Kamis, 03 Juni 2010

Sang Lirak di Benteng Vredeburg



Hola sobat lirak-lirik, lama sekali tidak memberi kabar dan berita perjalanan yang menginspirasi. Hmm kali ini saya akan menghadirkan sebuah tempat yang wajib dikunjungi bila kita kesana. Mau tahu bentengnya seperti apa, simak penjelasan berikut:

Tentang asal usul nama Benteng….



Benteng ini pertama kali dibangun pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda, alasannya sih untuk menjaga keamanan sultan. Maka dibangunlah seadanya dan tidak permanen. Tahun 1767-1787, benteng kemudian disempurnakan dan diberi nama Rusternburg yang artinya tempat peristirahatan. Nah, pada tahun 1867 terjadi gempa bumi yang dahsyat, yang berujung pada kerusakan benteng. Karena itu diadakan perbaikan hingga akhirnya nama bentengpun berubah menjadi Vrederburg (benteng perdamaian).

Penggunaan Benteng….



Kalau secara historis benteng ini mengalami pergantian dan fungsi, mau tahu rekam jejaknya, simak penjelasan berikut:

1761 – 1811 Benteng pertahanan VOC Belanda.
1811 – 1816 Markas militer tentara Inggris.
1816 – 1942 Markas militer tentara Belanda.
1942 – 1945 Markas militer tentara Jepang.
1945 – 1977 Markas militer Republik Indonesia

Nah, kalau sekarang semuanya sudah berubah fungsi menjadi benda cagar budaya karena pada 1981 ada penetapan benteng Vredeburg sebagai benda cagar budaya, hal ini tercantum di Surat Keputusan Mendikbud nomor: 0224/U/81 tanggal 15 Juli 1981.

Apa saja isi dari benteng ini?

Wuih kalau boleh bilang, benteng ini berisi diorama-diorama dari perjuangan dan sejarah Jogja di masa-masa menjelang kemerdekaan. Ada empat ruang diorama yang terdapat dalam benteng ini.



Diorama I : Berisi tentang periode perjuangan perang Diponegoro melawan Belanda, serta perjuangan para pahlawan merebut Jogja dari tangan Jepang (periode 1825-1942).

Kalau boleh jujur ruang ini adalah ruang diorama paling terang diantara semua diorama, cahaya matahari tembus ke dalam dan menyinari beberapa koleksi di ruang ini, diorama dalam ruang ini menarik karena kita bisa melihat bagaimana bentuk gue selarong tempat pangeran Diponegoro merumuskan rencana melawan Belanda, serta miniatur latihan tentara Jepang.



Diorama II : Berisi tentang periode awal kemerdekaan dan Agresi Militer Belanda (Periode 1945-1947).

Ruang diorama ini banyak menjelaskan bagaimana mencekamnya kala itu di Jogja, pertempuran berdarah sampai perundingan demi perundingan terjadi di Jogja. Kesan saya terhadap ruang diorama 2 sedikit bergidik, karena memang waktu itu saya sendiri masuk ruangan ini tanpa ada siapapun di dalamnya. Suasananya sangat gelap dan sepi. Sedikit banyak seperti merasakan sensasi tantangan Dunia Lain.



Diorama III : Berisi tentang periode perjanjian Renville sampai dengan kedaulatan RIS (Periode 1948-1949).

Ruang diorama ini berisi bagaimana perundingan-perundingan dahulu dilakukan. Pada ruangan ini beberapa koleksi terlihat lebih hidup dari sebelumnya, karena ada recorder suara rekonstruksi kejadian yang kita dengarkan di ruangan ini, hmm mirip-mirip dengan diorama di Lubang Buaya.



Diorama IV : Berisi tentang NKRI – Orde Baru (Periode 1950 – 1974)

Ruang diorama terakhir ini lebih banyak berisi tentang pemilu pertama kali di Jogja. Serta beberapa pakaian seragam tentara kala itu, ruangan ini sangat sepi pengunjung bila dibandingkan ruang diorama lainnya, bisa jadi karena ruangannya agak terpisah dari diorama lainnya.

Selain diorama ada juga meriam-meriam dan kursi-kursi yang dipakai pada zaman dahulu kala. Tempatnya klasik dan ok punya deh….

Kesimpulannya….



Tempat ini bisa jadi rekomendasi kita untuk mengenal sejarah lebih jauh, terutama bagaimana peran Jogja dalam membangun NKRI. Tempatnya keren banget, kalau mau foto-foto juga ok, suasananya mirip Kota Tua di Jakarta. Nah tunggu apa lagi? Ayo kita ke Vredeburg….

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar