Minggu, 23 Januari 2011

Perjuangan ke Candi Ijo

Yihha, apa kabar sobat Lirak-Lirik? Kali ini saya akan mengajak sobat lirak lirik untuk menapaki salah satu candi yang paling tinggi di Jogjakarta. Nah mau tahu serunya candi ini, mari kita jalan-jalan....

Perjalanan kami ke candi Ijo....

Sebenarnya perjalanan menuju candi Ijo tidak terlalu sulit, pokoknya kalau sudah sampai Jogja kita pergi ke arah Prambanan, nanti kalau sudah ada pertigaan pasar, ikuti arah candi ratu boko. Nanti ikuti jalan itu terus saja, kalau sudah sampai pertigaan bukit kedua (pertigaan bukit pertama ratu boko tapi kalau pertigaan candi yang kedua menuju ke candi Ijo), kita belok kiri.



Nah barulah kita mulai menanjak tinggi....
Sejujurnya barulah terasa capeknya numpang motor sama teman. Betapa tidak saya harus lari ngos-ngosan menuju puncak. Energi saya seperti disedot habis untuk dapat sampai ke puncak candi ini.

Bukannya saya tidak kuat nanjak, tapi ini semua terjadi lantaran saya sebelumnya mendaki candi barong. So, habis sudah energi saya mendaki candi ini....



Beruntungnya candi ini tidak mengecewakan, ketika sampai di sana kita akan mendapati pemandangan yang sangat menarik. Bayangkan dari atas candi ini terlihat satu kota Jogja (pemandangan yang sama persis kalau kita melihat Jogja dari Bukit Bintang).

Sejarah Candi Ijo

Nama candi ini disesuaikan dengan tempat temuannya, yaitu di bukit Ijo, yang berada di dusun Groyokan, kelurahan Sambirejo, Kecamatan Prambanan, sleman Yogyakarta.

Kata Ijo sendiri diambil dari kata ijo yang berarti hijau yang pertama kalinya ada dalam prasasti Poh yang berasal dari tahun 906 Masehi.



Di dalam kompleks candi ini terdapat 17 bangunan yang berada pada sebelas teras berundak. Pada bagian pintu masuk terdapat ukiran kala makara, berupa mulut raksasa (kala) yang berbadan naga (makara), seperti yang nampak pada pintu masuk Candi Borobudur. Dalam kompleks candi ini terdapat tiga candi perwara yang menunjukkan penghormatan masyarakat Hindu kepada Trimurti: Brahma, Wisnu, dan Syiwa.



Setiap candi perwara memiliki isi yang berbeda. Pada candi perwara tengah terdapat patung Sapi (dalam mitologi Hindu, Sapi adalah kendaraan dari Dewa Siwa). Sedangkan di candi yang mengapitnya terdapat lingga dan yoni.



Untuk candi utamanya terdapat lingga dan yoni yang sangat besar (bila dibandingkan dengan candi sambi sari).

Struktur bangunan lain yang ada di kompleks percandian Ijo, antara lain terdapat pada teras kesembilan, berupa sisa batur bangunan yang menghadap ke timur. Di teras kedelapan terdapat tiga buah candi dan empat buah batur bangunan, serta ditemukan dua buah prasasti batu. Salah satu prasasti ditemukan di atas dinding pintu masuk candi yang diberi kode F. Prasasti batu tersebut setinggi satu meter dengan tulisan berbunyi Guywan, oleh Soekarno dibaca Bluyutan yang berarti pertapaan. Prasasti batu yang lain berukuran tinggi 14 cm, tebal 9 cm, memuat 16 buah kalimat yang berupa mantra kutukan yang diulang-ulang berbunyi Om sarwwawinasa, sarwwawinasa. Prasasti-prasasti tersebut tidak menyebut angka tahun, tetapi dari sudut paleografis dapat diperkirakan berasal dari abad VIII-IX M, sehingga candi Ijo diduga juga dibangun pada periode yang sama. Di teras kelima terdapat satu candi dan dua batur, sedangkan di teras keempat dan teras pertama masing-masing terdapat satu candi. Namun, teras kesepuluh, ketujuh, keenam, ketiga dan kedua tidak ditemukan bangunan.



Oh ya candi ini terletak pada ketinggian 395,481 m diatas permukaan air laut, viewnya ok banget untuk lihat satu kota Jogja beserta bandaranya.

Kesimpulan saya

Candi ini harus dikunjungi kalau sobat lirak lirik ke Jogja, karena keindahannya sayang untuk dilewatkan. So, kalau ke Jogja jangan cuma mampir ke candi Prambanan saja, masih ada candi yang indah kok di Jogja selain candi-candi besar 

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Rabu, 12 Januari 2011

Berpetualang bareng ibu-ibu dari Tsim Sha Tsui, Kowloon ke Stanley Market, jauh tapi asyik banget....

Masih seputar perjalanan Hongkong, kali ini saya akan menceritakan bagaimana perjalanan saya menuju Stanley Market. Pagi-pagi kami (saya dan beberapa teman satu rombongan) berangkat dari hotel kami di Harbour Plaza yang terletak di daerah Tokwawan, Kowloon, Hongkong menuju daerah Tsim Sha Tsui. Bis pengantar kami seperti mahfum sekali turis Indonesia senang sekali belanja, maka nggak heran mereka menempatkan kami di tempat ini.

Begitu sampai, kami terperangah dengan suasana sana, ternyata lagi-lagi kami dibawa ke mall. Buat saya secara pribadi mengunjungi mall itu sebenarnya membosankan, soalnya di Jakarta menurut saya mall lebih keren dan elit. Terlebih kalau hanya mampir ke Sogo, yah disini juga banyak banget Sogo, tapi mau bagaimana lagi namanya juga jalan sama ibu-ibu, pasti yang ada dipikirannya belanja dong, secara naluri kewanitaan.



Saya sempat jenuh dan bosan berkeliling mall sampai salah satu dari teman rombongan kami mengusulkan untuk jalan menuju Stanley Market. Brosur yang saya pegang membuatnya tertarik untuk membelanjakan uangnya dengan harga yang cukup miring juga.

Nah kalau saya sendiri sebenarnya tertarik pada sisi jalan-jalannya, daripada bosen keliling mall mending keliling kota Hongkong. Jadilah kita pergi ke Stanley saat itu. Salah satu rombongan saya bu Tita kemudian bertanya-tanya tentang rute perjalanan menuju ke Stanley pada salah satu security di Sogo dan mereka menyarankan kami untuk jalan menggunakan bis 973.



Akhirnya kami berjalan menuju halte dekat Sari Pan Pasific Hotel, menunggu bis tersebut. Karena bisnya lama, salah satu rombongan kami tidak sabar dan mengusulkan untuk naik taxi merah di depan Sari Pan Pasific Hotel. Saya setuju saja karena langkah ini saya pikir akan memangkas waktu perjalanan kita semua menuju kesana, maklum kami diberi batasan waktu oleh pihak tur untuk datang kembali sampai hotel jam 15.00 waktu Hongkong (waktu Hongkong sama persis dengan WITA, jadi buat yang tinggal di Indonesia bagian Barat hanya tinggal maju satu jam saja).



Kemudian kami mulai naik taxi, nah disinilah saya mulai mengalami kendala bahasa yang cukup fatal. Supir taxi di Hongkong ternyata tidak semuanya bisa bahasa Inggris, kami yang memakai dua armada taxi tertolong oleh salah satu supir taxi yang sedikit-dikit ngerti bahasa inggris. Jadilah kami memakai dua taxi, taxi saya diisi saya, bu Yulia dan anaknya Bachtiar, sedangkan taxi kedua berisi bu Tita, bu Dahliana dan pak Rudi.

Awalnya tidak ada masalah dengan perjalanan kami, tapi lama kelamaan kami mulai khawatir. Taxi yang membawa kami tiba-tiba mulai menjauh dari kota besar, melewati dua tol yang bayarnya cukup mahal (kalau nggak salah sekitar HK$ 45) dan melewati dua terowongan. Satu terowongan bawah laut dan satu lagi terowongan tembus dua gunung.

Waktu saya tanya, “How many kilometers from here to the Stanley Market?”
“I don’t know, it’s sofa, sofa (itu yang terdengar di telinga saya padahal maksudnya adalah so far...),” glek langsung saya menelan ludah. Kemudian saya mulai bertanya dimana letak Stanley Market, dan dia langsung menjawab di perbatasan antara China dan Hongkong (ma’ kacau nih, ternyata jauh banget tempatnya). Saya kemudian coba bersms ria via hp bu Julia ke bu Tita namun jaringan yang tidak mendukung membuat sms saya tidak sampai. Sedikit banyak saya mulai panik karena argo sudah menunjukan lebih dari HK$ 120, sampai akhirnya kami sampai juga di Stanley Market.

Ternyata perjalanan kami menghabiskan HK$ 240 atau setara dengan Rp. 250.000. Lemes saya, untungnya bu Tita yang mau nanggung semuanya, jadi saya bisa bernafas lega (karena uang saya sebenarnya pas-pasan banget di dompet).



Sampai sana mulailah saya mencari-cari barang-barang yang bisa jadi buah tangan. Keliling di sini saya menemukan beberapa barang kulit murah meriah, hmm memang ya produk China murah-murah banget sampai saya dibuat geleng-geleng kepala. Ada juga sepatu-sepatu asli yang dijual dengan harga cukup miring. Yang menarik ada benda berupa bantalan yang bisa tiba-tiba hangat bila dipencet. Panasnya akan bertahan selama satu jam bila dipencet. Kalau panasnya sudah hilang kita bisa masak di air mendidih, dan ia akan simpan panasnya. Keren banget bendanya deh....

Di sini saya hanya beli tas dan pajangan saja. Selebihnya saya tidak beli, karena memang selain terbatas saya juga bukan seorang yang doyan belanja. Lama kami berkeliling, kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke Kowloong. Namun kali ini bukan dengan taxi, kami menggunakan 973 untuk pulang ke Tsim Sha Sui. Dan mulailah saya buat kesalahan, kartu nama yang saya keluarkan bertuliskan Harbour Plaza saya tunjukan ternyata direspons dengan gelengan dan 973 melengos begitu saja di depan kami. Bu Tita kaget, ia marah bukan kepalang saat saya mengeluarkan kartu nama, karena bis yang nanti akan datang memiliki jeda waktu yang cukup lama (sekitar setengah jam).

Jadilah kami menunggu bis, sementara itu detak jam menunjukan pukul 14.00, dan kami mulai diliputi kegelisahan karena bis belum datang juga. Bu Dahliana yang kebelet pipis kemudian pergi dari halte mencari toilet. Saat ia ke toilet tiba-tiba saja bis datang, paniklah kembali kita karena bu Dahliana belum datang juga, beruntung ia pergi tidak terlalu lama sehingga kami bisa masuk ke dalam bis.



Sudah masuk dalam bis, sedikit banyak membuat kami lega, meski sebenarnya belum terlalu lega karena bis berjalan 14.10. Dari sini kami mulai khawatir lagi, karena kami takut bis hotel di Tsim Sha Sui meninggalkan kami, kalau sudah begitu kami akan telat sampai hotel. Banyak wajah-wajah khawatir saat itu, tapi saya sendiri tidak terlalu khawatir, pemandangan Hongkong terlalu sayang untuk dilewatkan terutama Repulse Bay yang kami lewati.

Sampai akhirnya kami sampai di Tsim Sha Sui jam 14.45 tepat. Bu Tita yang pandangannya tajam melihat bis hijau bertuliskan Harbour Plaza. “Itu dia bis kita, ayo kita kejar....”

Sebagai pemegang nomer lari 100m di SMP saya langsung ambil ancang-ancang untuk lari. Dengan cepat saya kemudian kejar bis itu sampai pada satu titik ia berhenti, dengan ngos-ngosan saya jelaskan teman-teman saya sedang menuju ke sini, saya minta tolong padanya untuk tetap menunggu.

Beruntungnya kami tepat sampai hotel dan semua sudah siap berkemas menuju Macau, ahh perjalanan yang melelahkan namun puas....

Hmm itulah sekelumit perjalanan saya selama di Hongkong, sebenarnya masih banyak cerita menarik yang belum saya ceritakan, tapi sepertinya nggak muat kalau saya ceritain sekarang, segini dulu saja ya sobat....

Salam Jalan Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Sabtu, 08 Januari 2011

4 Rekomendasi Pertunjukan di Macau

Hola sobat lirak lirik, kali ini saya akan bercerita banyak tentang 4 pertunjukan yang harus didatangi jika anda pergi ke Macau. Empat pertunjukan tersebut adalah sebagai berikut:





Pertunjukan ini memang beda dari pertunjukan lainnya, ia memadukan unsur sirkus, jalan cerita, permainan laser, 4D sampai air yang menari-menari mengelilingi panggung. Kalau anda sempat ke City of Dreams, cobalah mampir ke pertunjukan The House of Dancing Water, dijamin anda akan takjub dengan tarian yang luar biasa.

2. Pertunjukan Zaia, Circue de Solei di The Venetian



Ini adalah pertunjukan sirkus legendaris di dunia, mereka (grup Cirque de Solei) hanya melakukan dua pertunjukan yang menetap. Pertunjukan pertama bisa dilihat di Las Vegas dan pertunjukan selanjutnya bisa dilihat di Macau. Untuk pertunjukan lainnya biasanya mereka mengadakan tur keliling dunia, Indonesia waktu itu pernah kedatangan sirkus ini, penampilan mereka berbeda dengan sirkus lainnya, karena mereka punya tema dan cerita tertentu dalam setiap penampilannya. Sewaktu saya kesana, mereka sedang memainkan lakon Zaia yang bercerita tentang hubungan dua pasang kekasih seperti Romeo dan Juliet.

3. The Bubble di City of Dreams



Saya sudah pernah membahas sebelumnya tentang pengalaman saya nonton The Bubble, untuk sebuah pertunjukan The Bubble sangat menarik karena permainan lightingnya memukau siapa saja untuk melihatnya. Ada sensasi tersendiri yang bisa anda rasakan saat menontonnya. Kita seperti dibawa melihat dunia lain yang penuh imajinasi dan warna. Sungguh pengalaman yang tidak bisa dilupakan saat melihat pertunjukan ini....

4. Disney on Ice di The Venetian



Buat sobat lirak lirik yang sudah memiliki anak, Disney on Ice adalah pertunjukan menarik untuk anda lihat. Seperti biasa kita akan menemukan karakter-karakter disney dari mulai Mickey yang legendaris sampai dengan The Cars yang lucu, semua menjadi permainan yang menarik dan natural.

Nah itulah empat pertunjukan yang saya rekomendasikan bila anda berkunjung ke Macau, masih ada cerita perjalanan saya tentang Macau, penasaran? Tunggu tulisan selanjutnya ya....

Salam Jalan Jalan

Mas Senda
Sang Lirak

Kamis, 06 Januari 2011

Jumbo Floating Restaurant

Seputar Hongkong, jejak dan langkah traveling saya masih akan berkutat di sana. Kali ini sobat lirak lirik akan saya ajak mengunjungi restaurant yang termahsyur di Hongkong. Nama restaurantnya Jumbo King Restaurant. Untuk lebih jelasnya mari kita simak perjalanan berikut:

Sejarahnya



Dahulu restaurant ini adalah tempat penampungan korban perang dunia ke dua. Dalam perkembangannya dibawa ke Australia untuk dijadikan sebuah restaurant oleh Pak Tai pada tahun 1952 dengan nama Floating Restaurant.

Pada tanggal 30 Oktober 1971, terjadi kebakaran hebat di kapal ini, hingga akhirnya membuat 34 karyawan di dalamnya tewas. Hingga keadaannya sudah tidak karuan.



Barulah tahun 1976, kapal ini di bangun kembali dengan menghabiskan dana HK $ 30,000,000, dengan konsep bangunan istana Tiongkok kuno.

Pada tahun 2000, sebagian dari kapal besar ini dibawa ke Manila (Filipina) dari Pelabuhan Aberdeen (Hongkong), sejak saat itu Floating terpecah menjadi dua bagian, Jumbo King Manila dan Jumbo Floating Hongkong.

Ada apa saja disana?

Di restaurant ini kita akan menemukan ornamen khas istana tiongkok jaman dahulu kala, ada deck yang viewnya bagus banget dilihat dari segala arah, di sekitarnya kita akan menemukan perkampungan Aberdeen (yang penghuninya hidup di kapal, nanti akan ada liputan khusus untuk menjelaskan ini), sekolah memasak, kebun anggur, tempat belanja dan ruang pameran.



Saat ini kapal ini tidak mengapung seperti layaknya kapal pada umumnya, karena sudah dipantek oleh pihak pengelola di tengah-tengan laut.

Makanan apa saja yang disajikan disana?

Urusan perut, memang tidak kompromi, rombongan kami disajikan makanan yang luar biasa mulai dari sup tofu dengan kaldu seafood, udang, daging tomat, paprika, ikan dll. Pokoknya kuenyang habis deh, harganya kalau boleh jujur lumayan mahal kalau tidak pakai rombongan tur, tapi berhubung sudah ada yang mengurus, harganya mungkin jadi miring.



Rasa makanan dari restaurant ini uenak banget, rasa sayurannya segar (seperti baru dipetik dan dimakan, hmm yummy) sampai rasa daging tomat yang juicy habis, pokoknya kalau kata Bondan Winarno, ma’nyus dan kalau kata saya Hi Recomended....



Meski begitu ada yang saya kurang suka dari restaurant ini, tahu apa? Pelayannya itu menyebalkan, belagu dan galak. Rasanya mau saya timpuk pake gelas, tapi untungnya makanannya enak jadi niat itu sudah tidak menjadi masalah karena kekenyangan, hehehe....

Kesan saya....



Restaurant ini seperti ikonnya Hongkong, jadi kalau ke Hongkong belum ke Restaurant ini seperti ada yang kurang. Sama halnya kalau ke Jogja nggak makan di Angkringan, rasanya aneh gitu....



Kalau untuk pelayanan terus terang saya tidak terlalu suka dengan pelayan di sini yang marah-marah dan tidak ramah, seharusnya sebagai tamu kami dilayani dengan maksimum tapi ini malah disambut dengan ketus. Saya sendiri jadi bertanya-tanya apa pelayan ini gajinya kecil ya? Apa mungkin gajinya di bawah UMR? (emangnya Indonesia, wkwkwkwk).



Untuk pemandangan, saya boleh bilang view restaurant ini sangat bagus, karena kita bisa lihat sunset, cocok untuk pasangan yang honeymoon (cieee...).

So itulah kesimpulan saya terhadap restaurant ini, edisi depan ada petualangan yang lebih seru lagi, jangan lupa untuk kunjungi Lirak Lirik lagi ya....

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Rabu, 05 Januari 2011

Menikmati Pertunjukan The Bubble di City of Dreams

Masih seputar Macau kali ini saya akan mengajak sobat lirak-lirik menelusuri perjalanan saya selama di Macau.



Bicara soal pertunjukan The Bubble di City of Dreams sebenarnya sih tidak terlalu wah, tapi untuk sebuah pertunjukan 4D yang atraktif pertunjukan ini bisa jadi rekomendasi bagi sobat lirak lirik untuk sekedar melepas stres.

Saya masih ingat sekali pengalaman saya ketika melihat pertunjukan ini, saat itu kami harus ngantri lama-lama sebelum pertunjukan dimulai, saya yang sebenarnya sudah letih agak malas berdiri lama, namun tiba-tiba saja ada pertunjukan yang membuat kami (terpaksa) melihatnya. Betapa tidak saya harus melihat pertunjukan sulap dengan pesulapnya memakai pakaian-pakaian khas game Ragnarok. Mungkin untuk masalah ini saya tidak terlalu mempermasalahkan, namun ada hal lain yang sangat mengganggu saya ketika saya melihatnya.

Yup, saya dipaksa mendengarkan arahan sulapnya dengan menggunakan bahasa mandarin, huft pusinglah saya dibuatnya. Dan yang senang dalam hal ini tentu saja turis-turis China, saya sendiri cuma bisa melongo sambil menerka apa yang dia bicarakan.

Hampir setengah jam saya menunggu untuk masuk ke Bubble, ditambah lagi dengan hiburan sulap mandarin yang sama sekali tidak membuat saya paham. Saya yang waktu itu belum tahu akan melihat apa, sudah bergumam dalam hati, “Aduh parah banget nih, masa iya suruh nonton pertunjukan sulap pakai bahasa mandarin saja harus antri!”

Hingga akhirnya pintu masukpun terbuka....



Dalam sebuah ruangan berbentuk setengah lingkaran kami kemudian masuk, kesan pertama masuk seperti berada dalam Boscha Lembang, hingga pertunjukan dimulai barulah semuanya menjadi beda.



Pertunjukan ini dimulai dengan bubble yang melayang diatas, setelah itu dikelilingi dengan ubur-ubur raksasa (melihat openingnya membuat saya berpikir tentang Sponge Bob, masih terngiang kata-katanya di benak saya, “bermain ubur-ubur, bermain ubur-ubur...”).

Usai bubble pergi, tiba-tiba saja ada harimau besar (hologram) yang mengaum di atas kepala kita, ia kemudian melompat kesana kemari sambil mengaum.... Setiap aumannya mengeluarkan nafas dimana asap membumbung keluar dari atas (hmm pertunjukannya mulai menarik).



Setelah harimau besar itu pergi, kami kemudian dibawa ke ruang bawah laut berbentuk lingkaran. Kami kemudian dibawa ke dalam sebuah tempat dimana terdapat empat bubble dimana masing-masing bubble nantinya akan diambil oleh masing-masing naga yang akan mengajak kita berpetualang ke berbagai macam dunia.



Ada naga yang mengajak kita ke dunia laut, dimana kita bisa melihat hewan-hewan laut. Kemudian ada juga naga yang mengajak kita ke daratan yang indah, lanjut lagi ke naga yang membawa kita ke dalam dunia angkasa, hingga ke dunia merah yang antah berantah (hmm dugaan saya, filosofi ini menggambarkan Yin dan Yang dimana air, udara, api dan tanah menjadi simbol kehidupan orang Tionghoa). Setelah itu keluarlah raja naga yang membawa kita melihat panorama kutub utara dengan auroranya. Kesan saya pada ending ini baru menakjubkan....

Setelah itu bubble kemudian berada di tengah dan kami seperti dibawa naik ke atas kembali, pertunjukanpun selesai.

Nah itulah sepenggal kisah saya di Macau, besok masih ada lagi perjalanan saya yang mengasyikkan selama di Macau, check it out ya....

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak
Sumber Foto: Koleksi Sendiri, duniajalanjalan.com dan Life

Kuala Lumpur

Hola sobat Lirak-lirik, hmm saya kali ini akan menjelaskan tentang jejak-jejak langkah saya selama keliling Kuala Lumpur, dimulai dari asal muasal Kuala Lumpur ya....

Sejarah Kuala Lumpur



Sejarah modern Kuala Lumpur dimulai pada tahun 1850-an, ketika Raja Abdullah membayar buruh Cina untuk membuka tambang timah yang baru dan lebih besar. Mereka tiba di muara Sungai Gombak dan Sungai Klang untuk membuka tambang di Ampang.
Tambang-tambang ini berkembang menjadi kawasan perdagangan yang semakin diterima sebagai kota perbatasan. Banyak kemelut yang dialami Kuala Lumpur, seperti Perang Saudara Selangor, wabah penyakit, kebakaran, dan banjir.

Sekitar tahun 1870-an, Kapitan Cina Kuala Lumpur, Yap Ah Loy, menjadi pemimpin yang bertanggungjawab atas pertahanan dan pertumbuhan kota ini ini. Ia mulai membangun Kuala Lumpur dari sebuah tempat kecil yang tidak dikenal menjadi kota pertambangan dengan ekonomi aktif. Pada tahun 1880, ibukota Selangor dipindah dari Klang ke Kuala Lumpur yang jauh lebih strategis.

Pada tahun 1881, kebakaran dan banjir menghancurkan struktur kayu dan atap Kuala Lumpur. Residen Inggris di Selangor, Frank Swettenham, bertindak dengan mewajibkan semua bangunan dibangun dari batu bata dan ubin saja. Kebanyakan bangunan baru menyerupai rumah toko di Cina Selatan, dengan ciri "kaki lima". Transportasi ke kota ini dipermudah dengan pembangunan jalur kereta api. Pembangunan semakin pesat pada tahun 1890-an, sehingga didirikan sebuah Lembaga Kebersihan (Sanitary Board). Pada tahun 1896, Kuala Lumpur dipilih sebagai ibukota "Negeri-Negeri Melayu Bersekutu" yang baru.

Berbagai komunitas datang menetap di Kuala Lumpur. Kaum Cina menetap di sekitar pusat perdagangan Medan Pasar di sebelah timur Sungai Klang. Orang Melayu, Chettiar, dan India Muslim menetap di sepanjang Java Street (kini Jalan Tun Perak). Lapangan yang kini dikenal sebagai Lapangan Merdeka, merupakan pusat kantor pemerintahan Inggris.

Pada masa Perang Dunia Kedua, Kuala Lumpur dikuasai oleh tentara Jepang dari 11 Januari 1942 hinggga 15 Oktober 1945.[16] Pada tahun 1957, Federasi Malaya berhasil meraih kemerdekaan dari Britania Raya, dan Kuala Lumpur dipilih menjadi ibukota. Setelah pembentukan Malaysia pada 16 September 1963, kota ini juga dipilih sebagai ibukota negara.

Kota ini menjadi saksi dari kerusuhan etnis yang meletus antara orang Melayu dengan orang Cina pada tanggal 13 Mei 1969. Kerusuhan ini disebabkan oleh ketidakpuasan orang Melayu terhadap keadaan sosio-politik mereka saat itu. Kerusuhan 13 Mei menewaskan sekitar 196 jiwa,[18] dan memicu perubahan kebijakan ekonomi negara.
Kuala Lumpur memperoleh status kota pada tahun 1972, menjadikannya pemukiman pertama di Malaysia yang mendapatkan status tersebut sejak kemerdekaan. Pada 1 Februari 1974, Kuala Lumpur menjadi Wilayah Persekutuan, sehingga ibukota Selangor dipindah ke Shah Alam pada tahun 1978.

Pada tahun 1998, sebuah gerakan politik yang dikenal sebagai "Reformasi" berlangsung di kota ini. Gerakan ini disebabkan oleh pemecatan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Pendukung Anwar turun ke jalan dan meminta reformasi di tubuh pemerintahan.

Putrajaya dinyatakan sebagai Wilayah Persekutuan dan pusat pemerintahan Malaysia pada tanggal 1 Februari 2001. Fungsi-fungsi eksekutif dan yudikatif dipindah dari Kuala Lumpur ke Putrajaya. Namun, Parlemen Malaysia dan kediaman resmi Yang di-Pertuan Agong masih berada di Kuala Lumpur.

Kesan saya terhadap kota ini....



Terus terang kota ini tak ubahnya seperti Jakarta, ada bangunan modern dan beberapa bangunan tua yang cukup terawat. Bangunan peninggalan Inggris di KL terlihat sangat terawat. Beberapa arsitektur menunjukan ada akulturasi antara Inggris, Arab dan Melayu.

Di KL kotanya cukup rapih, meski beberapa bagian tetap saja terlihat kotor, kalau di Indonesia sebenarnya suasananya tidak ada yang berbeda, waktu saya ke Sungei Wang (tempat belanja model Tanah Abang) saya baru melihat kesan kumuh dari kota ini, nah yang lebih parahnya di daerah ini beberapa warga non muslim dengan santainya menjual dendeng b2. Awalnya saya tidak terlalu terganggu, namun lama kelamaan gerah juga, karena baunya itu nyengat banget....

Hmm apalagi ya? At least suasana di KL sih gak jauh beda sama Jakarta, malah sebenarnya kita lebih indah lho karena ada banyak tugu yang menyapa di mana-mana, ada tugu pak tani, tugu Diponegoro, tugu Pancoran, dll. Dari sini saya mulai mencintai kota saya sendiri, Jakarta....

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Genting Highland Part 3



Sobat lirak lirik, dulu saya pernah janji akan melanjutkan cerita saya di Genting Highland, nah kali ini saya akan ceritakan tentang Genting Highland yang saya ambil dari wikipedia, mari simak penjelasan berikut:

Genting Highlands atau Tanah Tinggi Genting (2000 m di atas muka laut) adalah puncak gunung dari pegunungan Titiwangsa di Malaysia serta menjadi tempat resort terkenal dengan nama yang sama. Berada di perbatasan negara bagian Pahang dan Selangor, tempat ini dapat dicapai dengan satu jam berkendara roda empat dari Kuala Lumpur atau melalui kereta gantung Genting Skyway yang saat ini merupakan yang tercepat di dunia dan terpanjang di Asia Tenggara).

Genting Highlands didirikan oleh Lim Goh Tong dari Fujian, Cina di awal tahun 1960-an. Sejak itu, Genting Highlands berkembang pesat dan menghasilkan perusahaan-perusahaan lainnya di bawah Genting Bhd, seperti perusahaan kertas, stasiun pembangkit tenaga listrik, perusahaan perkebunan, perumahan, perusahaan minyak, kapal pesiar, dll.

Tentang Lim Goh Tong

Lim Goh Tong mulai menggeluti usaha perdagangan alat dan mesin bekas.[2] Ketika penjajahan Jepang berakhir, Lim Goh Tong mendapatkan banyak keuntungan dari hasil perdagangan alat berat yang sangat dibutuhkan saat itu untuk usaha pertambangan dan perkebunan karet. Secara tidak sengaja, Lim Goh Tong terjun ke dalam industri penambangan besi karena adanya perusahaan penambangan yang tidak dapat membayar 2 buldozer yang dibelinya dari Lim Goh Tong sehingga perusahaan tersebut membayarnya dengan ajakan kerja sama. Dengan bantuan Lim Goh Tong, perusahaan tersebut berkembang pesat dan mengembangkan usahanya dalam pertambangan timah. Lim Goh Tong kemudian mendirikan suatu perusahaan di bidang konstruksi yang diberi nama Kien Huat Private Limited dan perusahaan tersebut berkembang pesat dan menjadi terkenal karena berbagai proyek besar berhasil diselesaikan dengan baik, salah satunya adalah pembangunan Ayer Itam Dam. Perusahaan tersebut menjadi salah satu kontraktor kelas A yang sukses namun sempat hampir mengalami kebangkrutan akibat terhambatnya proyek Irigasi Kemubu yang akhirnya tetap dapat terselesaikan dengan baik.
Ide mendirikan Genting Highlands didapatkannya ketika berkunjung ke Cameron Highlands pada tahun 1964 yang menjadi tempat relaksasi dan berlibur bagi masyarakat Malaysia.Lim Goh Tong melihat banyaknya masyarakat yang memerlukan tempat berlibur di daerah dataran tinggi berudara sejuk tapi dekat dengan ibukota yaitu Kuala Lumpur. Akhirnya Lim Goh Tong memulai perencanaan pembangunan proyek wisata tersebut dan menentukan Gunung Ulu Kali (58 km dari Kuala Lumpur) di daerah Genting Sempah sebagai tempat yang tepat untuk pembangunan.

Pada tanggal 27 April 1965, Lim Goh Tong bersama dengan Tan Sri Haji Mohammed Noah bin Omar mendirikan perusahaan Genting Highlands Berhad dan kemudian mendapatkan persetujuan pembangunan resor wisata dari pemerintah daerah Pahang dan Selangor. Pada tanggal 18 Agustus 1965, konstruksi Genting Highland dimulai dan membutuhkan 4 tahun untuk menyelesaikan pembangunan jalan dari Genting Sempah hingga ke puncak Gunung Ulu Kali. Banyak pihak memandang bahwa usaha pembangunan tersebut terlalu berisiko besar akan manderita kerugian dan terlalu sulit untuk diwujudkan namun Lim Goh Tong berhasil membuktikan bahwa usaha yang dilakukannya berhasil menjadi salah satu tempat wisata terbaik di Malaysia. Pada tahun 1971, hotel pertama berhasil diselesaikan dan dinamakan Highlands Hotel (sekarang disebut Theme Park Hotel). Lim Goh Tong pensiun pada tanggal 31 Desember 2003 dan menyerahkan berbagai usahanya kepada putra keduanya Lim Kok Thay.

Masih ada cerita tentang Genting Highland lagi, nanti kalau sempat akan saya sambung lagi....

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Berkunjung ke Landmark Macau



Yiiiha sobat Lirak Lirik, apa kabar? Hari ini saya akan membawakan kabar tentang perjalanan saya ke Macau, yup kali ini saya akan menjelaskan tentang gereja yang sudah sangat tua, meski sebenarnya dari segi fisik bangunan ini tidak utuh dan hanya menyisakan bagian depannya saja.



Hal ini dikarenakan pada tahun 1835, musnah di lahap api dan hanya menyisakan bagian depannya saja. Sepintas gereja ini seperti setting rumah di film koboi jaman dahulu dimana dari luar sepertinya nampak bangunan padahal kalau diteliti lebih lanjut, belakangnya kosong melompong.

Tempat ini sangat ramai dikunjungi turis, karena kata turis-turis yang saya temui, belum afdol ke Macau kalau belum bertandang ke tempat ini.



Secara arsitektur, gereja ini memadukan unsur Portugis dan China dimana masing-masing dari reliefnya terlihat di ujung tiang dari gereja tersebut. Buat saya sih gereja ini biasa saja, kalau bukan karena di Macau saya juga nggak pengen-pengen banget foto di sini (maklum saya pengagum arsitektur bangunan candi, hehehe).

So far, tempat ini memang bagus untuk dikunjungi, kalau anda berkunjung ke Macau tempat ini saya rekomendasikan untuk dikunjungi karena suasananya sejuk (hmm apa karena pengaruh winter ya?).

Ok sekian dulu laporan saya untuk sobat lirak lirik, jangan lupa ikuti perjalanan saya dan sang lirik di destinasi selanjutnya....

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Senin, 03 Januari 2011

Museum Madame Tussaud Hongkong

Holla sobat lirak-lirik, apa kabar semua? Lama tidak memberi kabar tentang perjalanan yang menginspirasi. Kali ini saya akan mengajak sobat lirak-lirik untuk melihat museum yang paling terkenal di Hongkong.

Kita mulai dengan sejarah Madame Tussaud



Marie Tussaud (lahir 1761, meninggal 1850), lahir sebagai Marie Grosholtz di Strasbourg, Perancis. Ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk Dr. Phillippe Curtius, seorang doktor yang mahir dalam pembuatan patung lilin. Curtius mendidik Tussaud dalam seni patung lilin. Di tahun 1765, Curtius membuat patung lilin Marie-Jeanne du Barry, selir dari Raja Louis XV dari Perancis. Cetakan dari patung tersebut adalah benda tertua yang masih ada dari sejarah museum patung lilin ini.

Pameran pertama dari karya lilin Curtius diadakan tahun 1770 dan menarik perhatian banyak orang. Pameran tersebut pindah ke Palais Royal di Paris pada tahun 1776. Curtius membuka tempat kedua untuk karya-karyanya ini di Boulevard du Temple pada tahun 1782 dengan nama "Caverne des Frands Voleurs", asal muasal dari bagian museum yang dikenal saat ini sebagai Chamber of Horrors (arti harafiah Kamar Horor).




Tussaud membuat patung lilin pertamanya, yaitu patung Francois Marie Arouet de Voltaire, atau yang lebih dikenal hanya dengan Voltaire, di tahun 1777. Tokoh-tokoh terkenal lainnya yang dipatungkannya antara lain Jean Jacques Rousseau dan Benjamin Franklin. Selama Revolusi Perancis ia membuat penutup wajah jenazah bagi para tokoh yang menjadi korban. Ia rela untuk mencari kepala-kepala para korban yang terputus ini di tengah-tengah timbunan jenazah supaya boleh menyelesaikan jenazah ini dengan sempurna.

Ketika Curtius meninggal di tahun 1794, ia meninggalkan koleksi patung-patung lilinnya pada Tussaud. di tahun 1802, Marie Tussaud pindah ke London. Oleh kerana masa itu adalah masa Perang Inggeris-Perancis, ia tidak dapat kembali ke Perancis hanya menggilinggi Inggeris dan Irlandia mempamerkan karyanya. Karyanya itu pernah dipamerkan di Lyceum Theatre. Ia akhirnya memiliki tempat pameran tetap di Baker Street, London, di tahun 1835 (di tempat yang disebut "Baker Street Bazaar").

Tokoh-tokoh terkenal lain kemudian mulai ditambahkan dalam ruang pameran, termasuk Horatio Nelson dan Sir Walter Scott. Beberapa patung lilin yang dibuat oleh Tussaud sendiri masih ada hingga hari ini. Di tahun 1842, ia membuat patung lilin dirinya sendiri yang sekarang berada di pintu masuk utama muziumnya.

Muzium lilin Madame Tussaud kini telah berkembang di London. Museum ini telah berkembang di Amsterdam, Las Vegas, New York City, Hongkong, Shanghai, Hollywood-Los Angeles, dan Washington D.C. Kini, patung-patung lilin Madame Tussauds terdiri atas tokoh-tokoh sejarah, keluarga kerajaan, bintang film dan atlet serta lain2. Museum Madame Tussauds saat ini dimiliki oleh sebuah perusahaan bernama Merlin Entertainments setelah menandatangani Tussauds Group pada bulan Mei 2007.

Koleksi Madame Tussaud Hongkong

Artis Laga: Jet Lee, Jackie Chan, Michele Yeoh, Donny Yen dan legenda Bruce Lee.
Artis Mandarin: Aaron Kwok, Barbie Hsu, Chiling Lin, Leslie Cheung, Leon Lai, Connie Chan dan satu dari empat naga langit Hongkong Andy Lau.
Artis Hollywood: Angelina Jollie, Brad Pitt, Johny Depp, Nicole Kidman, Sir Anthony Hopkin dan Marlyn Monroe.
Tokoh Budaya: Pablo Picasso, Shakespare, Pavaroti, Rembrann Van Riji, Lang Lang dan terakhir Madame Tussaud sendiri.
Atlit internasional: David Beckham, Tiger Woods, Yao Ming, Muhammad Ali, Ronaldinho dan Liu Xiang.
Pop Star: Anita Mui, Teresa Teng, Elvis Presley, The Beatles, Fredy Queen, Mick Jager, Lady Gaga, Madonna, Joe Young, Miriam Yeung dan legenda pop Michael Jackson.
Keluarga Kerajaan Inggris: Diana, Ratu Elizabeth II beserta suami dan anaknya Pangeran Charles.
Kartun: Astro Boy
Tokoh Politik Dunia: Donald Tsang, George W. Bush, Gandhi, Obama, Hu Jintao, Deng Xiao Ping, Wen Jiao Bao dan Lee Kuan Yew.
Fashionista: Naomi Cambell dan Elle Macpherspon.
Ilmuan: Einstein.





Kesan saya terhadap museum ini....




Kalau boleh diceritakan museum ini konsepnya keren, beberapa selebriti yang mungkin sulit ditemui oleh kita dapat ditemukan disini. Memang hanya lilin, tapi lilinnya dibuat semirip mungkin. Sobat lirak-lirik mungkin akan tercengang saat melihat replikanya, karena bentuk mata, bibir, sampai rahang semua sama persis dengan aslinya.

Nggak percaya? Datangi saja museum ini, tempat yang paling dekat ada di Hongkong, so jangan lupa mampir ke sana ya....

Salam Jalan-Jalan



Mas Senda
Sang Lirak