Senin, 20 Juni 2011

Berpetualang Menerawang Candi di Karawang

Yiiiihaaaa, akhirnya setelah sekian lama mendekam tanpa jalan-jalan, hari ini hasrat traveling saya tersalurkan juga. Setelah memikirkan berbagai pertimbangan akhirnya saya berangkat menuju Karawang sendiri, menggunakan kendaraan pribadi mencari situs candi peninggalan Kerajaaan Tarumanegara. Mau tahu bagaimana perjalanan saya, ayoo terus baca....

Perjalanan

Perjalanan menuju Candi Jiwa (Karawang), bisa dibilang mudah, namun jauhnya itu buat saya sampai geleng-geleng kepala, tapi ya nggak sampai goyang badan, nanti keterusan jadi goyang Karawang lagi, hehehe....

Well, kalau kita ingin ke Candi Jiwa, rute perjalanannya mudah kok, dari Jakarta kita bisa lewat via tol Cikampek, keluar di pintu keluar tol Cikarang Barat, nanti ambil jurusan Rengasdengklok. Nah dari sini ikuti saja plang Candi Jiwa, hampir setiap 8 – 15 Km ada plang Candi Jiwa, jadi kita tidak perlu khawatir nyasar.
Patokannya setelah melewati Pasar Rengasdengklok, kita belok kiri ke arah Batujaya, ikuti terus petunjuk jalannya sampai di pertigaan belok kanan, sekitar 7 Km kita sampai lokasi.

Hmm bagi sobat lirak-lirik yang memperhatikan jalanan, jangan terlalu terpengaruh dengan jarak yang disajikan oleh plang, karena kenyataannya jarak asli dan petunjuknya beda jauh banget. Di petunjuk tertulis sekitar 68 Km, padahal menurut perkiraan saya membawa mobil, perjalanan ke sana lebih dari 68 Km, hampir 80 Km perjalanannya, so jangan kaget kalau ternyata jaraknya jauh banget....

Persiapan Makanan

Karena masih desa, kita akan sulit menemukan tempat makanan, memang ada tempat makan di daerah pasar, namun akan sangat merepotkan bila kita pergi menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil, karena memang lahan parkirnya sangat terbatas. Jadi kalau bisa bawa bekal yang cukup banyak dari rumah, hehehe.... 

Candi Jiwa



Candi ini adalah candi pertama kali ditemukan dan dipugar, bentuknya memang berantakan karena ketika ditemukan belum terlihat bentuk bangunannya dengan jelas, candi ini mengingatkan saya dengan Candi Bubrah yang ada di Kompleks Candi Prambanan.

Awalnya candi ini hanya gundukan tanah, namun pada tahun 1985 kemudian di ekskavasi dan dilanjutkan pada tahun 1986 oleh tim Arkeolog FSUI.



Yang ditemukan dari candi ini hanyalah bagian bawah (fondasi saja), ukurannya 19 x 19 m, dengan tinggi keseluruhan bangunan yang tersisa 4,7 m dan luas areal candi 500 m2. Candi ini tidak ada tangga, tidak diketahui persis dahulu berbentuk seperti apa, yang jelas candi ini sepertinya bagian dari candi lainnya, namun bukan untuk ditinggali seperti candi Ratuboko yang memang menjadi singgasana Ratuboko, di Jogja.

Letak candinya dibawah permukaan tanah, mirip seperti Candi Sambisari di Jogja, jadi ada tangga ke bawah untuk bisa sampai ke candi tersebut.

Candi Blandongan



Candi ini bentuknya lebih baik dibandingkan dengan Candi Jiwa, ketika saya kesana bentuknya seperti ruang kerajaan, mengingatkan saya dengan Candi Ratuboko yang ada di Jogja, ketika pertama kali ditemukan inskripsi dari emas yang berisi fragmen ayat-ayat suci agama Budha. Dari candi inilah teka-teki candi ini Budha atau Hindu terpecahkan....



Candi ini berukuran bujur sangkar 25 x 25 m di bagian utama candinya, secara keseluruhan luas areal candi ini 110 x 38 m. Candi ini cukup luas karena di sekitarnya kemungkinan besar ada candi-candi perwara yang lebih kecil, ketika saya kesana, batu-batu di sekeliling candinya masih disusun jadi belum tampak jelas susunannya.



Bentuk candi ini saya yakin akan bagus karena bentuknya sudah menyerupai bangunan di masa lalu, sayangnya ketika saya kesana masih dalam tahap finishing.

Candi Serut



Candi ini sangat luas bila dibandingkan dengan candi-candi lainnya karena saat bangunan tengahnya di ekskavasi luasnya hampir sama dengan Candi Blandongan, padahal ketika saya kesana, tanah-tanahnya terlihat memerah seperti ada batu bata di dalamnya. Kata warga sekitar sebenarnya yang saya pijak saat ini adalah bagian dari wilayah candi, termasuk beberapa rumah warga di daerah sekitar (jumlahnya kalau tidak salah mencapai 10 rumah dengan rata-rata luas rumah 100m2 jadi bisa kebayang dong luasnya berapa besar....



Tidak hanya itu di areal candi ini juga ada sumur yang besar sekali, hmm mengingatkan saya kembali pada Candi Ratuboko lengkap dengan pemandiannya. Saya membayangkan pasti mewah sekali pemandian dan tempat tinggal raja-raja ya....

Hiasan Bangunan dan Arca
Karena candi ini diduga candi pertama di Indonesia, karena itu ornamennya tidak kompleks, sangat berbeda dengan candi terakhir peninggalan Brawijaya yang ornamen dan detilnya kompleks. Bentuk dari hiasan stuko dari candi berbentuk bunga Lotus, gelungan, pita manik-manik dan situs Nilanda.



Untuk arca beragam, terdiri dari empat kelompok:
1. Arca Batu.
Yang ditemukan dalam Candi Blandongan bentuknya seperti ikalan rambut Budha yang terpecah-pecah.
2. Arca Perunggu.
Berbentuk kaki dari patung Budha.
3. Arca Stuko.
Arca yang terbuat dari bahan Stuko ini berbentuk tokoh manusia, mahluk kdewataan dan arca-arca hewan. Ukurannya tidak sebesar candi-candi yang ada di Jogja
4. Arca Terakota.
Bentuk arcanya mirip dengan relief yang arca dari Thailand dan Kambodja.

Kesan Sang Lirak
Candi di daerah ini memang bentuknya tidak sebagus candi-candi di Jogja, karena bahan materialnya terbuat dari bata merah, mirip Candi Muara Takus. Lain halnya dengan candi di Jogja yang berbahan andesit. Di candi ini bahan andesit hanya dipakai untuk pijakan saja, sedangkan untuk struktur bangunan semua menggunakan bata merah.



So, jangan terlalu berharap lebih banyak karena memang bentuknya juga tidak semenarik di Jogja. Meski begitu ada satu hal yang menurut saya bagus dari candi ini. Yang pertama, keberanian raja terdahulu membangun areal kerajaan di daerah ini mengingat tanah di daerah ini dulunya adalah rawa yang sangat rentan tanahnya, pasti kemungkinan untuk gagal sangat besar, namun dengan perhitungan yang cukup matang sebuah bangunan nan megah dibuat, so pasti ilmu pertanahan mereka jago banget kan....


Untuk beberapa daerah candi, jalannya sudah dibeton, so jangan khawatir akan belok, karena jalannya sudah mulus. Candi-candi lainnya masih belum rampung jadi kita belum bisa melihat utuhnya seperti apa, satu hal yang saya yakini, bentuknya pasti bagus banget kalau sudah jadi.

So, nggak perlu banyak baca blog ini, langsung saja berpetualang ke sana....

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak