman yang indah di sekelilingnya.
Dengan berbagai bunga dan tanaman hias lainnya, masjid ini seperti ingin menunjukan keasriannya. Pohon-pohon besar yang ada di sekelilingnya, sengaja dibiarkan tetap tumbuh sebagai kesatuan yang tak terpisahkan dari bagian masjid.
Tak cukup dengan taman, masjid ini memiliki dua kolam ikan yang menarik, kolam ikan pertama dibentuk seperti water fountain yang alirnya mengalir seperti air terjun mini. Sedangkan kolam kedua memiliki ukuran lebih besar lagi, kolam ini di tengahnya terlihat ada sebuah seni rupa patung berbentuk tulisan Allah. Sungguh melihatnya membuat kami tak tahan godaan untuk mengabadikan moment terbaik lewat medium foto, hehehe….
Bagaimana dengan dalamnya?
Saya cukup terkesan dengan srditektur dalamnya, bentuknya unik dengan pintu yang bertralis besi untuk memudahkan sirkulasi udara. Bentuknya unik dan menarik, sampai-sampai saya bingung bagaimana menceritakannya, hehehe….
Nah di dalam areal masjid juga terdapat bedug raksasa, bedug ini benar-benar besar bila dibandingkan dengan bedug-bedug masjid yang ada di Indonesia. Meski ukuran bedugnya masih kalah besar dengan bedug yang ada di Masjid Agung Jawa Tengah, bedug ini memiliki suara yang cukup nyaring terdengar. Mungkin ukuran bukan masalah dalam perbedugan, yang penting ketepatan dalam memilih tong dan kulit sapinya (hehehe berasa ahli perbedugan nih…).
Ada lagi yang bikin menarik masjid ini, lampu ditengahnya itu lho, besar tapi memusat di tengah-tengah masjid. Kalau shalat dibawahnya berasa dilihat langsung sama Sang Khalik nih….
Kesimpulannya….
Masjid ini layak disambangi kalau di Jogja, sayang dong sudah jauh-jauh ke Jogja tidak bisa menikmati suasana religius di kota Jogja, hehehe. Pokoknya masjid ini kueren banget deh…. Gak percaya? Lihat aja foto-foto kami….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Minggu, 14 Februari 2010
Menikmati Pempek Mentari
Yihaaa, apalagi yang kita bahas sobat Lirak-Lirik? Hmm kali ini saya akan membahas kuliner yang uenak banget. Mau tau makanan apa yang saya nikmati?
Pempek….
Yup, makanan khas Palembang ini memang khas. Dengan rasa segar ikan tengiri, seolah menguatkan rasa makanan ini. Hmm ketika saya diundang untuk mencoba pempek di Pempek Mentari, saya langsung tidak menolak.
Selain memang yang mengundang adalah teman saya, tempat makan pempek ini ternyata memang hi recommended untuk para pemburu kuliner yang berdomisili di Grogol.
Betapa tidak, pempek yang saya makan ternyata memiliki cita rasa yang ikan yang segar. Dimulai dengan menyantap pempek Adaan berbentuk bulat. Pempek ini sungguh terasa ikannya. Rasa ikan yang kuat dengan paduan bawang merah dan tepung kanji, membuat pempek ini sangat lezat disantap. Terlebih jika dalam keadaan hangat, hmmm it’s so delicous.
Selanjutnya saya menyantap pempek lenjer. Pempek ini begitu lembut dan lumer dimulut ketika kita menyantapnya, padu padan ikan yang dominan sekali lagi membuat lidah semakin bergoyang. Tidak hanya itu, ketika saya mencoba pempek telur, rasa telurnya segar, menyatu lembut dengan adonan pempek. Hmm sebuah penutup manis untuk sebuah rasa yang sangat uenak.
Rahasianya??
Setelah berkomunikasi dengan mami teman saya, saya jadi tahu kunci yang membuat pempek ini terasa enak. Apa rahasianya? Rahasianya terletak pada pemilihan bahan ikan yang segar. Asal tahu saja, pempek mentari ini menggunakan ikan tengiri hasil tangkapan di perairan Bangka dan Palembang. So, sudah pasti rasa kesegaran ikan lebih terjamin, terlebih dibuat dengan tangan dingin seorang yang sudah sepuluh tahun membuat pempek, so pasti rasanya pasti enak banget.
Tunggu apa lagi?
Kalau ada di Grogol, jangan lupa mampir ke Pempek Mentari. Lokasinya berada di Jl. Muwardi Raya No. 25A Grogol Jakarta Barat. Letak jalannya berada di belakang terminal Grogol. Dateng dan rasakan nuansa pempek Palembang sesungguhnya ya….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Pempek….
Yup, makanan khas Palembang ini memang khas. Dengan rasa segar ikan tengiri, seolah menguatkan rasa makanan ini. Hmm ketika saya diundang untuk mencoba pempek di Pempek Mentari, saya langsung tidak menolak.
Selain memang yang mengundang adalah teman saya, tempat makan pempek ini ternyata memang hi recommended untuk para pemburu kuliner yang berdomisili di Grogol.
Betapa tidak, pempek yang saya makan ternyata memiliki cita rasa yang ikan yang segar. Dimulai dengan menyantap pempek Adaan berbentuk bulat. Pempek ini sungguh terasa ikannya. Rasa ikan yang kuat dengan paduan bawang merah dan tepung kanji, membuat pempek ini sangat lezat disantap. Terlebih jika dalam keadaan hangat, hmmm it’s so delicous.
Selanjutnya saya menyantap pempek lenjer. Pempek ini begitu lembut dan lumer dimulut ketika kita menyantapnya, padu padan ikan yang dominan sekali lagi membuat lidah semakin bergoyang. Tidak hanya itu, ketika saya mencoba pempek telur, rasa telurnya segar, menyatu lembut dengan adonan pempek. Hmm sebuah penutup manis untuk sebuah rasa yang sangat uenak.
Rahasianya??
Setelah berkomunikasi dengan mami teman saya, saya jadi tahu kunci yang membuat pempek ini terasa enak. Apa rahasianya? Rahasianya terletak pada pemilihan bahan ikan yang segar. Asal tahu saja, pempek mentari ini menggunakan ikan tengiri hasil tangkapan di perairan Bangka dan Palembang. So, sudah pasti rasa kesegaran ikan lebih terjamin, terlebih dibuat dengan tangan dingin seorang yang sudah sepuluh tahun membuat pempek, so pasti rasanya pasti enak banget.
Tunggu apa lagi?
Kalau ada di Grogol, jangan lupa mampir ke Pempek Mentari. Lokasinya berada di Jl. Muwardi Raya No. 25A Grogol Jakarta Barat. Letak jalannya berada di belakang terminal Grogol. Dateng dan rasakan nuansa pempek Palembang sesungguhnya ya….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Senin, 08 Februari 2010
Menikmati Lunch di Indo Chine
Hola Sobat Lirak Lirik, yang doyan banget ngeliat dunia kami. Seperti biasa tiada kabar yang tidak kami kabari (hmm kayak jargon acara gosip ya??, hahaha). Kali ini kita saya akan membahas tempat makan yang paling besar dan cozy di FX.
Indo Chine
Indo Chine adalah restaurant, bar, and café yang terletak di FX Senayan. Tempat makan ini terletak di lantai delapan. Restaurant paling tinggi di antara semua restaurant lain. Restaurant ini mengambil view dari segala arah, sehingga kalau kita keluar, kita akan melihat view Sudirman yang indah, lengkap dengan pemandangan kemacetannya.
Indo Chine sendiri adalah restaurant affiliasi dari Singapore, yang punya cabang restaurant di mana-mana, seperti Jakarta, Singapore, Malaysia dan Thailand. Hmm untuk yang terbesar bisa dikatakan Jakarta menjadi salah satu yang terbesar, so buat yang mau meeting, tempat ini sangat bagus untuk tempat mencari inspirasi.
Haram dan Halal, ya pilih yang halal donk!
Jujur begitu di sodorkan menu, saya tercengang. Betapa tidak, di dalam campuran minumnya di dominasi oleh wine dan vodka. Sayapun menjadi pusing memilih minum apa disini.
Beruntung rekan saya yang mengajak saya makan di sini menyarankan menu paket buffet (makan sepuasnya) yang isinya menu halal dan minumnya teh manis. Dan fiuhhh, akhirnya saya bisa bernafas lega.
Dengan semangat saya melahap beberapa makanan halal yang tersaji di restaurant ini. Pertama saya menyantap Chicken Tom Yam, hmm dengan paduan bumbu rempah dan saus yang tidak begitu pedas, sang koki berhasil menyajikan sup Tom Yam dengan cita rasa terenak di dunia (sedikit lebay, maklum saja sepanjang hidup menyantap Tom Yam, baru kali ini merasakan yang seenak ini). Dengan dipadukan jamur utuh (bukan potongan kaleng) membuat rasa dari Tom Yam ini keluar. Pun dengan aroma bumbu yang tersaji di dalamnya, jahe yang menjadi komposisi di dalamnya menguatkan rasa dari Tom Yam ini. Kalau Farah Quin bilang, Hmm it’s so yummy….
Selanjutnya saya menyantap daging (hmm saya lupa namanya), kalau kata teman saya daging ini semacam rendangnya orang Thailand. Hmm saya pikir daging ini pedas, nyatanya setelah saya coba, tidak terasa pedas sedikitpun, malah bumbunya menurut saya mirip dengan bumbu spaghetti, karena aroma tomat yang cukup kencang tercium sedap di hidung saya.
Mushroom with Asparagus, hmm sebagai pecinta jamur dan sup asparagus, saya tidak mau menyia-nyiakan menu ini. Tak pelak saya memborong beberapa potong besar mushroom dan asparagus. Bumbunya mild di mulut, tapi meresap ke dalam lapisan jamur dan asparagus, membuat liuran air mengumpul deras untuk mengulum cepat makan ini. Huaah rasanya dahsyat deh…. Saya sangat merekomendasikan para vegetarian makan makanan ini, karena ini adalah jamur tersegar yang pernah saya santap.
Daging Ayam Panggang Thailand, hmm kalau ini tidak terlalu istimewa, enak tapi biasa saja. Kalau dipikir-pikir menyantap ayam ini mirip ayam Five Star yang dulu di jual supermarket Naga. Rasanya 11-12 dengan ayam tersebut, tapi ya biasa saja. Cuma lebih lembut saja dagingnya….
Konsep Restaurant
Kalau saya menilai konsep restaurant ini mengambil beberapa tema yang menyatu satu sama lain. Kalau kita masuk dari pintu masuk ke zona bagian kiri, kita akan menemukan konsep yang elegan namun romantis. Dengan kursi bulat-bulat, mengingatkan kita pada restaurant-restaurant Perancis, hmm mirip restaurant prancis Cassis.
Kalau kita ke luar, ada zona restaurant yang mirip suasana pantai yang lengkap dengan pasir putih dan kolam renang. Hmm makan berdua dengan seseorang di tempat seperti ini, romantis kali ya? Hahaha….
Zona dugem, nah kalau zona ini agak gelap di siang hari, kalau malam zona ini dibuka dengan tampilan musik menarik dari mas-mas dan mbak-mbak DJ. Fiuh beruntung saya kesininya siang, kalo malam bisa pusing saya denger musik jedak-jeduk dengan baluran asap rokok dimana-mana.
Bar, hmm disini ada zona bar yang menjual beragam Vodka dan Wine. Berhubung saya gak minum yang begituan, saya tidak duduk di zona ini (ya iya lah! lha wong zona ini hanya aktif di malam hari kok, hehehe).
Kesimpulannya
Hmm kalau masakan Asianya, saya boleh mengacungkan jempol, coz rasanya memang enak sekali. Bumbu yang khas dan tidak menyengat membuat restaurant ini layak untuk dikunjungi. Tempatnya yang cozy dan tenang (kalau siang) membuat suasananya ngangenin untuk dikunjungi kembali.
Buat yang muslim ada baiknya lebih berhati-hati memilih menu di restaurant ini, kalau menu Asia, ingredientnya halal, jadi cukup aman untuk disantap, begitupun dengan minuman jusnya. Jadi kalau mau aman pilih menu Asia dan minumnya jus-jusan saja. Oh ya, jangan ragu tanya makanan yang halal di sini dengan pelayannya. Jangan sampe berangkat sadar pulang mabak cuma karena makanan, malu kan sama Allah….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Indo Chine
Indo Chine adalah restaurant, bar, and café yang terletak di FX Senayan. Tempat makan ini terletak di lantai delapan. Restaurant paling tinggi di antara semua restaurant lain. Restaurant ini mengambil view dari segala arah, sehingga kalau kita keluar, kita akan melihat view Sudirman yang indah, lengkap dengan pemandangan kemacetannya.
Indo Chine sendiri adalah restaurant affiliasi dari Singapore, yang punya cabang restaurant di mana-mana, seperti Jakarta, Singapore, Malaysia dan Thailand. Hmm untuk yang terbesar bisa dikatakan Jakarta menjadi salah satu yang terbesar, so buat yang mau meeting, tempat ini sangat bagus untuk tempat mencari inspirasi.
Haram dan Halal, ya pilih yang halal donk!
Jujur begitu di sodorkan menu, saya tercengang. Betapa tidak, di dalam campuran minumnya di dominasi oleh wine dan vodka. Sayapun menjadi pusing memilih minum apa disini.
Beruntung rekan saya yang mengajak saya makan di sini menyarankan menu paket buffet (makan sepuasnya) yang isinya menu halal dan minumnya teh manis. Dan fiuhhh, akhirnya saya bisa bernafas lega.
Dengan semangat saya melahap beberapa makanan halal yang tersaji di restaurant ini. Pertama saya menyantap Chicken Tom Yam, hmm dengan paduan bumbu rempah dan saus yang tidak begitu pedas, sang koki berhasil menyajikan sup Tom Yam dengan cita rasa terenak di dunia (sedikit lebay, maklum saja sepanjang hidup menyantap Tom Yam, baru kali ini merasakan yang seenak ini). Dengan dipadukan jamur utuh (bukan potongan kaleng) membuat rasa dari Tom Yam ini keluar. Pun dengan aroma bumbu yang tersaji di dalamnya, jahe yang menjadi komposisi di dalamnya menguatkan rasa dari Tom Yam ini. Kalau Farah Quin bilang, Hmm it’s so yummy….
Selanjutnya saya menyantap daging (hmm saya lupa namanya), kalau kata teman saya daging ini semacam rendangnya orang Thailand. Hmm saya pikir daging ini pedas, nyatanya setelah saya coba, tidak terasa pedas sedikitpun, malah bumbunya menurut saya mirip dengan bumbu spaghetti, karena aroma tomat yang cukup kencang tercium sedap di hidung saya.
Mushroom with Asparagus, hmm sebagai pecinta jamur dan sup asparagus, saya tidak mau menyia-nyiakan menu ini. Tak pelak saya memborong beberapa potong besar mushroom dan asparagus. Bumbunya mild di mulut, tapi meresap ke dalam lapisan jamur dan asparagus, membuat liuran air mengumpul deras untuk mengulum cepat makan ini. Huaah rasanya dahsyat deh…. Saya sangat merekomendasikan para vegetarian makan makanan ini, karena ini adalah jamur tersegar yang pernah saya santap.
Daging Ayam Panggang Thailand, hmm kalau ini tidak terlalu istimewa, enak tapi biasa saja. Kalau dipikir-pikir menyantap ayam ini mirip ayam Five Star yang dulu di jual supermarket Naga. Rasanya 11-12 dengan ayam tersebut, tapi ya biasa saja. Cuma lebih lembut saja dagingnya….
Konsep Restaurant
Kalau saya menilai konsep restaurant ini mengambil beberapa tema yang menyatu satu sama lain. Kalau kita masuk dari pintu masuk ke zona bagian kiri, kita akan menemukan konsep yang elegan namun romantis. Dengan kursi bulat-bulat, mengingatkan kita pada restaurant-restaurant Perancis, hmm mirip restaurant prancis Cassis.
Kalau kita ke luar, ada zona restaurant yang mirip suasana pantai yang lengkap dengan pasir putih dan kolam renang. Hmm makan berdua dengan seseorang di tempat seperti ini, romantis kali ya? Hahaha….
Zona dugem, nah kalau zona ini agak gelap di siang hari, kalau malam zona ini dibuka dengan tampilan musik menarik dari mas-mas dan mbak-mbak DJ. Fiuh beruntung saya kesininya siang, kalo malam bisa pusing saya denger musik jedak-jeduk dengan baluran asap rokok dimana-mana.
Bar, hmm disini ada zona bar yang menjual beragam Vodka dan Wine. Berhubung saya gak minum yang begituan, saya tidak duduk di zona ini (ya iya lah! lha wong zona ini hanya aktif di malam hari kok, hehehe).
Kesimpulannya
Hmm kalau masakan Asianya, saya boleh mengacungkan jempol, coz rasanya memang enak sekali. Bumbu yang khas dan tidak menyengat membuat restaurant ini layak untuk dikunjungi. Tempatnya yang cozy dan tenang (kalau siang) membuat suasananya ngangenin untuk dikunjungi kembali.
Buat yang muslim ada baiknya lebih berhati-hati memilih menu di restaurant ini, kalau menu Asia, ingredientnya halal, jadi cukup aman untuk disantap, begitupun dengan minuman jusnya. Jadi kalau mau aman pilih menu Asia dan minumnya jus-jusan saja. Oh ya, jangan ragu tanya makanan yang halal di sini dengan pelayannya. Jangan sampe berangkat sadar pulang mabak cuma karena makanan, malu kan sama Allah….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Sabtu, 06 Februari 2010
Serunya Museum Fatahilah
Week End yang menyenangkan, tentunya bila diisi dengan kegiatan yang menyenangkan dan menarik. Kali ini saya akan mengajak sobat Lirak-Lirik untuk menjelajah lebih jauh Museum Fatahilah. Seperti apa serunya Museum ini, ok mari kita simak satu persatu.
Pelataran halaman
Di museum Fatahilah kita akan menemukan empat meriam. Di sisi kanan terdapat dua meriam, dan meriam kedua di sisi sebelah kiri. Meriam ini cukup besar, bila dibandingkan dengan meriam yang ada di museum gajah. Cukup menarik untuk sekedar mengambil gambar foto.
Masuk ke dalam (Sisi kiri)
Di sisi kiri kita akan menemukan sebuah lukisan yang cukup besar, hasil dari restorasi. Lukisan ini bercerita tentang keadaan Batavia kala itu, yang penuh dengan perjuangan, penyiksaan dan hiruk pikuk keadaan kota Batavia. Sebelum di restorasi lukisan ini sebenarnya dalam keadaan memprihatinkan karena memang kanvas yang ada di lukisan ini sudah mulai rusak termakan umur. Karena itulah para seniman berusaha bekerja keras merestorasi lukisan ini, hingga kita dapat melihatnya kembali dalam keadaan utuh, tanpa terlihat cacat sedikitpun.
Tidak hanya lukisan, di sisi kiri juga terdapat sebuah ukiran berbentuk kepala binatang. Karena tidak ada guide yang menjelaskan benda ini apa, jadi saya tidak bisa menjelaskan lebih lanjut lagi tentang benda ini.
Lebih ke dalam lagi
Kita akan menemukan beberapa karikatur tentang Jakarta tempo doeloe serta beberapa alat kesenian Jakarta, seperti Tanjidor. Cukup menarik, tapi berhubung terlalu banyak orang yang datang, saya jadi tidak sempat melihat dengan detil informasi yang tertera di dalamnya.
Lukisan Jan Van Pieterzoon Coen
Di dalam Museum Fatahilah, kita akan menemukan lukisan Jan Van Pieterzoon Coen asal Hoorn, Belanda (1587-1629). Ia adalah seseorang yang menghancurkan Jayakarta (1619) dan mendirikan Batavia. Saat itu ia menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Timur ke 4. Di tangan dinginnya, ia berhasil memajukan perdagangan VOC.
Lukisan ini cukup mengerikan, karena pelukis berhasil membuat lukisan ini terlihat hidup. Melihatnya lebih dalam kita akan mendapati sosok bengis dari guratan wajahnya. So, cukup menakutkan bila dilihat terlalu lama.
Pedang Keadilan
Pedang Keadilan adalah pedang eksekusi yang terbuat dari logam perunggu, berukuran panjang 110 cm dengan berat kurang lebih 4 Kg. Pedang Keadilan ini milik dari Gubernur Jenderal Jan Van Pieterzoon Coen.
Sebuah Prasasti Peringatan
Di bagian dalam museum Fatahilah kita akan menemukan sebuah prasasti. Di prasasti ini dijelaskan dahulu ada seorang Belanda yang dituduh berkhianat pada VOC. Karena pengkhianatannya ia kemudian dihukum oleh Gubernur Jenderal VOC, dengan cara ditarik dari kedua sisi dengan menggunakan kuda. Nah, untuk memperingatinya, dibuatlah prasasti untuk mengenangnya….
Beberapa Senjata Khas Daerah
Di museum ini dipamerkan juga beberapa senjata dari daerah semisal Kujang, Mandau bahkan tombak. Dari hasil pantauan saya, sepertinya senjata-senjata ini adalah koleksi pribadi yang dimiliki olah Gubernur Jenderal VOC masa itu.
Penjara VOC
Penjara ini adalah penjara bawah tanah, dimana ketinggiannya kurang dari delapan puluh centimer. Bisa kebayang dong kita harus nunduk untuk masuk ke tempat ini. Hmm, memang zaman dahulu VOC boleh dibilang sangat kejam terhadap tawanan. Bagaimana tidak di penjara bawah tanah ini dikumpulkan empat puluh tawanan sekaligus, padahal kapasitas satu sel tidak memungkinkan mengumpulkan empat puluh orang sekaligus. Walhasil mereka harus berjongkok untuk bisa masuk ke dalam penjara tersebut.
Karena keadaan penjara yang sempit, tak jarang membuat daya tahan tubuh para penghuni penjara menyebabkan kematian pada diri mereka sebelum akhirnya mereka dieksekusi hukuman mati. Biasanya penyakit yang menghinggapi para tawanan tipus, kolera dan disentri.
Meriam Si Jagur
Meriam ini dulunya ada di Malaka, tapi berhubung Malaka jatuh ke tangan VOC Meriam ini dibuat oleh NT. Bocarro di Maccau, terbuat dari logam besi baja berukuran panjang 3,81 Cm dengan berat 3,5 Ton.
Jika dibandingkan dengan meriam yang ada di Malaka, Meriam Si Jagur ini memang unik dan tiada duanya. Keunikannya terletak pada tangan yang mengepal di dekat sumbunya. Jika sobat Lirak Lirik perhatikan, meriam di Malaka tidak memiliki bentuk yang spesifik bila dibandingkan dengan bentuk meriam si Jagur. Dari ukuran dan diameterpun lebih besar meriam Si Jagur daripada meriam yang ada di Malaka. Boleh saya bilang ini adalah meriam terbesar yang pernah saya lihat dibanding dengan meriam-meriam sebelumnya.
So, meriam ini mungkin bisa jadi salah satu trademark menarik dari Museum Fatahilah.
Kesimpulannya
Museum ini layak untuk dikunjungi di akhir pekan ini, karena banyak sekali peninggalan kota Batavia yang bisa kita pelajari dan kita renungi sebagai bagian dari pengenalan sejarah budaya Jakarta. Bagaimana? Tertarik mengunjungi? Langsung aja datang ke Kota Tua Jakarta….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Sumber Foto: Koleksi Pribadi dan blog http://ferinaldy.wordpress.com/
Pelataran halaman
Di museum Fatahilah kita akan menemukan empat meriam. Di sisi kanan terdapat dua meriam, dan meriam kedua di sisi sebelah kiri. Meriam ini cukup besar, bila dibandingkan dengan meriam yang ada di museum gajah. Cukup menarik untuk sekedar mengambil gambar foto.
Masuk ke dalam (Sisi kiri)
Di sisi kiri kita akan menemukan sebuah lukisan yang cukup besar, hasil dari restorasi. Lukisan ini bercerita tentang keadaan Batavia kala itu, yang penuh dengan perjuangan, penyiksaan dan hiruk pikuk keadaan kota Batavia. Sebelum di restorasi lukisan ini sebenarnya dalam keadaan memprihatinkan karena memang kanvas yang ada di lukisan ini sudah mulai rusak termakan umur. Karena itulah para seniman berusaha bekerja keras merestorasi lukisan ini, hingga kita dapat melihatnya kembali dalam keadaan utuh, tanpa terlihat cacat sedikitpun.
Tidak hanya lukisan, di sisi kiri juga terdapat sebuah ukiran berbentuk kepala binatang. Karena tidak ada guide yang menjelaskan benda ini apa, jadi saya tidak bisa menjelaskan lebih lanjut lagi tentang benda ini.
Lebih ke dalam lagi
Kita akan menemukan beberapa karikatur tentang Jakarta tempo doeloe serta beberapa alat kesenian Jakarta, seperti Tanjidor. Cukup menarik, tapi berhubung terlalu banyak orang yang datang, saya jadi tidak sempat melihat dengan detil informasi yang tertera di dalamnya.
Lukisan Jan Van Pieterzoon Coen
Di dalam Museum Fatahilah, kita akan menemukan lukisan Jan Van Pieterzoon Coen asal Hoorn, Belanda (1587-1629). Ia adalah seseorang yang menghancurkan Jayakarta (1619) dan mendirikan Batavia. Saat itu ia menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Timur ke 4. Di tangan dinginnya, ia berhasil memajukan perdagangan VOC.
Lukisan ini cukup mengerikan, karena pelukis berhasil membuat lukisan ini terlihat hidup. Melihatnya lebih dalam kita akan mendapati sosok bengis dari guratan wajahnya. So, cukup menakutkan bila dilihat terlalu lama.
Pedang Keadilan
Pedang Keadilan adalah pedang eksekusi yang terbuat dari logam perunggu, berukuran panjang 110 cm dengan berat kurang lebih 4 Kg. Pedang Keadilan ini milik dari Gubernur Jenderal Jan Van Pieterzoon Coen.
Sebuah Prasasti Peringatan
Di bagian dalam museum Fatahilah kita akan menemukan sebuah prasasti. Di prasasti ini dijelaskan dahulu ada seorang Belanda yang dituduh berkhianat pada VOC. Karena pengkhianatannya ia kemudian dihukum oleh Gubernur Jenderal VOC, dengan cara ditarik dari kedua sisi dengan menggunakan kuda. Nah, untuk memperingatinya, dibuatlah prasasti untuk mengenangnya….
Beberapa Senjata Khas Daerah
Di museum ini dipamerkan juga beberapa senjata dari daerah semisal Kujang, Mandau bahkan tombak. Dari hasil pantauan saya, sepertinya senjata-senjata ini adalah koleksi pribadi yang dimiliki olah Gubernur Jenderal VOC masa itu.
Penjara VOC
Penjara ini adalah penjara bawah tanah, dimana ketinggiannya kurang dari delapan puluh centimer. Bisa kebayang dong kita harus nunduk untuk masuk ke tempat ini. Hmm, memang zaman dahulu VOC boleh dibilang sangat kejam terhadap tawanan. Bagaimana tidak di penjara bawah tanah ini dikumpulkan empat puluh tawanan sekaligus, padahal kapasitas satu sel tidak memungkinkan mengumpulkan empat puluh orang sekaligus. Walhasil mereka harus berjongkok untuk bisa masuk ke dalam penjara tersebut.
Karena keadaan penjara yang sempit, tak jarang membuat daya tahan tubuh para penghuni penjara menyebabkan kematian pada diri mereka sebelum akhirnya mereka dieksekusi hukuman mati. Biasanya penyakit yang menghinggapi para tawanan tipus, kolera dan disentri.
Meriam Si Jagur
Meriam ini dulunya ada di Malaka, tapi berhubung Malaka jatuh ke tangan VOC Meriam ini dibuat oleh NT. Bocarro di Maccau, terbuat dari logam besi baja berukuran panjang 3,81 Cm dengan berat 3,5 Ton.
Jika dibandingkan dengan meriam yang ada di Malaka, Meriam Si Jagur ini memang unik dan tiada duanya. Keunikannya terletak pada tangan yang mengepal di dekat sumbunya. Jika sobat Lirak Lirik perhatikan, meriam di Malaka tidak memiliki bentuk yang spesifik bila dibandingkan dengan bentuk meriam si Jagur. Dari ukuran dan diameterpun lebih besar meriam Si Jagur daripada meriam yang ada di Malaka. Boleh saya bilang ini adalah meriam terbesar yang pernah saya lihat dibanding dengan meriam-meriam sebelumnya.
So, meriam ini mungkin bisa jadi salah satu trademark menarik dari Museum Fatahilah.
Kesimpulannya
Museum ini layak untuk dikunjungi di akhir pekan ini, karena banyak sekali peninggalan kota Batavia yang bisa kita pelajari dan kita renungi sebagai bagian dari pengenalan sejarah budaya Jakarta. Bagaimana? Tertarik mengunjungi? Langsung aja datang ke Kota Tua Jakarta….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Sumber Foto: Koleksi Pribadi dan blog http://ferinaldy.wordpress.com/
Jumat, 05 Februari 2010
Bentara Pentas Musik: JALAN HIDUP ENAM SENAR
Resital Gitar, Jubing Kristianto
Sepertinya tahun ini adalah tahun nya untuk mencintai seni dan budaya bagi lirak lirik. Bisa dilihat dari beberapa postingan terakhir yang memberikan liputan mengenai berbagai pentas seni baik itu seni tari maupun seni musik.
Kali ini pun saya akan menuliskan hasil jalan jalan saya ke salah satu pertunjukkan seni yang kembali diadakan di Gedung Bentara Budaya Jakarta. Tepatnya kamis malam kemarin tanggal 4 Februari 2010, saya bersama beberapa orang teman berkesempatan menikmati Petikan Gitar yang sangat menawan dari seorang JUBING KRISTIANTO.
Bertempat di salah satu ruangan yang berada di kompleks gedung Bentara Budaya Jakarta, konser yang sederhana ini dipadati oleh ratusan pengunjung. Karena membludak nya penonton, maka panitia menyediakan tiga layar di ruangan terpisah agar mereka yang tidak kebagian tempat di ruang utama pertunjukkan dapat ikut serta menikmati suguhan dari sang Maestro.
Acara ini semakin semarak dan hidup karena di pandu oleh seorang Ananda Buddhisuharto yang tidak lain merupakan teman lama dari Jubing Kristianto. Beliau menjadi narator yang mengisahkan perjalanan hidup seorang Jubing Kristianto mulai dari masa kecil hingga perkenalannya dengan alat musik Gitar yang menghantarkannya hingga bisa menjadi seorang yang banyak dikenal public seperti sekarang ini.
Selain perjalanan hidupnya, tentu saja Jubing memperlihatkan kebolehannya memainkan gitar, mulai dari satu jari, dua jari hingga ke semua jari. Hanya beberapa lagu yang dimainkan secara utuh oleh Jubing, misalnya Becak Fantasy yang di ambil dari album pertama (2007), Hujan Fantasy dari Album kedua (2008), Delman Fantasy dari album ketiga (2009) dan Song For Renny, ini merupakan lagu khusus yang sengaja diciptakan oleh Jubing sebagai persembahan untuk istri tercinta. Ketiga lagu anak2 yang sederhana ini di olah secara indah oleh jubing dan membuat kita para penonton ikut bernyanyi dengan iringan gitarnya. Puncaknya adalah suguhan lagu Ayam Den Lapeh dari daerah Minangkabau, tidak hanya memetik dawai Jubing juga memberikan variasi tabuhan badan gitar di tengah2 lagu. Permainan yang variatif ini mendapatkan applause yang luar biasa dari para penonton, tidak hanya yang hadir di ruangan utama, tapi dari beberapa ruang lain yang dipasangi layar datar pun ikut memberikan applause.
Tidak hanya lagu2 Indonesia yang sudah kita kenal yang disuguhkan pada malam itu, beberapa lagu terkenal dari luar negeri pun turut membuai kita malam itu, seperti Mission Impossible, Winter Games (David Foster), Bohemian Rhapsody (Queen) hingga beberapa lagu klasik Spanyol yang saya tidak ingat judulnya. Ini sudah lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa Jubing Kristianto memang seorang Gitaris yang tiada dua nya di Indonesia.
Konser yang berlangsung selama kurang lebih dua jam ini betul2 dapat menghibur dan memuaskan para penonton yang hadir.
Hikmah yang bisa saya ambil dari konser ini adalah jika memang kita menekuni satu bidang yang kita senangi dengan sungguh-sungguh maka hasilnya pun pasti tidak akan mengecewakan dan dapat menginspirasi banyak orang.
About JUBING KRISTIANTO
Pria yang lahir di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 9 April 1966 ini sudah diakui oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai "Gitaris Indonesia Pertama yang Menyebarluaskan Komposisi dan Aransemen Gitar Pribadi Secara Gratis di Internet" (2008) dan Sebelumnya, pada tahun 2005, ia menerima penghargaan MURI sebagai "Penulis Ensiklopedia Gitar Pertama di Indonesia". Selain pernah menerima penghargaan sebagai pemenang Nasional YAMAHA FESTIVAL GITAR INDONESIA sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1987, 1992, 1994 & 1995, beliau juga pernah mendapatkan Distinguished Award pada Yamaha South-East Asia Guitar Festival tahun 1984.
Lulusan jurusan Kriminologi Universitas Indonesia ini memutuskan untuk total menjadi full time Guitarist pada tahun 2003 dan meninggalkan posisi nya sebagai orang kedua (Redaktur Pelaksana) di tabloid Nova. Sebelumnya dia menggeluti dunia Jurnalistik selama 13 tahun.
