Minggu, 27 September 2009
Malaka
Malaka adalah salah satu daerah bekas jajahan Portugis dan Inggris. Daerah ini menjadi daerah rebutan untuk dijadikan pelabuhan dan transit perdagangan. Letaknya yang strategis membuat para penjajah memperebutkan tempat ini.
Sewaktu saya ke sana ada beberapa tempat wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi. Dari mulai monumen-monumen bergaya Spanyol, museum seni dan budaya, sampai benteng Spanyol. Semua objek yang dikunjungi disini cukup menarik dan sayang untuk dilewatkan. Salah satu yang menjadi daya tarik yang sayang untuk dilewatkan adalah benteng yang dibangun Spanyol. Dari benteng ini kita bisa melihat suasana Malaka, meski tidak terlihat semua. Di sana juga ada gereja kuno yang dibangun oleh bangsa Portugis dimana kita bisa menemukan arsitektur khas gereja Eropa di sana.
Actually, secara keseluruhan bangunan-bangunan di sini cukup menarik namun bila dibandingkan dengan bangunan-bangunan kuno yang ada di daerah Kota (Jakarta), tentunya lebih menarik bangunan kuno yang ada di daerah Kota. Sebab bangunan Kota yang ada di Jakarta lebih tertata dan apik terlihat bila dibandingkan dengan Malaka. Pokoknya Aku Cinta Indonesia-lah….
Asal Nama Malaka
Menurut tour guide saya, nama Malaka itu diambil dari nama buah Malaka yang memang banyak tumbuh di sana selain rambutan dengan kulit keras. Saat itu ada seorang sultan dari Palembang datang ke daerah Malaka. Ia melihat potensi yang sangat besar dari daerah Malaka untuk dijadikan pusat perdagangan.
Satu saat ia bertanya dengan pengawalnya tentang dareah ini. Pengawalnya tidak tahu persis nama daerah ini. Ketika ia bertanya dengan warga sekitarpun, mereka tidak mengetahui dengan persis daerah ini.
Ketika itu jatuh buah Malaka ke kepala sultan, ia berpikir lama sembari memperhatikan bentuk buah itu.
“Pengawal buah apa ini?” sang Sultan memperhatikan dengan seksama buah itu.
“Ampun paduka sultan, hamba tak tahu buah yang sultan pegang.”
“Kalau begitu adakah yang tahu buah ini?” Sultan bertanya pada penduduk sekitar yang kebetulan ada di situ.
“Ampun sultan, buah yang sultan pegang adalah buah Malaka.” tukas seorang warga sambil tertunduk hormat pada sultan.
“Hmm, baiklah mulai saat ini daerah yang tak bertuan ini kunamakan Malaka….”
Nah itulah cerita singkat tentang asal muasal Malaka yang diceritakan Pa’ Cik (Tour Guide kami selama berada di Malaysia). Jadi kita boleh bangga donk, karena ternyata nama Malaka itu diberikan oleh Sultan Palembang yang ASLI INDONESIA, hehehe…. GO INDONESIA….
Ok sekian dulu reportase perjalanan saya, nanti akan ada cerita yang lebih seru dan menarik lagi. So, pentengin terus blog Lirak-Lirik ya….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Jalan-Jalan Ke Museum Bank Indonesia
Week End minggu ini enaknya kemana ya? Hmm kenapa gak coba ke museum Bank Indonesia. Museum yang baru di resmikan SBY pada tanggal 27 juli 2009 ini memiliki daya tarik yang sayang untuk dilewatkan lho....
Perpaduan bangunan yang antik dan teknologi yang canggih membuat museum ini layak dan wajib untuk dikunjungi. Museum yang dahulu adalah sebuah rumah sakit ini memuat rekam jejak sejarah perbankan di Indonesia. Dari sini kita bisa tahu bagaimana sejarah penggunaan mata uang di Indonesia. Serta logo BI dari tahun ke tahun.
Hmm Apa yang membuat Museum Bank Indonesia ini harus dikunjungi?
Wah kalau ditanya apa yang menarik dari museum ini maka jawabnya ya buanyak sekali yang menarik di museum ini. Ketika pertama kali kita masuk ke area museum kita akan disuguhkan permainan menangkap koin dari proyektor yang ditembakkan pada sebuah dinding. Bila kita berhasil menangkap koin yang ada pada proyektor, kita akan mendapatkan informasi tentang tahun pembuatan koin dan berasal dari mana koin tersebut. Permainan koin ini cukup seru, karena ternyata tidak mudah menangkap koin yang kita inginkan. Teman saya beberapa kali gagal menangkap koin karena belum ditangkap koin sudah terpantul dan menghilang dengan cepat. Oh ya di ruang ini kita tidak boleh menggunakan kamera dengan blitz lho! Penggunaan kamera dengan blitz akan mengganggu kinerja dari proyektor, so kalau mau berfoto ria matikan blitz ya….
Setelah puas bermain tangkap koin, kita akan melewati ruang theater. Hmm biasanya ruang ini menyajikan film sejarah keuangan yang ada di Indonesia. Sayangnya kami tidak bisa menonton film tersebut, karena jumlah kami hanya lima orang, sehingga film tidak diputarkan.
Hmm setelah melewati ruang theater kita akan melewati ruang diaroma-diaroma yang menceritakan tentang sejarah uang di Indonesia. Dari mulai tukar menukar (barter), sejarah jatuh bangunnya bank pemerintahan di masa kolonial Belanda. Ada banyak informasi yang bisa kita dapatkan di zona ini.
Diaroma-diaroma yang ada cukup jelas menggambarkan bagaimana proses uang dan bank di Indonesia. Tidak hanya itu suara-suara rekaman dan layar-layar datar menguatkan informasi yang ada dalam ruangan ini. Bagi yang ingin mempelajari sejarah uang, museum ini bisa menjawab semua keingintahuan kita tentang sejarah keuangan di Indonesia.
Selain diaroma-diaroma, museum ini juga menempilkan keunikan-keunikan lain. Bila kita berjalan lebih dalam kita akan menemukan sebuah touch screen yang berisi pilihan-pilihan film dari kasus-kasus terhebat keuangan Indonesia. Misalnya film tentang krisis moneter yang terjadi pada saat Soeharto turun.
Ada lagi yang menarik, di museum ini kita akan menemukan sebuah ruang penyimpanan emas. Ruang penyimpanan emas ini di desain mirip dengan ruang penyimpanan cadangan emas yang ada pada bank-bank di zaman dahulu.
Terakhir yang wajib dan harus kita kunjungi dari museum ini adalah ruang penyimpanan uang di Indonesia dari tahun ke tahun. Di sini kita akan menemukan uang-uang Indonesia dari zaman ke zaman. Dari mulai uang yang berbahan perak sampai uang kertas, semua tersaji lengkap di sini. Selain itu kita juga bisa menemukan koleksi mata uang asing keluaran zaman dahulu lho!....
Intinya museum ini, sayang untuk dilewatkan terlebih kita yang tinggal di Jakarta. Jangan ngaku orang Jakarta kalau belum pernah masuk ke museum ini! Dan jangan hanya tahu bangunannya Adung Sedayu aja ya (aka mall), hehehe….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Perpaduan bangunan yang antik dan teknologi yang canggih membuat museum ini layak dan wajib untuk dikunjungi. Museum yang dahulu adalah sebuah rumah sakit ini memuat rekam jejak sejarah perbankan di Indonesia. Dari sini kita bisa tahu bagaimana sejarah penggunaan mata uang di Indonesia. Serta logo BI dari tahun ke tahun.
Hmm Apa yang membuat Museum Bank Indonesia ini harus dikunjungi?
Wah kalau ditanya apa yang menarik dari museum ini maka jawabnya ya buanyak sekali yang menarik di museum ini. Ketika pertama kali kita masuk ke area museum kita akan disuguhkan permainan menangkap koin dari proyektor yang ditembakkan pada sebuah dinding. Bila kita berhasil menangkap koin yang ada pada proyektor, kita akan mendapatkan informasi tentang tahun pembuatan koin dan berasal dari mana koin tersebut. Permainan koin ini cukup seru, karena ternyata tidak mudah menangkap koin yang kita inginkan. Teman saya beberapa kali gagal menangkap koin karena belum ditangkap koin sudah terpantul dan menghilang dengan cepat. Oh ya di ruang ini kita tidak boleh menggunakan kamera dengan blitz lho! Penggunaan kamera dengan blitz akan mengganggu kinerja dari proyektor, so kalau mau berfoto ria matikan blitz ya….
Setelah puas bermain tangkap koin, kita akan melewati ruang theater. Hmm biasanya ruang ini menyajikan film sejarah keuangan yang ada di Indonesia. Sayangnya kami tidak bisa menonton film tersebut, karena jumlah kami hanya lima orang, sehingga film tidak diputarkan.
Hmm setelah melewati ruang theater kita akan melewati ruang diaroma-diaroma yang menceritakan tentang sejarah uang di Indonesia. Dari mulai tukar menukar (barter), sejarah jatuh bangunnya bank pemerintahan di masa kolonial Belanda. Ada banyak informasi yang bisa kita dapatkan di zona ini.
Diaroma-diaroma yang ada cukup jelas menggambarkan bagaimana proses uang dan bank di Indonesia. Tidak hanya itu suara-suara rekaman dan layar-layar datar menguatkan informasi yang ada dalam ruangan ini. Bagi yang ingin mempelajari sejarah uang, museum ini bisa menjawab semua keingintahuan kita tentang sejarah keuangan di Indonesia.
Selain diaroma-diaroma, museum ini juga menempilkan keunikan-keunikan lain. Bila kita berjalan lebih dalam kita akan menemukan sebuah touch screen yang berisi pilihan-pilihan film dari kasus-kasus terhebat keuangan Indonesia. Misalnya film tentang krisis moneter yang terjadi pada saat Soeharto turun.
Ada lagi yang menarik, di museum ini kita akan menemukan sebuah ruang penyimpanan emas. Ruang penyimpanan emas ini di desain mirip dengan ruang penyimpanan cadangan emas yang ada pada bank-bank di zaman dahulu.
Terakhir yang wajib dan harus kita kunjungi dari museum ini adalah ruang penyimpanan uang di Indonesia dari tahun ke tahun. Di sini kita akan menemukan uang-uang Indonesia dari zaman ke zaman. Dari mulai uang yang berbahan perak sampai uang kertas, semua tersaji lengkap di sini. Selain itu kita juga bisa menemukan koleksi mata uang asing keluaran zaman dahulu lho!....
Intinya museum ini, sayang untuk dilewatkan terlebih kita yang tinggal di Jakarta. Jangan ngaku orang Jakarta kalau belum pernah masuk ke museum ini! Dan jangan hanya tahu bangunannya Adung Sedayu aja ya (aka mall), hehehe….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Sabtu, 26 September 2009
Sensasi Kuliner di Bengkel Kuliner
Jika kita ke daerah Pangkalan Jati, Jatiwaringin maka kita akan menemukan kawasan kuliner yang sayang untuk dilewati. Beragam restaurant hadir di sini, dan rasanya huaa maknyus (Bondan Winarno mode on). Ketika saya berkunjung kesana saya disunguhkan cita rasa masakan Indonesia yang membuat air lur menetes dengan deras.
Salah satu tempat yang mesti, harus, kudu dan wajib dicoba adalah Bengkel Kuliner. Hmm disini banyak tempat makan yang enak-enak berkumpul dan berpadu menjadi satu. Mau mie Aceh? Ada mi Aceh Jali-Jali (itu lho yang cabang terminal Blok M), martabak Alit (yang mini namun nampol di perut hohoho), sampai nasi liwet khas solo yang lengkap disajikan dengan dandang kecil berbentuk teko, hmm it’s so yummiii….
Bagi pecinta kuliner jangan lewatkan stand Bebek Jogja yang menyajikan beragam makanan bebek, dari mulai mulai bebek kremes, bebek cabe hijau sampai dengan bebek hotplate, semua tersaji nikmat bila disandingkan dengan nasi putih yang pulen. Huaaah pokoknya hi recommended deh (hmm ini hasil cipta kata-kata saya lho, jadi gak niru-niru pak Bondan hehehe….).
So buat yang belum pernah ke sana wajib datang dan coba makanan yang ada di sana ya....
Salam Ngiler eh Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Putra Jaya Malaysia
Yihaa, ketemu lagi di blog jalan-jalan lirak-lirik. Kali ini kita akan bahas tentang Putra Jaya Malaysia. Putra Jaya Malaysia adalah propinsi termuda di Malaysia, ia dibangun atas inisiatif salah satu Sultan untuk memindahkan pusat pemerintahan. Letaknya tidak terlalu jauh dari Kuala Lumpur lho. Hmm kira-kira jaraknya Pondok Indah ke Bekasi via JORR.
Kota ini bisa dibilang sangat sepi, karena memang penduduknya hanya lima ratus ribu jiwa saja. Pada siang hari kita tidak akan menemukan orang yang lalu lalang kesana kemari, karena memang pada saat jam kerja tidak ada yang keluar dari kantor.
Hal ini bisa dimaklumi karena memang kota ini tidak memiliki fasilitas liburan layaknya kota-kota lain di Indonesia yang memiliki fasilitas-fasilitas menarik di setiap kota. Hmm kalau boleh dibandingkan kota ini lebih mirip kawasan industri Cikarang, tanpa fasilitas-fasilitas hiburan.
Apa yang menarik di Putra Jaya?
Ada beberapa bagian menarik yang harus dikunjungi jika kita singgah ke kota ini. Bagian pertama yang harus kita datangi adalah masjid rayanya. Masjid ini cukup besar dan menampung banyak jemaah untuk shalat. Arsitektur bangunannya mengikuti gaya arsitektur Kairo Mesir, detailnya bisa dilihat ketika kita masuk ke pintu gerbangnya.
Masjid ini sebenarnya tidak terlalu istimewa, karena bila dibandingkan dengan masjid-masjid yang ada di Indonesia, masjid ini mungkin tidak ada apa-apanya. Meski begiu masjid ini menyuguhkan pemandangan yang luar biasa ketika kita berkunjung ke sana.
Masjid ini memiliki view danau buatan dengan pemandangan jembatan-jembatan yang menarik. Jika kita foto di bagian samping kiri (jika kita menghadap kiblat maka posisi jembatan di samping kiri) maka kita akan menemukan sebuah jembatan dengan model tali baja. Jembatan ini mirip dengan jembatan yang ada di Batam, kalau viewnya sih masih bagusan jembatan Ampera yang ada di Palembang.
Nah kalau kita foto mengarah belakang, maka kita akan mendapatkan view jembatan dengan arsitektur Kairo Mesir, jembatannya persis kayak yang ada di film KCB. Hmm kalau foto di jembatan ini baru kerasa foto-foto di luar negeri, hehehe…. Ada cerita menarik ketika saya memajang foto ini di Facebook, kala itu teman saya mengira saya berfoto ria di Mesir dan saya disangka ke Mesir. Padahal saya hanya berkunjung ke masjid ini.
Ada lagi yang menarik dari masjid ini. Kalau kita lantai bawah, maka kita akan menemukan food and bazaar area. Dimana kita akan menemukan banyak orang berjualan makanan, dari nasi lemak sampai udang jumbo semua ada di sini. Hmm satu hal yang menarik disini, bila di Indonesia kita ketemu dengan ice cream Dairy Queen maka disini kita akan menemukan ice cream Dairy King. Rasanya beda jauh banget, karena ice cream yang dijual di Dairy King gampang cair, beda banget dengan ice cream Dairy Queen. Hmm jadi pengen beli DQ nih, hehehe….
Oh ya ada lagi yang menarik dari kota ini, yang menarik dari kota ini tentunya adalah danau buatan yang luasnya cukup besar. Hmm kira-kira luasnya sebesar danau di Lido (Sukabumi). Di dalam danau ini ada ikan mas yang besar-besar yang kalau kita kasih makan mereka akan berebutan ambil makanan dari kita. Melihat tingkah dan polah mereka yang semangat makan membuat saya sedikit teringat dengan saudara-saudara kita yang berebut dana zakat di lebaran lalu. Sungguh menyedihkan mengingat mereka yang tergencet-gencet di tengah-tengah orang yang mungkin serakah mengambil zakat yang bukan haknya, fiuh….
Terakhir yang menarik dari kota ini adalah gedung pemerintahannya yang menarik untuk dilihat. Bentuk gedungnya mengingatkan saya pada masjid Istiqlal yang besar dan megah. Hmm jangan-jangan mereka terinspirasi oleh masjid Istiqlal ya….
Ok, sekian dulu curhatan jalan-jalan saya ke Malaysia, besok saya akan sambung dengan cerita-cerita yang lebih menarik lagi.
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Kamis, 24 September 2009
Malaysia i'm coming....
Meski banyak orang mengecam Malaysia, tidak menyurutkan saya untuk menaklukan Malaysia (maksudnya mengunjungi Malaysia). Nah di blog Lirak-Lirik akan ada reportase perjalanan khusus saya sewaktu keliling Malaysia. Mau tahu serunya gimana? Tungguin aja besok and klik link Goes to Malaysia.
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Goes To Museum Bank Mandiri
Pesona museum di kota tua menarik siapa saja untuk datang dan mengunjunginya. Nah salah satu museum yang sayang untuk dilewatkan adalah museum kota tua. Hmm di museum ini kita bisa melihat beragam mesin-mesin yang digunakan untuk melakukan perhitungan akuntasi di zaman dahulu.
Selain itu di sini juga jadi tempat base campnya komunitas-komunitas lho. Dari Komunitas Historia Indonesia, sampai Komunitas Perpustakaaan Batavia hadir di sini. Tempatnya cozy abis….
Museum ini terletak di depan stasiun BEOS (Stasiun Kota), yang juga terletak di depan halte pemberhentian trans Jakarta. So tempatnya cukup strategis dan mudah untuk dikunjungi.
Yang membuat museum ini menarik adalah relief bentuk bangunannya yang tua, kita akan disajikan nuansa khas Belanda. Bentuk bangunan yang diperindah dengan ornament kaca patri di bagian depan Bangunan. Keindahannya akan terlihat tatkala kita memasuki tangga menuju ke atas. Corak-corak kaca patri ini menggambarkan 4 musim di Belanda dan seorang nakhoda yang mendarat di Banten tahun 1596, Cornelis de Houtman.
Ada lagi yang menarik dari museum ini, di museum ini terdapat koleksi-koleksi sepeda onthel lho, so sayang banget untuk dilewatkan….Jadi tunggu apa lagi, datang dan kunjungi Museum Bank Mandiri ya….
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Jumat, 04 September 2009
Patung Raffles
Ada pemandangan menarik ketika saya ke Singapore, hmm salah satunya adalah patung Raffles. Patung putih ini memiliki daya tarik sendiri bagi para wisatawan untuk melihat keindahannya. Entah mengapa menjadi sebuah magnet, padahal kalau dipikir-pikir patungnya biasa aja lho. Hmm dibandingin patung-patung di Jakarta tentunya patung Raffles ini tidak ada apa-apanya. Karena memang patungnya biasa banget sih….
Meski begitu ada sejarah tentang patung Raffles ini lho… Mau tahu sejarahnya? Yu’ kita bahas….
Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (6 Juli 1781 - 5 Juli 1826) adalah Gubernur-Jendral Hindia-Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warganegara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura. Ia salah seorang Inggris yang paling dikenal sebagai yang menciptakan kerajaan terbesar di dunia.
Latar belakang keluarga :
Tak banyak diketahui tentang orangtua Raffles. Ayahnya, Kapten Benjamin Raffles, terlibat dalam perdagangan budak di Kepulauan Karibia, dan meninggal mendadak ketika Thomas baru berusia 15 tahun, sehingga keluarganya terperangkap utang. Ia langsung mulai bekerja sebagai seorang pegawai di London untuk Perusahaan Hindia Timur Britania, perusahaan dagang setengah-pemerintah yang berperan banyak dalam penaklukan Inggris di luar negeri. Pada 1805 ia dikirim ke pulau yang kini dikenal sebagai Penang, di negara Malaysia, yang saat itu dinamai Pulau Pangeran Wales. Itulah awal-mula hubungannya dengan Asia Tenggara.
Raffles di Hindia- Belanda :
Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur Jawa pada tahun 1811 dan dipromosikan sebagai Gubernur Sumatra tidak lama kemudian, ketika Inggris mengambil alih jajahan-jajahan Belanda ketika Belanda diduduki oleh Napoleon Bonaparte dari Perancis. Ketika menjabat sebagai penguasa Hindia-Belanda, Raffles mengusahakan banyak hal: beliau mengintroduksi otonomi terbatas, menghentikan perdagangan budak, mereformasi sistem pertanahan pemerintah kolonial Belanda, menyelidiki flora dan fauna Indonesia, meneliti peninggalan-peninggalan kuna seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Sastra Jawa serta banyak hal lainnya. Ia belajar sendiri bahasa Melayu dan meneliti dokumen-dokumen sejarah Melayu yang mengilhami pencariannya akan Borobudur. Hasil penelitiannya di pulau Jawa ia tuliskan pada sebuah buku berjudulkan History of Java, yang menceritakan mengenai sejarah pulau Jawa. Dalam melakukan penelitiannya, Raffles dibantu oleh asistennya yaitu James Crawfurd dan Kolonel Colin Mackenzie.
Salah satu pembaruan kecil yang diperkenalkannya di wilayah kolonial Belanda adalah mengubah sistem mengemudi dari sebelah kanan ke sebelah kiri.
Kembali dari Hindia-Belanda :
Pada tahun 1815 Raffles kembali ke Inggris setelah Jawa dikembalikan ke Belanda setelah Perang Napoleon selesai. Pada 1817 ia menulis dan menerbitkan buku History of Java, yang melukiskan sejarah pulau itu sejak zaman kuno.
Tetapi pada tahun 1818 ia kembali ke Sumatra dan pada tanggal 29 Januari 1819 ia mendirikan sebuah pos perdagangan bebas di ujung selatan Semenanjung Malaka, yang di kemudian hari menjadi negara kota Singapura. Ini merupakan langkah yang berani, berlawanan dengan kebijakan Britania untuk tidak menyinggung Belanda di wilayah yang diakui berada di bawah pengaruh Belanda. Dalam enam minggu, beberapa ratus pedagang bermunculan untuk mengambil keuntungan dari kebijakan bebas pajak, dan Raffles kemudian mendapatkan persetujuan dari London.
Raffles di Inggris :
Di Inggris Raffles juga merupakan pendiri dan ketua pertama Zoological Society of London. Raffles dijadikan seorang bangsawan pada tahun 1817.
Ia meninggal sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45, pada 5 Juli 1826, karena apoplexy atau stroke. Karena pendiriannya yang menentang perbudakan, keluarganya tidak diizinkan mengebumikannya di halaman gereja setempat (St. Mary's, Hendon). Larangan ini dikeluarkan pendeta gereja itu, yang keluarganya memetik keuntungan dari perdagangan budak. Ketika gereja itu diperluas pada 1920-an, kuburannya dimasukkan ke dalam bagian bangunannya.
Raffles di Singapura :
Raffles menetapkan tanggal 6 Februari tahun 1819 sebagai hari jadi Singapura modern. Kekuasaan atas pulau itu pun kemudian dialihkan kepada Perusahaan Hindia Timur Britania. Akhirnya pada tahun 1823, Raffles selamanya kembali ke Inggris dan kota Singapura telah siap untuk berkembang menjadi pelabuhan terbesar di dunia. Kota ini terus berkembang sebagai pusat perdagangan dengan pajak rendah.
Di Singapura, nama Raffles banyak dipakai: Raffles Junior College, Raffles Institution, Raffles Girls' School, Raffles Girls' Primary School, Raffles Hotel, Stamford Road, Stamford House, Raffles City, stasiun MRT Raffles Place, kelas Raffles di pesawat Singapore Airlines dan Museum Penelitian Keanekaragaman Hayati Raffles.
Bunga Rafflesia :
Nama Raffles juga dipakai sebagai nama suatu genus dari sekelompok tumbuhan parasit obligat, Rafflesia, untuk menghormati jasa-jasanya. Salah satu jenisnya memiliki bunga sejati terbesar di dunia: padma raksasa atau Rafflesia arnoldi yang menjadi salah satu dari bunga nasional Indonesia.
Sumber :
- wikipedia
Salam Jalan-Jalan
Mas Senda
Sang Lirak
Langganan:
Postingan (Atom)