Minggu, 31 Januari 2010

Sensasi 4D di Taman Mini Indonesia Indah

Siapa yang tak kenal dengan taman mini, tempat hiburan yang kini sedang banyak mengalami pembenahan saat ini, punya wahana seru yang wajib dan kudu didatengin. Namanya Cinema 4D.

Yup, bukan cuma Dufan, The Jungle dan Trans Studio aja yang punya Cinema 4D, TMII juga punya tempat serupa yang gak kalah menariknya dibandingkan dengan cinema 4D yang ada di tempat ini.



Ketika saya ke sana saya menemukan pengalaman baru yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Kala itu saya dan kedua orang teman saya mencoba wahana 4D, awalnya kami tidak terlalu tertarik karena sepinya pengujung. Belum lagi tempatnya yang mojok bersebelahan dengan perpustakaan, yang tentunya membuat kami bingung untuk masuk atau tidak ke dalam. Bukan karena perpustakaannya kami dibuat bingung, hal yang paling membingungkan dari semua hal itu adalah penontonnya hanya kami bertiga.

Nah lho, gimana gak jadi nganga tuh? Benar-benar kalau kata Craig David, it so unbelieveble…. Yup bayangin aja, kita bertiga nonton film ini di ruang theater bioskop yang memuat 600 pengunjung. Bener-bener berasa milik sendiri nih studio, padahal kalau boleh jujur jumlah kami dengan karyawan masih banyakan karyawan lho….

Kesan kami….



Jujur ketika kami masuk, pikiran kami awalnya hanya berpikir paling filmnya sama dengan tiga dimensi. Nyatanya lebih dari itu, kami tidak hanya disuguhi gambar tiga dimensi, beberapa sensasi cipratan air dan hawa dinginpun seolah membuat semuanya tampak lebih nyata.

Betapa kagetnya kami ketika beberapa semburan air kecil menerpa kulit kami, begitupun dengan angin besar yang tiba-tiba datang. Sungguh sensasi yang sulit untuk dilupakan.

Kesimpulannya

Jangan takut kemahalan kalau mau nonton film 4D. Di TMII, kita hanya merogoh kocek 15.000 saja kok untuk nonton film kualitas 4D, murah kan? Coba kalau ditempat lain, pasti harganya bisa lebih mahal dari ini.

So tunggu apalagi, week end minggu ini gak ada salahnya menjadikan Cinema 4D TMII jadi destinasi yang layak untuk dikunjungi. Bukan begitu sobat lirak lirik?

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Jumat, 29 Januari 2010

Konser Alat Musik Gesek Sa' Unine

Untuk ketiga kalinya di bulan Januari 2010 ini saya berkesempatan menikmati suguhan pagelaran Musik yang sangat special. Jika dua pagelaran sebelumnya dinikmati di dalam satu ruangan teater, maka pagelaran kali ini diadakan di halaman depan gedung Bentara Budaya Jakarta (BBJ) yang berada di dalam kawasan perkantoran Gramedia-Kompas, Jalan Palmerah Selatan 17, Jakarta Pusat.



Acara yang diadakan pada tanggal 28 yang lalu yang di mulai pada pukul 19.30 WIB merupakan persembahan dari Rumah Budaya Tembi untuk ulang tahun Kompas yang ke-45. Oleh karena itu Sa' Unine membawa serta 45 orang pemain alat musik gesek ke Panggung Bentara. Tema yang diangkat untuk konser kali ini adalah "Masa Lalu Selalu Aktual". Sesuai dengan tema nya maka lagu lagu yang di usung pun tentu saja lagu-lagu "Jadul" yang bisa membawa kita bernostalgia ke masa-masa kecil kita.

Para personel Sa'Unine yang mengenakan celana hitam dengan atasan Sorjan, serta Oni selaku Konduktor mengenakan Sorjan dan Celana batik langsung membawa kita ke masa masa lalu dengan suguhan pertama yaitu lagu "Di bawah Sinar Bulan Purnama" yang memang seperti nya sengaja di pilih untuk mendukung suasana malam itu yang sedang disirami cahaya bulan.

Selesai dengan lagu pertama, Sa' Unine membawa kita untuk berkunjung ke empat pulau di Indonesia. Dimulai dari timur, kita mendapatkan suguhan lagu "Sio Manise" yang berirama riang, berasal dari pulau Maluku. Selanjutnya kita di bawa ke pulau Kalimantan dengan menikmati lagu "Kota Baru", dilanjut ke Pulau Sumatera dengan lagu "Kambanglah Bungo". Selanjutnya kita dibawa terbang jauh menuju Pulau Sulawesi dengan suguhan lagu "Angin Mamiri" yang mengalun dengan megahnya. Menutup Sesi lagu2 daerah ini, kita dibawa kembali ke Timur Indonesia dengan suguhan lagu "Ina Ni Keke".

Ternyata tidak hanya Alat Musik Gesek yang dapat kita nikmati pada malam itu, di tengah tengah pertunjukkan Oni memperkenal kan seorang teman lama nya yang juga seorang penyanyi bernama Krisna Widianto yang membawakan dua buah lagu yang bergenre pop. Agak merusak suasana yang sudah terbangun syahdu sebelumnya akibat hentakkan drum saat Krisna mempertunjukkan kebolehan suara nya. Tetapi, itu tidak berlangsung lama, karena kita kembali dibawa hanyut dalam lagu-lagu dolanan semasa kita kecil dulu di sesi berikutnya. Khususnya untuk orang jawa, pasti familiar dengan lagu lagu yang disuguhkan. Walaupun saya bukan orang Jawa, tapi saya cukup familiar dengan lagu lagu tersebut.

Sesi Dolanan ini di buka oleh "Cublak Cublak Suweng" yang langsung di sambut heboh oleh penonton. Oni juga menggandeng seorang Sinden yang bernama Silir Pujiwati untuk membawakan lagu "Lir Ilir" yang melengkapi suasana nostagia penonton akan permainan masa kecil dulu. "Padang Bulan" dan "Gundul Gundul Pacul" merupakan persembahan selanjutnya.
Di lagu Gundul Gundul Pacul, penonton di bawa untuk ikut bergoyang karena irama irama nakal yang disuguhkan membuat kita tidak bisa tidak ikut menggerakkan badan.
Konser yang berdurasi +/- 1 jam ini benar benar mampu memberikan satu suguhan yang berbeda dan tidak bisa di lupakan.

Mengenai Kelompok Sa' Unine

Sa’unine adalah komunitas pemain musik gesek dari ISI Jogjakarta. Komunitas ini terbentuk di tahun 1990 an berangkat dari sebuah kebutuhan untuk saling belajar dikalangan mahasiswa musik gesek di ISI. Dalam perkembangannya, komunitas ini selain banyak mengisi kebutuhan pemain musik gesek di beberapa orkestra di Indonesia seperti Nusantara Chamber Orchestra, Twilight Orchestra, Magenta maupun Edwin Gutawa Orchestra, mereka juga banyak mengisi kebutuhan di kelompok-kelompok musik yang memerlukan sentuhan permainan string. (Sumber: www.bentarabudaya.com)

Kamis Malam minggu depan tepatnya tanggal 4 Februari 2010 akan ada pertunjukkan dari seorang Gitaris yang Mumpuni Jubing Kristianto, masih bertempat di Halaman Gedung Bentara Budaya, acara akan dimulai pukul 19.00.
Bagi sobat lirak lirik yang ingin menyaksikan suatu suguhan permainan gitar yang apik, tidak ada salahnya untuk coba hadir di acara ini, siapa tau kita bisa ketemu disana ;)

Salam jalan jalan,

Ayuk Lin
Sang Lirik

Sumber Foto: Kompas

Selasa, 26 Januari 2010

Pahlawan Sunyi Di Sekitar Kita (Bedah Buku Se7en Heroes)

Sabtu lalu, saya (baca: Sang Lirak) dan teman-teman berkunjung ke Kinokuniya. Bukan tanpa sebab kami kesini, dalam acara ini kami datang menghadiri acara bedah buku Se7en Heroes. Buku yang diterbitkan oleh Bentang ini adalah sebuah buku tentang 7 Pahlawan yang disematkan oleh Kick Andy Award.

Hadir di acara tersebut pak Hartono (cucu pak Gendo), bidan Aminah (bidan yang mengabdikan dirinya pada masyarakat), Ben Sohib (penulis buku Se7en Heroes) dan tentunya ada Andy F.Noya sebagai host acara ini.

Seperti halnya Kick Andy, maka acara ini dibuat beti (beda tipis) dengan Kick Andy versi televisi. Bedanya Andy terlihat lebih santai dengan topi, polo shirt, celana training dan sepatu kets. Begitupun dengan penulisnya yang terlihat santai menggunakan jacket jeans, topi, celana jeans dan sepatu lari. Hanya dua narasumber yang terlihat sangat rapih di sana, tentunya pak Hartono dan bidan Aminah dong….

Mau tau inspirasinya seperti apa, mari kita mulai cerita ini….



Andy F. Noya pertama-tama mengajak kita mengenal pak Hartono, seorang cucu dari pak Gendo yang dengan ketulusan hatinya mau merawat pasien sakit jiwa tanpa pamrih. Entah ini titisan atau panggilan hati, tapi ia benar-benar tulus menghadapi para pasien sakit jiwa. Iapun menuturkan pengalaman dan suka dukanya mengurus pasien-pasiennya.

Pertama-tama ketika ia pertama kali merawat pasien, ia tidak pernah mendapatkan petunjuk apapun dari sang kakek. Satu hari menjaga, bogem mentah melayang di mukanya. Babak belurpun akhirnya menjadi santapan makanannya kala itu. Ia bingung dan tidak tahu harus berbuat apa agar pasien-pasiennya bisa dikendalikan. Kemudian ditanyakannya pada kakeknya. Namun kakeknya hanya tersenyum dan berkata, nanti kamu akan mengetahuinya sendiri.

Akhirnya dicobanya mencari tahu apa rahasianya untuk bisa mengendalikan pasien-pasiennya. Hasilnya nihil, beberapa bogem mentah malah menjadi makanannya selama tiga hari berturut-turut. Iapun kemudian geram, darah mudanya seolah bangkit, hingga ia datangi kakeknya. Ia marah karena tidak diberitahu cara untuk menghadapi mereka, ancamanpun tak pelak ia keluarkan. Dengan geram ia berkata tidak akan pernah mau mengurus pasien-pasien itu lagi kalau tidak diberitahu rahasia menghadapinya.

Melihat hal itu kakeknya hanya tersenyum saja, dengan menghela nafas dalam akhirnya kakeknya memberikan lima resep untuk menangani pasien-pasien tersebut. Lima hal itu adalah sabar, rendah hati, murah hati, tulus dan ikhlas, kalau lima hal ini bisa dilakukan dalam satu jam saja maka kamu bisa mengendalikan mereka. Sang kakek hanya memberikan pesan singkat itu saja pada Hartono.

Mendengar pesan itu, ia langsung mencobanya hari itu juga. Dalam waktu satu jam bukan rentang kendali yang ia dapatkan, malah bogem mentah yang semakin banyak hinggap di wajahnya bagai blash on yang di torehkan ke pipinya.

Hartono patah arang, iapun kemudian datang lagi ke kakeknya dan menyerah, ia tidak sanggup menjaga para pasien. Mendengar hal itu sang kakek hanya tersenyum saja, ia kemudian memberi satu rahasia lagi bagaimana mengendalikan mereka. Sang kakek hanya berkata kalau kamu tidak bisa menjalankan semua, maka cobalah bahagiakan hati mereka.

Esoknya Hartono dengan semangatnya memasak nasi goreng untuk para pasien, dengan semangatnya ia masakkan nasi goreng spesial untuk mereka. Bukan sambutan bahagia yang didapatkan, piring-piringpun berantakan di lempar kesana kemari. Untuk kesekian kalinya ia menjadi down, sang kakek yang melihatnya hanya tersenyum. Dengan suara paraunya ia memberitahu cara membuat bahagia mereka. “Hidup mereka sudah cukup sulit, beban mereka sudah terpatri lama dalam hati, dan pencarian jati diri mereka tak kunjung usai. Satu-satunya cara untuk membahagiakan mereka adalah dengan mengurangi beban mereka. Dengan begitu kamu akan membahagiakan mereka….”

Ketika saya mendengar cerita ini saya tak bergeming, dari pak Hartono dan pak Gendo saya mempelajari makna hidup yang sederhana. Ternyata tidak mudah menjadi seseorang yang sabar, rendah hati, murah hati, tulus dan ikhlas dalam satu waktu, butuh waktu yang lama untuk mempelajari hal tersebut. Dan pak Gendo adalah potret manusia yang sudah melewati asam garam kehidupan untuk mendapatkan lima hal itu.

Itulah inspirasi pertama yang datang dari pak Hartono, sekarang bagaimana dengan inspirator lain, mari kita simak cerita bidan Aminah.



Cerita bidan Aminah berbeda dengan cerita pak Hartono, berawal dari keprihatinan kemiskinan yang melanda dirinya, ia kemudian menotalkan diri untuk terjun dalam dunia sosial sepenuhnya. Menjadi bidan di daerah kumuh menjadi makanan sehari-harinya. Dari mulai Dumai sampai Bekasi.

Di Bekasi inilah ia mendapatkan pengalaman menarik tentang seorang ibu yang melahirkan anak di bawah prematur. Anak ini lahir pada umur kandungan 6 bulan dengan kondisi yang cukup mengenaskan saat itu. Kala itu mata dan mulutnya belum terbuka sempurna karena memang masih belum terbentuk. Namun ia tidak menyerah sampai disitu, dengan mobil pribadinya yang dijadikan ambulance ia berjuang dari rumah sakit ke rumah sakit untuk mendapatkan ruang ICU.

Bukan penerimaan yang didapatkannya, keputusaasaan diteriakkan mereka ketika mereka melihat kondisi bayi tersebut. Sang bidang menjadi tersentak, karena semua rumah sakit menasbihkan bayinya tidak memiliki harapan hidup yang pasti.

Bukan bidan Aminah namanya kalau hal seperti ini membuatnya patah arang. Dengan segenap kekuatannya ia kemudian memberikan perawatan intensif sendiri untuk membesarkan bayi ini. Tidak berhenti sampai situ, iapun kemudian menjual semua perhiasan yang dimilikinya untuk tetap memberikan nafas bagi bidan Aminah untuk bisa menyambung nyawanya, karena memang sang bayi tidak pernah lepas dari bantuan oksigen.

Belum cukup dengan masalah oksigen, bidan Aminah dipusingkan masalah asi yang harus didapatkannya untuk sang anak. Iapun berinisiatif membuat bank asi untuk mengumpulkan asi ibu-ibu di sekitarnya, dengan susah payah ia meminta asi pada ibu-ibu tersebut. Dan setelah perjuangannya selesai, sang anak bisa tumbuh sehat dan baik.

Sekarang umur anak tersebut berumur 2 tahun, yang artinya sudah memasuki tahap pertumbuhan yang lebih ekstra lagi, beberapa dokter ahli mengatakan padanya jika anak itu hidup sampai besar ia akan mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan. Cobaan beratpun seolah tak berhenti, dengan kayakinannya ia terus melatih fungsi motorik anaknya untuk mendengar dan melihat dengan jelas. Bahkan sampai tulisan ini dibuat bidan Aminah masih berusaha berjuang agar anak itu bisa normal seperti orang kebanyakan.

Renungan….

Dari dua perjuangan ini saya merenung cukup dalam, betapa banyak orang yang tulus mau dan rela berkorban demi orang lain, betapa tidak harta dan fisikpun tak ragu dipertaruhkan demi membuat orang lain lebih baik. Malu rasanya hati ini melihat mereka, terlebih karena saya belum bisa melakukan hal seperti mereka.

Hmm bagaimana dengan sobat Lirak-Lirik? Sudahkah menjadi pahlawan untuk lingkungan kita sendiri?

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Senin, 25 Januari 2010

Kambang Iwak

Kambang Iwak atau kolam ikan dalam bahasa Indonesia merupakan taman kota yang berada di antara jalan Tasik, Dr. Sutomo, Gajahmada dan Jl. Indra tempat dimana orang-orang Palembang biasa menghabiskan waktu bersantai nya, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua dapat kita jumpai disini. Pagi hari, tempat ini biasa dijadikan arena jogging, di siang hari beragam aktivitas dapat dilakukan disini, mulai dari makan, belanja atau hanya sekedar menikmati pemandangan yang ada. Baik pemandangan taman itu sendiri, rumah dinas walikota yang berhadapan langsung ataupun lalu lalang kendaraan yang melintas tiada hentinya di keempat jalan diatas. Sore menjelang malam hari biasa nya pengunjung akan bertambah ramai terutama pada malam minggu atau malam-malam menjelang hari libur. Mereka biasanya menghabiskan waktu dengan santap malam bersama, baik dengan teman, kolega, pacar hingga keluarga.





Tepat di tengah-tengah kolam terdapat air mancur yang jika malam hari akan tampak indah sekali akibat pantulan dari lampu-lampu yang sengaja dipasang mengelilinginya. Arena jogging yang di bangun mengelilingi kolam ikan tersebut dibuat senyaman mungkin, lantainya sudah dipasangi keramik dan di beberapa bagian juga dipasangi penyangga2 yang berupa atap untuk melindungi para pengunjung dari sinar matahari. Ada pula satu bangunan yang dibangun agak tinggi yang terdapat tulisan Bank Sumsel, dipergunakan sebagai tempat untuk menikmati pemandangan sekitar. Disni juga terdapat Hot Spot yang dapat dinikmati oleh semua pengunjung. Pohon-pohon besar yang tersebar di sekeliling taman ini menambah suasana sejuk yang memang sudah terbangun.



Taman yang berada tepat di jantung kota palembang ini pada tahun 2007 sempat menadi taman terbersih dan juga di tahun lalu masuk dalam daftar 5 top list taman kota yang paling indah dan bersih dalam Virgie’s travel guide, Metro TV.



Sebelum direnovasi seperti sekarang ini, tidak banyak orang yang ingin mengunjungi tempat ini. Kambang Iwak hanya akan ramai pada hari minggu pagi, tempat dimana orang-orang melakukan berbagai olahraga, mulai dari lari-lari kecil, sprint ataupun beberapa gerakan peregangan otot. Selain itu di satu sisi yang langsung menghadap jalan Gajahmada, dulu merupakan pusat penjualan tanaman-tanaman hias. Semenjak renovasi besar-besaran yang dilakukan pemerintah kota Palembang terhadap tempat ini, entah kemana larinya para penjual tanaman hias tersebut. Sekarang lokasi ini dijadikan pusat jajanan dan cinderamata.



Saya sendiri mempunyai kenangan khusus dengan Kambang Iwak ini, dulu semasa di SD, pada saat pelajaran Orkes (olah raga dan kesehatan), jika ada ujian untuk mengambil nilai cabang lari, maka tempat inilah yang akan dijadikan arena unjuk gigi siapa yang mempunyai waktu paling sedikit untuk mengelilingi taman ini. Bagi siapa saja yang pernah atau bahkan sedang bersekolah di SD Kartika II-3 (dulunya SD Kartika 3) pasti pernah merasakan berlari mengelilingi Kambang Iwak ini. Karena memang lokasi SD saya ini hanya berjarak +/- 500 meter dari Kambang Iwak. Di salah satu bagian terdapat satu pohon beringin yang sangat besar dan rimbun dan dikalangan anak2 SD beredar kabar yang mengatakan jika di pohon tersebut ada penghuni nya. Jadi pada saat kita berlari melintasi pohon ini, dipastikan langkah kaki kita akan dipacu lebih cepat :D



Sekian dulu postingan saya kali ini tentang taman kota yang berada di kota Palembang, sampai bertemu kembali dengan postingan-postingan berikutnya dari kita yang tidak kalah menariknya.

Salam Jalan Jalan,

Ayuk Lin
Sang Lirik

Sumber foto: Facebook Kambang Iwak

Minggu, 24 Januari 2010

Menikmati Conquest of The Galaxy: Mars

Jumat malam, tanggal 22 Januari 2010 kemarin kami (baca: Sang Lirak dan Sang Lirik) mendapat kesempatan perdana melihat pertunjukan tari dari grup Condors di Theater Salihara. Grup ini menampilkan sebuah tarian kontemporer yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, saking kerennya saya (Sang Lirak) sampai speechless gak tau harus ngomong apa. Tapi gak enak kan, kalo gak di share sama sobat Lirak-Lirik….

Ok mau tau liputannya? Kencangkan ikat pinggang dan kita mulai sekarang….



Pertama-tama kita akan disambut dengan gambar-gambar plesetan khas Jepang, dari mulai gambar-gambar kartun, sampai dengan logo Columbia Pictures yang berubah menjadi orang berkepala botak bertuliskan Condors di bawah. Sejak saat itu dimulailah permainan tari yang spektakuler….

Yup, kita akan mulai disuguhkan tarian kontemporer dengan musik rock sebagai backgroundnya, dengan serempak mereka (baca: Condors) menari dengan lincahnya. Tidak ada perbedaan antara gemuk dan kurus, mereka memainkan harmonisasi yang indah dan saling mengisi satu sama lain. Dan ini adalah awal pemanasan dari mereka untuk menunjukan kualitas mereka sebagai penari kelas dunia.

Dan kemudian permainanpun dimulai….



Condors memulai bagian-bagian humor dalam tariannya, plesetan dari Sesame Street berubah menjadi Rotten Street, dimana plesetan-plesetan berupa pantomim mengajak para penonton untuk menebak alphabet seperti yang mereka tampilkan. Kita diajak untuk menebak hurup A untuk Anjing, M untuk Manohara sampai dengan Z untuk… (gak enak dibicarakan di sini coz terlalu berani humornya).

Kemudian bagian humor lainnya ditampilkan dengan pantomim olah raga khas Jepang, dimana terdapat senam sampai lompat dengan gaya humor tentunya.

Selanjutnya permainan berlanjut, dan kami disuguhkan permainan tarian yang spektakuler tentang seorang cowok yang hobi bola namun ia berusaha untuk fokus terhadap kerjaannya. Dalam adegan ini ada banyak hal yang lucu tercipta disana, seperti sindiran terhadap J.Co, sampai dengan plesetan Ariel, sungguh menghibur dan membuat perut seperti diaduk-aduk.

Penaklukan Mars



Cerita terus berlanjut, ketika mereka mulai menaklukan mars, dengan bantuan musik merekapun menari. Tidak ada yang spesial sampai sini, hingga salah satu dari penari kebelet buang air, humorpun dimulai. Sebuah tisu yang seolah melayang tiba-tiba mendatanginya untuk membersihkan kotoran yang dibuangnya.

Cerita tidak berhenti sampai disitu, sampai salah satu penari haus dan ia melihat botol Coke melayang. Agar terkesan melayang dan berada di luar angkasa, mereka berdua akhirnya minum dengan tubuh terbalik (kepala di atas dan mulut di bawah) dengan bantuan rekan mereka untuk membalikkan tubuhnya. Kejadian lucupun dimulai ketika salah seorang rekan yang membuat mereka terbalik, menggoyang-goyangkan badan sang penari yang terbalik, walhasil penari yang terbalik ini menjadi terbatuk-batuk dan memuncratkan minumannya, mukanya terlihat memerah, dan penontonpun tertawa terbahak-bahak dibuatnya. Terlebih ketika sang penari merasa kesakitan karena terdesak, tiba-tiba saja menari ketika mendengar lagu pengiring.

Belum cukup dengan minuman, mie instant kemasan (Pop Mie)pun tiba-tiba saja datang. Mereka yang terlihat lapar, dengan semangat mencoba memakannya, tentunya dengan kondisi badan yang sebelas dua belas dengan minum Coke. Dan kelucuan semakin memuncak, tatkala Pop Mie yang dimakan salah satu penari tidak bisa masuk karena diganggu oleh rekannya yang memegangi badan dalam keadaan terbalik.

Beberapa klip humorpun diputar

Untuk menyiapkan property-property selanjutnya, Condors kemudian menyiapkan beberapa klip yang lucu dan menggugah semangat. Kami semua dibuat tertawa dengan beberapa klip yang ditunjukan untuk berpindah dari satu fram ke frame lain.

Cheer Leaders or Pom-Pom



Kemudian mereka memainkan peran sebagai perempuan cheers. Beberapa terlihat cantik dan kemayu, namun tidak sedikit yang terlihat menyeramkan karena brewok mereka. Merekapun kemudian memainkan tarian seperti penari cheers dan berinteraksi dengan para audience. Beberapa audiencepun ada yang diberi semangat, ada juga yang di ledek, sungguh melihatnya membuat kami menjadi terpingkal-pingkal.

Permainan pencahayaan dalam balutan tarian



Kemudian permainan tari mereka menjadi lebih serius dari sebelumnya, lagu rock yang membuka tarian mereka semakin mengeras dengan padu padan sinar yang menari-menari diatas. Sungguh indah dan memukau penglihatan ketika mereka beraksi.

Dan tarian terakhir di tutup dengan beach frame



Gambaran tentang keadaan pantai dari mulai penjaga pantai, permainan voli, surfing sampai bersnorkling ria mereka mainkan dengan baik. Kami menjadi terhibur ketika mereka melakukan beberapa adegan tentang aktivitas pariwisata pantai. Gambaran ini semakin terlihat nyata karena didukung oleh audio effect mumpuni.

Tarian mereka menjadi sangat hidup di bagian ini dan yang paling saya sukai Ryohei Kondo selaku pendiri Condors benar-benar menunjukan totalitas dan kemampuannya dalam menari, inilah bagian paling perfect yang menutup tarian kontemporer di Salihara.

Kesimpulannya….



Pertunjukan tari kontemporer Jepang kelas dunia ini memang layak diberi Standing Applause karena penampilan mereka sempurna. Tidak ada kekurangan yang berarti dalam pertunjukannya ini. Kualitas dunia yang disandang Ryohei memang terbukti pada pertunjukan di Indonesia. Beruntunglah kita sebagai negara Asia ke tiga yang mereka datangi untuk pertunjukan Conquest of The Galaxy: Mars setelah Singapore dan Malaysia.

Kerja keras mereka untuk mencari hal-hal yang lucu untuk diangkat dalam pertunjukan mereka patut diacungi jempol, sebab kami dibuat tertawa terbahak-bahak melihat penampilan mereka. Intinya penampilan mereka perfect, so buat yang gak dateng pasti nyuesel banget.

Tentang Condors



Condors adalah grup tari kontemporee yang semua anggotanya laki-laki. Didirikan oleh Ryohei Kondo, membuat grup ini menjadi lebih berwarna. Kondo berhasil merekrut orang-orang yang hebat untuk mendukung proyek tari kontemporer yang atraktif dan energic. Mereka adalah Junichi Aota (Pembuat Klip Animasi dan Boneka untuk Condors), Yoshihiro Fujita (peserta CJB Canada/Japan Dance Partnership Project), Toshihiro Hashizume (penari yang sering terlibat di pertunjukan dalam dan luar negeri), Satoshi Ishibuchi (pemilik gelar Ph.D untuk studi seni pertunjukan dari Waseda University, ia juga seorang gitaris band rock terkenal Jinko Tentai), Michihiko Kamamura (guru bela diri Cina), Yasuharu Katsuyama (Penyanyi band The Heart Knockers), Kensaku Kobayashi (Aktor Panggung dan penulis sketsa Condors), Satoshi Okuda (Perupa Visual dan Guru Seni) dan Kojiro Yamamoto (Pemilik Gelar M.A Pendidikan dan peserta CJB Canada/Japan Dance Partnership Project). Mereka semua kemudian berkolaborasi memainkan permainan tari yang fantastis dan luar biasa.

Karya-karya mereka yang sudah ditampilkan seperti Kissing The Sun Series I-V (1996-1999), 2000 Virgin (1999), Spring Man (2000), Light My Fire (2000) dan 2000 Darling (2000) selalu mendapatkan standing applause dari para penontonnya. Begitupun dengan dua karya terakhir Conquest of The Galaxy: Jupiter dan Conquest of The Galaxy: Mars.

Salam Jalan-Jalan



Mas Senda
Sang Lirak

Sumber Foto: Milik Pribadi dan Situs JKFL

Selasa, 19 Januari 2010

Keong Mas


Halo sobat lirak-lirik dimanapun kalian berada. Hari ini seperti biasa Sang Lirak akan membawakan informasi tempat yang layak dikunjungi untuk berakhir pekan. Nah, salah satu rekomendasi yang saya berikan kali ini adalah Keong Mas Taman Mini Indonesia Indah.

Hmm, theater ini terletak dalam areal TMII dengan bentuk bangunan menyerupai keong berukuran raksasa. Bisa dibilang ini adalah bangunan berbentuk keong terbesar di dunia (he,he,he bangga dong kita punya bangunan berbentuk unik dan besar). Bentuk arsitekturnya unik dan menarik perhatian siapa saja yang melewatinya. Kalau sobat lirak-lirik lewat tol JORR dari arah Pondok Indah menuju Tanjung Priuk, pastinya akan melihat dengan jelas gedung ini dari arah kiri.

Nah itu untuk tampilan di luarnya, sekarang bagaimana dengan tampilan di dalam?

Untuk keadaan di dalam sungguh fantastis, bila kita menonton di dalam theater Keong Mas, kita akan disuguhkan sebuah layar besar dengan bentuk melengkung. Selama saya menonton film, belum pernah saya melihat layar dengan ukuran sebesar ini. Sensasi menonton menjadi sangat berbeda ketika saya menonton di layar Keong Mas, sungguh sebuah pengalaman baru yang menarik dan mencengangkan ketika melihat gambar yang tersaji di depan kita sungguh dekat dan nyata.

Bahkan untuk beberapa adegan film terlihat sangat dekat dan nyata. Ketika saya menonton film perjalanan Ibnu Sina untuk naik haji, saya dan teman saya begitu takjub melihat gambar padang pasir yang besar. Kita (baca: penonton) dibuat seolah-olah tidak ada jarak dengan film, sehingga dapat melebur dan menyatu pada film tersebut. Sungguh sebuah pengalaman yang tidak bisa dilupakan saat pemeran utama begitu dekat dengan kita.

Kesimpulannya….

Buat yang tinggal di Jakarta atau lagi main ke Jakarta, jangan ragu untuk menonton di Keong Mas. Sensasi pengalamannya berbeda jauh bila dibanding dengan menonton di bioskop. Ada kesan yang kedekatan film yang luar biasa yang tidak bisa didapatkan bila kita menonton di bioskop. Jadi tunggu apalagi? Week End ini mampir ya ke Keong Mas untuk merasakan sensasi menonton film yang dahsyat….

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Minggu, 17 Januari 2010

Taman Prambanan

Hmm mulai bulan ini di Blog Plesiran kami ada tautan baru tentang taman kota, dimana kami akan meliput beberapa taman kota yang ada di Indonesia, asyik khan? Makanya untuk tahu berbagai macam informasi tentang taman kota, sobat lirak-lirik harus pantengin terus Blog Plesiran kami.



Nah, untuk kali ini, Sang Lirak akan membahas seluk beluk Taman Prambanan. Dimanakah keberadaan Taman Prambanan? Kalau sobat lirak-lirik yang berdomilisi di Jogja mungkin sudah akrab dengan taman ini. Yup, taman ini berada dalam kawasan wisata Candi Prambanan.

Taman yang rindang ini dibangun sebagai kawasan penghubung antar candi-candi yang ada di area candi Prambanan. Letaknya yang tengah-tengah antara Candi Prambanan dan Candi Bubrah, membuat siapa saja ingin berteduh di sini, terlebih dengan kondisi cuaca Jogja yang kala itu puanasnya minta ampun, tentunya akan membuat siapa saja merasa ingin neduh sembari mengucap bahasa inggrisnya rumah (baca: haus aka house kayak iklan di TV gitu, hehehe).

Apa yang menarik di taman ini?



Seperti taman pada umumnya, yang pasti taman ini memiliki pepohonan yang sangat rindang untuk diteduhi. Selain itu ada arena permainan anak-anak, seperti layaknya permainan di Taman Kanak-Kanak. Dari mulai prosotan sampai ayunan semua ada disini. Bagi yang bawa anak, pasti akan terpuasi dengan teduhnya pohon disini.

Selain itu taman ini juga dilengkapi air terjun buatan, cukup meneduhkan mata, bagi siapa yang melihatnya. Begitu tenang mendengarkan gemericiknya (hehehe maklum saya senang sekali mendengar gemericik air terjun yang menghujam bebatuan kecil dibawahnya).

Beberapa burung merpatipun dipelihara dengan baik di taman ini. Mereka mendapat perhatian penuh dari yang merawatnya. Terbukti bulu dan badan mereka terawat dan terlihat sehat.

Intinya untuk yang ke Prambanan, jangan hanya sekedar melihat candi saja. Nikmati juga taman yang ada di sana dan rasakan kesejukan diantara panasnya Jogja. Ok, sekian dulu liputan jalan-jalan dari Sang Lirak.

Salam Jalan-Jalan



Mas Senda
Sang Lirak

Rabu, 13 Januari 2010

Taman Mahakam

Kali ini saya ingin mengajak sobat lirak lirik sekalian untuk mengunjungi salah satu taman kota yang berada di kawasan Jakarta Selatan. Tepatnya berada di Jl. Mahakam berhadapan langsung dengan Paviliun Mahakam yang tidak jauh dari Hotel Grand Mahakam.

Taman ini tergolong baru. Dulunya tempat ini merupakan pusat penjualan bunga hias dan ikan - ikan hias yang digusur oleh Pemda DKI dan di pindahkan ke daerah Radio Dalam.



Memasuki taman ini kita akan disambut pemandangan satu pohon besar yang berada disalah satu sudut taman, di sekeliling pohon tersebut ada semacam tempat duduk yang terbuat dari semen. Tempat ini biasanya menjadi favorite pengunjung untuk menikmati berbagai camilan yang banyak dijajakan di pinggir jalan di sekitar taman ini.



Tepat di tengah-tengah taman ada kolam air mancur yang akan menambah kesan sejuk.
Ini biasa dijadikan latar belakang untuk mengambil foto bagi beberapa pengunjung, termasuk saya dan beberapa teman sewaktu datang kesana ;p



Di sekeliling taman juga disediakan beberapa bangku untuk menikmati pemandangan atau bahkan untuk menyantap berbagai makanan yang sengaja di bawa dari rumah ataupun yang dibeli disana.

Taman Mahakam ini juga termasuk dalam salah satu Top Five List Taman Kota terindah menurut Virgie's Travel Guide yang di tayangkan oleh Metro TV setiap hari Sabtu pukul 8.30 pagi.



Semakin sore pengunjung di taman ini akan semakin ramai, terutama pada hari sabtu sore / malam minggu, tempat ini biasa di jadikan tempat pertemuan bagi beberapa komunitas dan juga bagi para remaja hanya untuk sekedar bercengkrama dengan teman sejawatnya.

Paling tidak warga Jakarta mempunyai alternatif lain untuk berwisata bersama keluarga. Tidak hanya ke mal dan tempat2 rekreasi yang sudah ada, taman kota pun dapat menjadi pilihan.

Salam Jalan Jalan,

Ayuk Lin,
Sang Lirik

Selasa, 12 Januari 2010

Serunya Museum Wayang

Halo sobat lirak-lirik yang senang sekali berjalan menapaki inspirasi demi inspirasi. Kali ini Sang Lirak akan membahas tentang museum yang unik dan wajib untuk dikunjungi.



Adalah Museum Wayang yang berkutat di pelataran zona kota tua Jakarta. Museum yang dahulunya sebuah gereja dengan nama De Oude Hollandse Kerk ini sudah berubah fungsi menjadi Museum Wayang sejak tanggal 13 Agustus 1975 dan diresmikan langsung oleh gubernur DKI Jakarta kala itu, Ali Sadikin.



Museum ini menawarkan hal-hal menarik yang sayang untuk dilewatkan. Di museum ini kita akan melihat beberapa wayang yang ada di Indonesia. Wayang-wayang tersebut memiliki ragam dan jenis yang berbeda-beda lho. Ada wayang berbahan kulit, ada yang berbahan kayu, bahkan ada juga yang berbahan rotan.





Seolah ingin menunjukan wajah perwayangan Indonesia, museum ini menampilkan koleksi wayang yang cukup komplit. Tidak hanya wayang-wayang Indonesia saja yang bisa kita lihat, wayang dari China serta beberapa boneka puppet dari negara Eropa seperti Prancispun menjadi koleksi berharga di museum ini.




Ketika saya kesana, saya menemukan hal-hal menarik dan unik. Pertama saya tidak menyangka kalau Unyil dan keluarganya akan masuk ke dalam museum ini. Yang kedua tentang ruang pertunjukan wayang yang memang disediakan khusus untuk para pengunjung melihat pertunjukan wayang serta koleksi wayang kuno yang masih terawat dengan baik.



Sungguh sebuah pengalaman menarik yang sayang dilewatkan, so kata siapa museum gak keren? Ada hal-hal menarik dari museum yang bisa kita gali kok….

Ok, sekian dulu jalan-jalan kali ini. Tetap semangat mencari inspirasi dari jalan-jalan ya….

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Sabtu, 09 Januari 2010

Keraton Cirebon



Banyak kesultanan2 dan kerajaan2 di Indonesia yang masih eksis hingga saat ini, dari ujung pulau sumatera hingga ke papua, kita masih bisa menjumpai nya. Walaupun fungsi kerajaan2 atau kesultanan ini tidak lagi sebagai pusat pemerintahan pada saat ini, tetapi mereka masih berperan sebagai pusat kebudayaan. Maka kali ini saya ingin mengajak sobat lirak lirik untuk mengungungi salah satu kesultanan yang berada di tanah jawa. Tepatnya di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, yaitu Kesultanan Cirebon.

Berbicara tentang Kesultanan Cirebon, tentu tidak terlepas dari nama salah seorang Wali Songo, yaitu Syarif Hidayatullah atau setelah beliau wafat lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Beliau ini bukanlah pendiri Kesultanan Cirebon, tetapi pada masa pemerintahan beliau lah Kesultanan Cirebon mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Kemudian beliau juga diyakini sebagai pendiri dinasti Kesultanan Cirebon dan Banten, serta sebagai penyebar agama Islam di Jawa Barat dan Banten.



Jejak dari Kesultanan Cirebon yang masih bisa kita nikmati saat ini salah satu diantaranya adalah Keraton Kasepuhan.
Memasuki wilayah keraton ini, kita akan disambut oleh sebuah gerbang yang terbuat dari Bata Merah bertingkat. Bagian depan ini biasa disebut dengan Siti Hinggil atau tanah tinggi yang menghadap langsung ke lapangan tempat dimana para pasukan keraton dulunya berkumpul.



Bangunan utama di komplek keraton ini tentu saja istana tempat dimana para raja dan keluarganya tinggal. Terdapat beberapa ruangan di dalam bangunan ini, foto diatas menunjukkan ruangan dimana raja menjamu para tamu nya.
Yang menarik dari bangunan ini adalah keramik2/ukiran2 yang terdapat di dinding-dinding nya yang merupakan perpaduan dari dua budaya, yaitu Cina dan Eropa.



Ukiran dengan dominasi warna merah merupakan pengaruh dari kebudayaan cina.



Sedangkan lukisan diatas keramik yang di dominasi warna biru dan keunguan adalah pengaruh dari budaya Eropa, lebih tepatnya pengaruh dari Belanda.

Masih banyak bagian-bagian menarik lainnya dari keraton kasepuhan ini yang akan saya bahas di postingan berikutnya. Jadi, pantengin terus blog Plesiran kita ini ya.....

Sumber: Wikipedia dan Okezone

Salam jalan jalan,

Ayuk Lin
Sang Lirik

Selasa, 05 Januari 2010

Sang Lirak dan Sang Lirik dalam dunia Ananda Sukarlan


Hari minggu kemarin adalah pengalaman pertama kami berdua menjungi sebuah pagelaran musik klasik. Adalah Ananda Sukarlan yang memancing kami untuk mengetahui lebih dalam konser ini. Pria yang termasuk dalam daftar InternationalWho’s Who in Music memang tidak tanggung-tanggung menampilkan performance terbaiknya. Dalam performance pembuka Ananda Sukarlan memainkan tiga instrumen menyentuh dan menggugah nasionalisme.

Rapsodia Nusantara No.1

Dimulai dengan Rapsodia No.1, Ananda dengan tenang memainkan permainan menakjubkan dari gubahan lagu Jali-Jali. Perpindahan dari satu nada ke anda lain dengan cepatnya dilaluinya. Dengan tidak mengubah terlalu jauh dari aslinya, Ananda memainkan lagu ini.

Ketika kami melihat penampilan pertamanya, kami sangat terpukau dan tidak bisa mengedipkan mata. Setiap momen permainannya membuat kami semakin kagum dengan permainan cepatnya. Kecepatan tangannya dalam memainkan nada yang sulit dicapai dilewati lebih mudah. Sungguh sebuah pengalaman dan sensasi baru mendengarkannya.