Salam Jalan Jalan,
Ayuk Lin
Sang Lirik
Sumber: Wikipedia
Sumber Foto: Kompas dan hasil bidikannya Komink (temannya Vin)
Sepertinya tahun ini adalah tahun nya untuk mencintai seni dan budaya bagi lirak lirik. Bisa dilihat dari beberapa postingan terakhir yang memberikan liputan mengenai berbagai pentas seni baik itu seni tari maupun seni musik.
Kali ini pun saya akan menuliskan hasil jalan jalan saya ke salah satu pertunjukkan seni yang kembali diadakan di Gedung Bentara Budaya Jakarta. Tepatnya kamis malam kemarin tanggal 4 Februari 2010, saya bersama beberapa orang teman berkesempatan menikmati Petikan Gitar yang sangat menawan dari seorang JUBING KRISTIANTO.
Bertempat di salah satu ruangan yang berada di kompleks gedung Bentara Budaya Jakarta, konser yang sederhana ini dipadati oleh ratusan pengunjung. Karena membludak nya penonton, maka panitia menyediakan tiga layar di ruangan terpisah agar mereka yang tidak kebagian tempat di ruang utama pertunjukkan dapat ikut serta menikmati suguhan dari sang Maestro.
Acara ini semakin semarak dan hidup karena di pandu oleh seorang Ananda Buddhisuharto yang tidak lain merupakan teman lama dari Jubing Kristianto. Beliau menjadi narator yang mengisahkan perjalanan hidup seorang Jubing Kristianto mulai dari masa kecil hingga perkenalannya dengan alat musik Gitar yang menghantarkannya hingga bisa menjadi seorang yang banyak dikenal public seperti sekarang ini.
Selain perjalanan hidupnya, tentu saja Jubing memperlihatkan kebolehannya memainkan gitar, mulai dari satu jari, dua jari hingga ke semua jari. Hanya beberapa lagu yang dimainkan secara utuh oleh Jubing, misalnya Becak Fantasy yang di ambil dari album pertama (2007), Hujan Fantasy dari Album kedua (2008), Delman Fantasy dari album ketiga (2009) dan Song For Renny, ini merupakan lagu khusus yang sengaja diciptakan oleh Jubing sebagai persembahan untuk istri tercinta. Ketiga lagu anak2 yang sederhana ini di olah secara indah oleh jubing dan membuat kita para penonton ikut bernyanyi dengan iringan gitarnya. Puncaknya adalah suguhan lagu Ayam Den Lapeh dari daerah Minangkabau, tidak hanya memetik dawai Jubing juga memberikan variasi tabuhan badan gitar di tengah2 lagu. Permainan yang variatif ini mendapatkan applause yang luar biasa dari para penonton, tidak hanya yang hadir di ruangan utama, tapi dari beberapa ruang lain yang dipasangi layar datar pun ikut memberikan applause.
Tidak hanya lagu2 Indonesia yang sudah kita kenal yang disuguhkan pada malam itu, beberapa lagu terkenal dari luar negeri pun turut membuai kita malam itu, seperti Mission Impossible, Winter Games (David Foster), Bohemian Rhapsody (Queen) hingga beberapa lagu klasik Spanyol yang saya tidak ingat judulnya. Ini sudah lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa Jubing Kristianto memang seorang Gitaris yang tiada dua nya di Indonesia.
Konser yang berlangsung selama kurang lebih dua jam ini betul2 dapat menghibur dan memuaskan para penonton yang hadir.
Hikmah yang bisa saya ambil dari konser ini adalah jika memang kita menekuni satu bidang yang kita senangi dengan sungguh-sungguh maka hasilnya pun pasti tidak akan mengecewakan dan dapat menginspirasi banyak orang.
About JUBING KRISTIANTO
Pria yang lahir di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 9 April 1966 ini sudah diakui oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai "Gitaris Indonesia Pertama yang Menyebarluaskan Komposisi dan Aransemen Gitar Pribadi Secara Gratis di Internet" (2008) dan Sebelumnya, pada tahun 2005, ia menerima penghargaan MURI sebagai "Penulis Ensiklopedia Gitar Pertama di Indonesia". Selain pernah menerima penghargaan sebagai pemenang Nasional YAMAHA FESTIVAL GITAR INDONESIA sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1987, 1992, 1994 & 1995, beliau juga pernah mendapatkan Distinguished Award pada Yamaha South-East Asia Guitar Festival tahun 1984.
Lulusan jurusan Kriminologi Universitas Indonesia ini memutuskan untuk total menjadi full time Guitarist pada tahun 2003 dan meninggalkan posisi nya sebagai orang kedua (Redaktur Pelaksana) di tabloid Nova. Sebelumnya dia menggeluti dunia Jurnalistik selama 13 tahun.
Salam Jalan Jalan,
Ayuk Lin
Sang Lirik
Sumber: Wikipedia
Sumber Foto: Kompas dan hasil bidikannya Komink (temannya Vin)
Langganan:
Postingan (Atom)