Rapsodia Nusantara No.5 (World Premiere)

Siapa yang tak kenal dengan lagu Angin Mamiri dari Makasar. Lagu ini begitu mengalir di telinga penikmat musik daerah, sekarang di tangan dinginnya kami disuguhkan instrumen baru. Sensasi kenusantraan yang digelorakan Ananda Sukarlan, terlihat jelas dalam permainannya.

Nada-nada sulit diambilnya untuk memperindah dan memperkaya makna dari lagu ini. Di lagu ini kami dibuat sangat menikmati keindahan lagu, karena kami mendapatkan banyak inspirasi di lagu ini.

Dan ini jadi salah satu lagu favorit saya (Sang Lirak) selain musikalisasi Bibirku Bersujud Di Bibirmu. Dan beruntungnya kami, Rapsodia No.5 ini adalah World Premier untuk sebuah karya besar Ananda Sukarlan.

Bibirku Bersujud di Bibirmu

Sebuah karya besar dari seniman besar Hasan Aspahani diterjemahkan dengan sebuah kombinasi musik dan tari. Bagaimana hasilnya?

Kami hanya bisa bilang “Menakjubkan”, kami belum pernah melihat sebuah kekuatan puisi yang diterjemahkan dengan baik oleh Ananda Sukarlan. Berawal dari permainan Ananda Sukarlan dengan Inez Raharjo (biola) dan Elizabeth Ashford (flute) dengan sebuah tarian perpaduan balet dan akting. Membuat awal dari interetasi puisi ini semakin berbicara dan berisi. Kita mulai disuguhi makna yang lebih dalam dari puisi yang dibuat Hasan Aspahani ini.

Belum lagi ketika Aning Katamsi (Sopran) menyanyikan puisi Bibirku Bersujud di Bibirmu, membuat hati saya (Sang Lirak) menjadi teriris. Ada kesedihan mendalam yang tergambar di dalamnya. Begitu sepi dan dalam ketika semua harus terpisah karena bencana Tsunami. Ini adalah salah satu musikalisasi puisi terbaik yang pernah saya lihat.

Saya berharap suatu saat Ananda Sukarlan membuatkan musikalisai puisi saya, betapa bangganya saya melihat karya saya dipertunjukan dan dibawakan oleh musisi besar yang kita punyai. 

Ada Sebuah Jeda

Setelah memainkan tiga lagu, ada sebuah jeda yang mengiring kami untuk rehat sejenak menikmati jajanan yang tersedia dibawah. Ruang waktu yang dipergunakan untuk mempersiapkan kelengkapan mini orchestra ini kami pergunakan baik untuk sekedar minum teh botol Sosro dan datang ke toko buku sastra menikmati sastra-sastra klasik yang ada di Indonesia, dari mulai Rendra sampai Chairil Anwar.

Ananda dan Libertas

Kemudian Ananda dan Libertas berkolaborasi memainkan delapan karya besar pujangga besar Indonesia dan Dunia. Dari mulai Bentangkan Sayapmu, Indonesia! (Ilham Malayu), Palestina (Hasan Aspahani), The Young Dead Soldier Do Not Speak (Archibald Macleish), I Understand the Largest Hearts of Heroes (Walt Whitman), A Un Poeta Muerto (Luis Cernuda), Ia Telah Pergi (WS. Rendra), Kita Ciptakan Kemerdekaan (Sapardi Djoko Damono) dan Krawang-Bekasi (Chairil Anwar).

Semua puisi diatas dimusikalisasikan dalam balutan orchestra mini dengan bantuan Joseph Kristanto (Bariton), Harianto (English Horn), Jakarta String Ensembel, David Kristiawan (Perkusi), ITB Choir dan Paragita UI (Paduan Suara) dan Indra Listyanto (Konduktor).

Dalam permainan ini kami disuguhkan sebuah musikalisasi sastra yang apik dan menawan. Permainan yang cantik dengan kerjasama dan disiplin yang tinggi memang menghasilkan sebuah karya yang hebat. Dan sekali lagi kami tercengang.

Kesimpulannya

Konser ini sayang sekali untuk dilewatkan, dari konser ini kami mendapatkan banyak inspirasi dalam bertindak dan berkarya. Terimakasih pihak panitia dan sponsor yang sudah mendatangkan Ananda Sukarlan dan memperkenalkan musik klasik pada kami. Hari ini kami belajar musik dan sastra dengan manis dan cantik.

Terima Kasih pada Ananda Sukarlan yang sudah berhasil mengharumkan Indonesia di dunia, semoga kami bisa melakukan hal yang sama dalam bidang yang lain.

Salam Jalan-Jalan


Mas Senda
Sang Lirak

Sabtu, 02 Januari 2010

Berkunjung ke pameran foto Jejak Bastian Holland


Tanggal 29 Desember 2009 kemarin saya dan teman saya dari Jogja berkunjung ke pameran Jejak Bastian Holland di Museum Bank Indonesia Kota, Jakarta Pusat. Pameran foto yang menyajikan foto-foto dan penjelasan tentang benteng-benteng peninggalan Belanda yang ada di pulau Jawa dan pulau Sumatera.

Disini kita bisa melihat banyak peninggalan kolonial yang tersisa, ada yang terawat dan tidak sedikit yang tidak terawat. Kebanyakan dari benteng ini dibangun untuk pertahanan melawan tentara Indonesia kala itu.

Kesan Sang Lirak

Pameran ini cukup mengesankan, di sini saya bisa tahu banyak tentang benteng-benteng yang dibangun Belanda serta bagaimana mereka membuat sebuah fondasi yang kokoh pada bangunan. Saya rasa setiap orang yang tinggal di Jawa dan Sumatera harus mengunjungi-mengunjungi benteng-benteng ini. Karena ada banyak history yang kuat dari benteng tersebut. Bagi yang belum pernah ke benteng-benteng tersebut, tidak usah khawatir.

Pameran ini telah banyak memberikan gambaran benteng-benteng yang ada di Indonesia, so cukup terbayar lah....

Hmm mungkin sekian dulu liputan jalan-jalan kali ini. Tetap semangat dan tetap traveling.

Salam Jalan-Jalan



Mas Senda
Sang Lirak